Kasus Pada suatu saat Tn. K 35 th, dibawa oleh keluarganya ke IGD rumah sakit karena di rumah klien marah-marah kepada semua orang yang ada di rumah. Klien marah-marah sambil melemparkan barang-barang yang ada di dekatnya. Terkadang klien juga memukul dinding dan kaca. Klien mudah sekali tersinggung sejak 2 bulan yang lalu. Sejak 7 bulan yang lalu klien di putuskan pacar yang sangat disayanginya. Klien belum mendapatkan pekerjaan sejak lulus SMA. Klien merasa dirinya sangat menyusahkan keluarga. Masalah apa yg dialami Tn.K? Data apa yg mendukung? Tindakan keperawatan untuk Tn.K ?
ASKEP KLIEN PERILAKU KEKERASAN Oleh Dewi Eka Putri, Skp
D e f i n i s i ( Stuart dan Sundeen, 1995 ) Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman ( Stuart dan Sundeen, 1995 )
Perasaan marah adalah normal untuk setiap individu namun perilaku yg dimanifestasikan oleh perasaan marah tersebut dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif dan maladaptif.
Rentang Respon Marah Respon Adaptif Respon Maladaptif Asertif Frustrasi Pasif Agresif Kekerasan
Seseorang yg frustrasi menimbulkan sikap pasif dan melarikan diri atau melawan dan menentang. Respon melawan dan menentang merupakan respon maladaptif yaitu agresif dan kekerasan. Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dg ancaman tanpa niat melukai. Umumnya masih dapat mengontrol perilaku tanpa melukai.
Kekerasan : Disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilakunya ditandai dg mendekati orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman dan melukai pada tingkat ringan dan yang paling berat adalah melukai pada tingkat serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
Faktor Predisposisi 1. Psikologis kegagalan dan masa kanak-kanak yg tidak menyenangkan 2. Perilaku Reinforcemen yg diterima saat melakukan kekerasan,dan sering mengobservasi kekerasan 3. Sosial Budaya budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yg tidak pasti sehingga kekerasan itu seperti permisive. 4. Bioneurologis Kerusakan sistem limbik, lobus frontal, temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter.
Faktor Presipitasi Klien kelemahan fisik (peny. fisik), keputusasaan dan percaya diri yg kurang. 2. Lingkungan Ribut, padat , kritikan yg mengarah pada penghinaan dan kehilangan Interaksi sosial interaksi yg provokatif dan konflik.
Tanda dan Gejala Hasil Observasi : Muka merah, pandangan tajam, otot tegang. Nada suara tinggi dan suka berdebat. Klien tampak sering memaksakan kehendak, merampas makanan atau barang orang, memukul jika tidak senang.
Ada 4 macam Perilaku kekerasan Ancaman verbal Merusak lingkungan Menciderai diri sendiri Menciderai orang lain
Diagnosa Keperawatan Masalah Keperawatan Perilaku Kekerasan Resiko menciderai Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Diagnosa Keperawatan Risiko menciderai orang lain dan lingkungan berhubungan dengan prilaku kekerasan. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
Tujuan Tujuan Umum Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Tujuan Khusus Manajemen perilaku kekerasan Manajemen krisis ( Pada saat terjadi prilaku kekerasan
Tim Krisis Perilaku Kekerasan Tim krisis PK terdiri dari : 1. Ketua Tim krisis sebagai leader Biasanya perawat yg berperan sebagai kepala ruangan atau penanggung jawab shif. 2. Anggota Tim minimal 2 orang perawat primer dan ketua tim atau staf perawat. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor yg telah terlatih menangani krisis.
Aktifitas yg dilakukan oleh Tim Krisis ( Stuart dan Laraia, 1998 ) Tunjuk ketua tim krisis Susun anggota tim krisis Beritahu petugas keamanan bila perlu Pindahkan klien lain dari area penanganan Ambil alat pengikat jika perlu Uraikan rencana pengamanan pada tim Tunjuk anggota tim yg akan mengamankan anggota gerak klien Jelaskan tindakan pada klien dan mengusahakan klien kooperatif
Lanjutan Ikat klien dg petunjuk ketua tim Beri obat sesuai program terapi dokter Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien Evaluasi tindakan yg telah dilakukan bersama anggota tim Jelaskan kejadian pada staf lain dan klien jika perlu. Integrasi klien kembali pada lingkungan secara bertahap.
Pembatasan Gerak Adalah memisahkan klien di tempat yg aman dg tujuan melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya.Biasanya di sebut juga dg kamar isolasi. Klien dilakukan pembatasan gerak karena : Klien dapat menciderai orang lain atau dicederai oleh orang lain Membutuhkan pembatasan interaksi dg orang lain Memerlukan pengurangan stimulus dari lingkungan
Langkah-langkah Pelaksanaan Pembatasan gerak Tunjuk ketua tim krisis Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain. Jelaskan pada klien dan staf lain tentang prilaku yg diperlukan untuk mengakhiri tindakan Buat perjanjian dg klien untuk mempertahankan mengontrol prilakunya. Bantu klien mempergunakan metoda kontrol diri yg diperlukan
lanjutan Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi,eliminasi, hidrasi, kebersihan diri dan kebersihan kamar. Lakukan supervisi secara periodik untuk memantau dan memberikan tindakan keperawtan yg diperlukan Libatkan klien dalam pemutusan pemindahan klien secara bertahap Dokumentasikan ttg alasan pembatasan gerak, tindakan yg dilakukan, respon klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.
Pengekangan / Pengikatan Fisik Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dg mengikat tungkai klien ( Stuart dan Laraia, 1998 ). Tindakan pengekangan masih umum dilakukan perawat disertai dg penggunaan obat psikotropik (Duxbury, 1999).
Langkah-langkah Pelaksanaan Pengekangan (Stuart dan Laraia, 1998) Beri suasana yg menghargai dg supervisi yg adekuat. Siapkan jumlah staf yg cukup dg alat pengekang yg aman dan nyaman. Tunjuk seorang ketua Tim krisis Jelaskan tujuan, prosedur dan lama pengekangan pada klien dan staf Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur, Ikatan dengan posisi anatomis. Ikatan tidak terjangkau oleh klien.
Lanjutan Lakukan supervisi yg adekuat dg tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman. Memberi aktivitas seperti tv atau membacakan buku pada klien untuk memvasilitasi kerjasama. Perawatan pada daerah pengikatan : Pantau kondisi kulit yg diikat Lakukan latihan gerak pada tungkai yg diikat secara bergantian tiap 2 jam Lakukan perubahan posisi tidur Periksa tanda-tanda vital tiap 2 jam
Lanjutan Bantu pemenuhan kebutuhan eliminasi, nutrisi, hidrasi dan kebersihan klien Libatkan dan bantu klien untuk mengontrol prilaku sebelum ikatan dibuka secara bertahap. Kurangi pengekangan secara bertahap Dokumentasikan seluruh tindakan.
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA