OLEH : ABDUL JAFAR BANU AJI W ISLAMIC WORLDVIEW OLEH : ABDUL JAFAR BANU AJI W
TRANCENDENT UNITY OF RELIGION BAHASAN KONSEP KETUHANAN TAUHID TRANCENDENT UNITY OF RELIGION
Konsep ketuhanan (filsuf yunani) Faham aristotle, Tuhan disebut sebagai “unmoved mover”, (Penggerak yang tidak bergerak) Faham Epicurean (Epicurus), yang menyatakan : “gods exist, since that is the common opinion of mankind, but they have no concern for the world and what happens in it, for that would disturb their divine happiness and tranquility.”
Konsep ketuhanan (barat modern) Bagi kaum barat modern, eksistensi tuhan sudah dianggap tidak penting lagi. Karen Amstrong, bukunya History of God, mengutip pendapat Jean Paul Sartre : “… even if God existed, it will still necessary to reject him, since the idea of God negates our freedom.” Rangkuman Prof. Frans Magnis Suseno : Abad ke16, reformasi protestan menolak banyak klaim gereja Abad ke 17, empirisme menuntut pengetahuan berdasarkan pengalaman indrawi Abad ke 18, munculnya filsuf2 materialisme Abad ke 19, munculnya atheis filosofis Abad ke 20, sebagian besar filsafat menyangkal kemungkinan mengetahui sesuatu tentang ketuhanan
Konsep ketuhanan (buddha) Sad-saddha (6 keyakinan) : Tuhan yang maha esa, Tri Ratna, Bodhisattva, hukum kasunyatan, Tri Pitaka, dan Nirvana “AtthiAjatam Abhutam Akatam Asamkatam” (Be Buddhist Be Happy) memiliki arti : Sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan, Yang Mutlak. Anatman (Tanpa Aku) yang berarti suatu yang tidak berpribadi, suatu yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun (Udana VIII ayat 3) Meyakini tuhan sebagai yang mendasari kehidupan dan alam semesta serta sebagai cita- cita tertinggi (Nirvana)
Konsep ketuhanan (hindu) Alain Danielo (Gods of India : Hindu Polytheism) menyatakan : “"Hinduism, or rather the "eternal religion" (sanata dharma), as it calls irself, recognizes for each age and each country a new form of revelation and for each man, according to his stage of development, a different path of realization, a different of worship, a different morality, different rituals, different gods.” Hindu Bali “Ida Sang Hyang Widhi Wasa” (Brahman) 3 gelar utama (Brahma/Pencipta, Wisnu/Pemelihara, Siwa/Penghancur)
Konsep ketuhanan (yahudi) Maimonides: 13 Prinsip Kepercayaan (9 berkaitan Ketuhanan: Pencipta dan Pentadbir alam, Tidak berjisim, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Hanya diibadati, Yang menurunkan Tawrat, Yang Maha Mengetahui, Memberi ganjaran kepada mereka yang mematuhi perintahnya, dan menghukum sesiap yang melanggarnya. 10 Commandments, Exodus 20:2-17, Deuteronomy 5:6-21, Exodus 34: 11-27: “I am the Lord your God, You shall have no other gods before me, You shall not make for yourself an idol, You shall not make wrongful use of the name of your God.”
Konsep ketuhanan (yahudi) 2 Konsep Judaism (Yahudi), nama Tuhan belum diketahui dengan pasti.((Dr. D. L. Baker, Harold Bloom, Bambang Noorsena) Hanya dugaan bahwa nama Tuhan yaitu “Yahweh” The Concise Oxford Dictionary of World Religions menjelaskan 'Yahweh' sebagai: "The God of Judaism as the‘ tetragrammaton YHWH, may have been pronounced. By orthodox and many other Jews, God’s name is never articulated , least of all in the Jewish liturgy." (Lihat, John Bowker (ed), The Concise Oxford Dictionary of World Religions, (Oxford University Press, 2000).
Konsep ketuhanan (kristen) Trinitas/Trinity, 3 Pribadi, yaitu : “The coexistence of Father, Son, and Holy Spirit in the Unity of the Godhead” (The Interpreter’s Dictionary of the Bible) Tuhan Bapa : Allah Pencipta Sekalian alam. Anak Tuhan : Tuhan atau firman yang hidup bersama- sama manusia yang datang ke dunia sebagai ‘juruselamat’. Ruhulkudus : “Roh Allah” yang boleh masuk ke dalam peribadi orang suci. Dalam alKitab (Bibble) banyak memberikan kepastian bahwa Tuhan itu Esa: “Hear O Israel: the Our God, the Lord is one. Love the Lord Your God with all your heart and with all your soul and with all your strengh”. (Mark 12 : 28-30)
Konsep ketuhanan (islam) Kalimat Syahadatain "La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah“ Tuhan, dalam Islam, dikenal dengan nama Allah. Lafaz 'Allah‘ (الله ) Cara membaca sesuai dengan ajaran Rasulullah Allah adalah nama diri (proper name) dari Dzat Yang Maha Kuasa, yang memiliki nama dan sifatsifat tertentu (Asma wa Sifat). ”Katakanlah: `Dialah Allah, Yang Maha Esa`,Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlas :1-4)
Konsep tauhid Ikhlas beribadah kepadaNYA Rububiyah Menetapkan bagi NYA nama-nama dan sifat-sifat NYA
tauhid rububiyah Yaitu mengesakan Allah SWT dalam segala perbuatan Nya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk “Allah menciptakan segala sesuatu dan memelihara segala sesuatu “ (QS Az-Zumar : 62) “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah- lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)” (QS Hud : 5) Allah penguasa & pengatur alam semesta Allah yang memuliakan & menghinakan Maha Kuasa atas segala sesuatu Pengatur rotasi siang dan malam Yang menghidupkan dan yang mematikan
Tauhid uluhiyah Adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri pada Allah), yang di syari’at seperti do’a, sholat, kurban, roja (pengharapan), khauf ( takut) dan inabah ( kembali/taubat) “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS Adz-Dzariyat : 56) “Katakanlah : “Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan Agama (QS Az-Zumar : 11)
Tauhid asma’ wa sifat Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagai yang diterangkan dalam Al-Quran dan Sunnah RasulNya menurut apa yang pantas bagi Allah, tanpa ta’wil dan ta’thil, tanpa takyif dan tamtsil “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS As- Syura : 10) Ta’thil = menghilangkan makna atau sifat Allah Takyif = mempeersoalkan hakikat asma dan sifat Allah dengan bertanya “bagaimana” Tamtsil = menyerupakan Allah dg makhlukNya
Kritik terhadap faham trancendent unity of religion Terdiri dari 3 sikap, yaitu : Ekslusivisme, Inklusivisme, Pluralisme Ekslusif Agama lain adalah salah Inklusif Agama lain adalah bentuk implisit dari agama kita Pluralis “Agama-agama lain adalah jalan yang sama sahnya untuk mencapai kebenaran”, “Agama lain berbicara secara berbeda, tetapi merupakan kebenaran yang sama sah”, “ Setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebenaran” Esoteric Exoteric H B CT J C I GOD ? (Prof. Huston Smith)
Kritik terhadap faham trancendent unity of religion 2 “Paham Sekularisme, Pluralisme Agama, dan Liberalisme, bertentangan dengan ajaran Islam, dan Umat Islam haram mengikuti paham-paham tersebut.” (Fatwa MUI, 29 Juli 2005) “Menolak paham Pluralisme Agama, juga menegaskan kembali bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara keselamatan Ilahi dan tidak ada orang yang bisa ke Bapa selain melalui Yesus.” (Frans Magnis Suseno, Menjadi Saksi Kristus di Tengah Masyarakat Majemuk, (Jakarta, Penerbit Obor))
Kritik terhadap faham trancendent unity of religion 3 ‘...Theologia abu-abu (Pluralisme) yang kehadirannya seperti serigala berbulu domba, seolah-olah menawarkan teologi yang sempurna, karena itu teologi tersebut mempersalahkan semua rumusan Teologi Tradisional yang selama ini dianut dan sudah berakar dalam gereja. Namun sesungguhnya Pluralisme sedang menawarkan agama baru...’’ (Theologia Abu-abu, (Malang: Gandum Mas), hal. 18-19). (Pdt. Dr. Stevri Lumintang) ‘Setiap kali orang hindu mendukung Universalisme Radikal, dan secara bombastik memproklamasikan bahwa ‘semua agama adalah sama’, dia melakukan itu atas kerugian besar dari agama Hindu yang dia katakan dan dia cintai. ’ (Dr. Frank Gaetano Morales, Cendekiawan Hindu)