Peran keluarga / caregiver dalam perawatan pasien dengan epilepsi Dr. Guntara Hari, SpKJ
Epilepsi Epilepsi: gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala yang datang dalam bentuk serangan berulang yang disebabkan lepasan muatan listrik abnormal sel – sel syaraf otak, yang bersifat reversibel (S.M.Lumbantobing,2002) Etiologi bermacam dpt mengenai siapa saja Bersifat khronis dgn pengobatan jangka panjang
Stigma (sangkaan buruk) menjadikan penderita lebih tak berdaya dan gagal dalam kehidupan membatasi diri secara berlebihan dalam kegiatan keseharian / interaksi sosial Dampak pada penderita dan orang di sekitarnya (terutama keluarga) harus ditatalaksana secara holistik
Holistic treatment (penyembuhan paripurna) Dokter: diagnosis – penatalaksanaan Obat: ketersediaan – kualitas – harga Pasien: keinginan sembuh – keterlibatan Keluarga: dukungan psikososioekonomi
Hal – hal yang perlu diketahui oleh keluarga The nature of the disease / penyakit epilepsi Pengobatan: jenis, cara pemberian, efek samping, lama, rencana selanjutnya,dll Memastikan ketersediaan: Obat - alkes Sarana penunjang (lingkungan, perawat/an),transportasi,dll
Hal – hal yang perlu diketahui oleh keluarga Pada 20% pasien epilepsi khronis (>9thn) dapat muncul beberapa gejala psikotik episodik sebagai berikut: Halusinasi auditorik 13,8% Waham kejar 6,3% Penyiaran pikiran 3,8% Terdapat kemungkinan korelasi positif antara usia awitan penyakit epilepsi, keteraturan berobat , dan frekuensi kejang dengan kemunculan gejala psikosis episodik Tesis PPDS I: Gambaran gejala episodik psikosis pada pasien epilepsi di poliklinik syaraf RSCM 2006, Guntara Hari
Kolaborasi vs Konfrontasi Tenaga medis adalah mitra dalam mengusahakan penyembuhan Komunikasi menentukan kualitas kemitraan Profesionalisme: Keilmuan, ketrampilan cara memosisikan diri (way in presenting yourself) Empati Mengerti memahami menyakini, mempercayai.
Kolaborasi vs Konfrontasi Kepercayaan + profesionalisme = komunikasi yang baik hubungan terapeutik Hubungan terapeutik: hubungan antara tenaga medis dan pasien / keluarga sedemikian sehingga dapat dilakukan usaha penyembuhan terhadap pasien secara optimal dan paripurna
Pasien dgn penyakit khronis Waktu (jangka panjang) Keuangan (kesinambungan) Tanda dan gejala (berulang, hilang timbul) Pola hidup / rutinitas (berubah) Obat – obatan (efektifitas, efek samping) Harapan sembuh (pengertian ‘sembuh’) Disabilitas
Pasien dengan penyakit khronis Penyakit seringkali menjadi bagian dari identitas diri belajar menyesuaikan diri agar terapi optimal Keluarga / caregiver harus menyesuaikan diri dgn perubahan menjadi identitas menerima kondisi pasien apa adanya
Pasien dengan penyakit khronis Keterbatasan dan atau disabilitas adalah: Bagian dari identitas diri ≠ penyakit ‘kondisi’ vs penyakit Belajar hidup ‘normal’ ≠ ‘istimewa’ karena peran sakit (overproteksi).
Pasien dengan penyakit khronis Holistic treatment membantu pasien: Memperlambat perburukan kondisi klinis dan mengurangi stigma dan stres sosial tambahan Memperbaiki kemampuan berkomunikasi dan interaksi dengan lingkungan dengan mengembangkan sikap ‘acceptance’ Pada akhirnya membuat pasien lebih mandiri
Kesimpulan 4 aspek penyembuhan paripurna Informasi tentang penyakit Hubungan terapeutik Kemampuan menerima kondisi seperti apa adanya
TERIMA KASIH