IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KONSELING UNTUK ANAK TUNA NETRA
Advertisements

Assalamu'alaikum....
Metaplan dan walking seminar
SIKLUS HIDUP, KESEHATAN DAN PERAN SOSIAL
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
IDENTIFIKASI & PENANGANAN ANAK BINA NETRA
Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSIKOLOG
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.Psi, Psi
IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Destina Puji Rahayu Friesca Aster Indah Indriyani Satria Suja Senotsa 4C4C.
Dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K) Psikiater Anak
PENJAS ADAPTED BAGI TUNAGRAHITA
PERIODE INFANCY (MASA BAYI)
Materi Pertemuan 12 Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi.
PENDIDIKAN TUNANETRA Oleh: Sumaryanti
Latar Belakang Masalah
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
Menghilangkan Rasa Takut pada Anak
Ragam Alat Bantu Media Pembelajaran
PENDIDIKAN ANAK LUAR BIASA (PLB)
Pengembangan Media Pembelajaran Matematika
Mengenal TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)
MODEL LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Media Pembelajaran OLEH : RATNASARI
MODEL pelaksanaan remedial & pengayaan DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
PRINSIP–PRINSIP Perkembangan
Psikologi Anak Berbakat Olivia Tjandra W., M. Si., Psi
SELAMAT DATANG PESERTA BINTEK
“PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL UNTUK ANAK BERKELAINAN AKADEMIK DAN MENTAL EMOSIONAL” Nur Amalina Siti Lailatus Sholichah Kanty.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI OLEH GURU
PROGRAM PENGEMBANGAN KEKHUSUSAN
Belajar orang dewasa dan pendidikan luar sekolah
Oleh : Munawir Yusuf PLB FKIP UNS
Aplikasi Pemeriksaan Psikologis
PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA
PERTEMUAN 2 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
TUGAS ASKEB IV -PROSEDUR PEMERIKSAAN -DETEKSI DINI
PERAN DAN TUGAS GPK DI SEKOLAH INKLUSI
di SLB Tunas Kasih 1 Leuwiliang-Bogor
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.Psi, Psi
KOMPUTER/MEDIA GRAFIS
BIMBINGAN KONSELING.
Pengantar Ilmu Pendidikan
Belajar Dengan Melihat (visual)
MEDIA PEMBELAJARAN By: Durinda Puspasari.
Monitoring dan evaluasi pelayanan kebidanan di komunitas
GAYA MENGAJAR La Tahang Fkip unhalu.
Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PEMBELAJARAN BAGI ANAK DENGAN KETUNANETRAAN
MENGENAL DAN MELAYANI ABK
PENDIDIKAN ANAK LUAR BIASA (PLB)
PERKEMBANGAN BAHASA.
PENGEMBANGAN PROFESI ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSI.
HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
ANGGOTA : Kelompok 2 ENDAH SETIYARINI NIM
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Mengenal Lebih Dekat dan Penanganannya di Kelas Oleh: Ana Karunia, S.Psi.
Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan
ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSIKOLOG
Blindness (Gangguan Penglihatan)
teori belajar Teori Psikologi Klasik Teori Mental State
PERANCANGAN PEMBELAJARAN TERPADU
Intelectual Disability
NAMA ANGGOTA : 1.ARSI PURNAMA DEWI ( ) 2.FRISCA TAMARA IKA PRATIWI ( ) 3B PENDIDIKA N BIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA.
RUPTURA SINUS MARGINALIS
ADVOKASI TENTANG ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KEPADA MASYARAKAT : GAMPONG LAKSANA, KEC. KUTA ALAM, BANDA ACEH Oleh: DM. Ria Hidayati, S.Psi., M.Ed Direktur.
PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELOMPOK 5 Anggota :1.Roni Hermawan ( ) 2. Joko Sutrisno( ) 3. Ilvan Triyudha Pangestu( ) 4. Resti Nurmaya( )
PENDALAMAN MATERI IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK TUNANETRA
Transcript presentasi:

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSIKOLOG

Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) 1. Tunanetra Anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat- alat khusus, mereka masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus

Ciri – Ciri Anak Tunanetra Tidak mampu melihat Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter Kerusakan nyata pada kedua bola mata Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan Mengalami kesulitan mengambil benda kecil didekatnya Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering Pandangan hebat pada kedua bola mata Mata yang bergoyang terus

Berdasarkan terjadinya ketunanetraan Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan

Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri

Berdasarkan kemampuan daya penglihatan Tunanetra ringan yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan Tunanetra setengah berat yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal Tunanetra berat yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat

Berdasarkan pemeriksaan klinis Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan

Faktor Penyebab Tuna Netra Pre Natal, Bisa karena keturunan atau pertumbuhan dalam kandungan Post Natal Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras. ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan.

Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Akademis Berbagai pendapat para ahli menunjukkan bahwa ketunanetraan dapat mempengaruhi prestasi akademik para penyandangnya. Akan tetapi mereka sependapat bahwa pengaruhnya tidak sebesar yang terjadi pada anak tunarungu karena pendengaran memegang peranan peranan penting dalam kegiatan belajar di sekolah dibandingkan pengelihatan.

Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Pribadi dan Sosial Beberapa literatur mengemukakan karakteristik yang mungkin terjadi pada anak tunanetra yang tergolong buta sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari kebutaanya adalah: Curiga pada Orang Lain Mudah Tersinggung Ketergantungan pada Orang Lain

Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Fisik/Sensorik dan Motorik/Perilaku kondisi matanya yang berbeda dengan mata orang awas dan sikap tubuhnya yang kaku Aspek Sensorik : menunjukkan kepekaan yang lebih baik pada indera pendengaran dan perabaan dibandingkan dengan anak awas. Aspek Motorik/Perilaku: Gerakan agak kaku dan kurang fleksibel, serta sering melakukan perilaku stereotip, seperti menggosok-gosok mata dan menepuk-nepuk tangan.

PRINSIP PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNANETRA Pengalaman Kongkrit segala sesuatu yang diperkenalkan atau diajarkan diupayakan agar dapat diterima dan dialami secara nyata. Penyatuan antar Konsep Dalam teknik ini dilakukan perabaan bagian demi bagian kemudian konsep secara keseluruhan baru didapat dibentuk berdasarkan informasi bagian-bagian tersebut

Belajar Sambil Melakukan Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing) ini erat kaitannya dengan prinsip pengalaman kongkrit yang menekankan agar anak berkelainan penglihatan memperoleh pengetahuan melalui pengalaman yang secara langsung dialami sendiri

POLA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNANETRA Duplikasi, artinya mengambil seluruh materi dan strategi pembelajaran pada anak awas ke dalam pembelajaran pada anak tunanetra tanpa melakukan perubahan. modifikasi terhadap materi, media  dan strategi pembelajaran yaitu sebagian atau keseluruhan materi, media, prosedur dan strategi pembelajaran yang dipergunakan pada pembelajaran anak awas dimodifikasi sedemikian rupa sehingga baik materi, media, dan strategi pembelajarannya sesuai dengan karakteristik anak.

Substitusi, yaitu mengganti materi, media, dan strategi pembelajaran yang berlaku pada  pembelajaran anak awas, bahkan mengganti  mata pelajaran  tertentu, misalnya mata pelajaran menggambar diganti dengan apresiasi seni suara atau sastra omisi, yaitu penghilangan  materi tertentu yang berlaku pada pembelajaran anak awas. Hal tersebut dilakukan apabila ketiga prinsip di atas sudah tidak dapat dilakukan,

Modifikasi pembelajaran Modifikasi  waktu pembelajaran Modifikasi  sarana/ media Modifikasi pengelolaan kelas

Peraga pembelajaran Upayakan setiap anak mendapat kesempatan untuk mengamati (meraba) media yang tersedia. Objek tiga dimensi harus disajikan dalam bentuk benda asli atau model. Peraga  hendaknya jangan terlalu besar atau terlalu kecil, yang ideal adalah sejauh kedua tangan dapat mendeteksi objek secara keseluruhan. Penyajian tabel/ diagram perlu penjelasan cara membaca dan maksud tabel/ diagram tersebut. Ada jaminan bahwa peraga itu tidak berbahaya, tidak mudah rusak.