Hubungan Tanah – Tanaman

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Udara Tanah.
Advertisements

KELAS XI SEMESTER 2 SMKN 7 BANDUNG
VI. KUALITAS AIR DAN DEBIT
Kapasitas Tukar Kation
Kesuburan Tanah (5) FOSFOS (P) & KALIUM (K) Semester Genap 2006/2007
REAKSI TANAH (pH).
Unsur Hara Mikro: Kation & Anion
Suhu Tanah.
Udara Tanah.
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN
Imbibisi dan Air.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN
Bahan Organik Tanah Biomasa Hidup (4%) Senyawa Non Humik (30%)
Faktor Abiotik.
PENGELOLAAN TANAH PROF.DR.IR. SUNTORTO WONGSOATMOJO. MS.
KEMAMPUAN LAHAN Kemampuan lahan merupakan karakteristik lahan dalam kaitannya dengan kemampuannya untuk menumbuhkan tanaman.
Daur Biogeokimia.
RETENSI AIR TANAH.
KESUBURAN TANAH.
YANG SELALU HADIR DAN MENGALIR
Hubungan Suhu dan Pertumbuhan Tanaman
HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN
The yield of plants depends directly on the amount of plant food available. Base your fertilizer quantity on the pre-plant soil test, leaf analysis and.
KETERSEDIAAN HARA TANAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN TANAMAN
Siklus Hidrologi Pendek
PENYEBARAN DAN PENGELOLAAN PESTISIDA
SIFAT KIMIA TANAH : KAPASITAS TUKAR KATION&ANION
HUBUNGAN AIR, TANAH & TANAMAN.
Pergerakan Hara, Transportasi Hara dan Pemupukan Berimbang
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Pertemuan Ke-11 Hubungan Tanah dan Tumbuhan
Serapan Hara Daun.
Kesuburan Tanah.
SIFAT KIMIA TANAH : UNSUR HARA tanah
Keasaman Tanah.
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
UNSUR-UNSUR HARA ESENSIAL BAGI PERTUMBUHAN TANAMAN
SISTEM PERTANIAN BERSIFAT BUDI DAYA TANAMAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN
SISTEM PERTANIAN BERSIFAT BUDI DAYA TANAMAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Kesuburan Tanah.
PERTANIAN LAHAN MARJINAL
PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR TANAMAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT
SIFAT KIMIA TANAH : reaksi tanah
Keasaman Tanah.
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
`DASAR AGROTEKNOLOGI` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Mobilitas Unsur Pergerakan Hara menuju Akar
Kesuburan Tanah (2) Unsur Hara Semester Genap 2006/2007
`DASAR AGROTEKNOLOGI` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
Oleh : Artharini Irsyammawati,S.Pt.MP
EVALUASI KESTAN MELALUI DATA ANALISIS KIMIA TANAH
SIFAT KIMIA TANAH Muhammad Rozadi
BAB 2 PERTANIAN, ENERGI DAN KOMPONEN
POKOK-POKOK BAHASAN ASPEK TANAH/LAHAN DALAM AGROEKOLOGI
FAKTOR LINGKUNGAN YG UTAMA BAGI TUMBUHAN
Mobilitas Unsur Pergerakan Hara menuju Akar
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN
Kredit : 3 (2+1) SKS By: KASIONO, SP
HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN
BAB V. SIFAT BIOLOGI TANAH
PRODUKSI PUPUK ORGANIK DIPERKAYA ASAM HUMAT DAN FULVAT MENGGUNAKAN CENTROSEMA, RUMPUT GAJAH DAN PUPUK KANDANG AYAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS.
BOT BAHAN ORGANIK TANAH MK. Dasar Ilmu Tanah
Wednesday, September 19, 2018 IV. Sifat Kimia Tanah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN MAKHLUK HIDUP NAMA KELOMPOK : ELVA MEIROSA MELI WULAN ASIH DEA ANANDA LUSIANA SARI AMELLIA PUTRI RAFIKA S ISTIQOMAH.
OLEH : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS 2019 Kelompok 3 Kimia tanah.
Transcript presentasi:

Hubungan Tanah – Tanaman Tanah sebagai media bertanam Bentuk hara dalam tanah Kuantitas dan intensitas hara Gerakan hara dalam tanah Mekanisme penyerapan hara oleh akar Faktor penentu pertumbuhan tanaman Kurva pertumbuhan tanaman

Tanah sebagai media bertanam Soil is the medium wich supports the growth of plants. It provides mechanical supports, the water and oxygen supplay to plant roots as well as the plant nutrients. Bab 2. 12 September 2006

Pertanian Interaksi: Manusia Tanaman Tanah (lingkungan) Bab 2. 12 September 2006

Tanaman Hidup : Materi – Energi – Nyawa Tumbuh : pertambahan fisik Berkembang : bekerjanya fungsi Bab 2. 12 September 2006

Fokus tanah: Indonesia negara agraris petani atau buruh tani dengan kepemilikan lahan sempit Iklim tropika: CH tinggi, kelembaban tinggi, temperatur hangat, perkembangan tanah intensif. Bab 2. 12 September 2006

BENTUK HARA TANAH Jika tanah digambarkan selaku sistem, maka dapat dipilahkan adanya komponen masukan dan komponen keluaran. Di dalam tanah unsur hara memiliki berbagai bentuk dan kelincahan untuk bergerak. Hara dapat mengalami alih rupa dan alih tempat. Bab 2. 12 September 2006

Sumber hara (1) Perombakan bahan organik tanah.  Pelapukan mineral tanah.  Pemupukan.  Pembenah organik: rabuk, kompos, biosolid.  Penambatan N : legum. Bab 2. 12 September 2006

Sumber hara (2) Batuan: batuan fosfat, greensand. Buangan industri: kapur, gipsum. Pengendapan udara: N, S. Pengendapan air: sedimen, erosi, banjir. Bab 2. 12 September 2006

Pangkalan hara (1) Larutan tanah: bentuk hara terlarut dalam lengas tanah dan sifatnya tersedia segera untuk diserap oleh akar bagi tanaman. Bahan organik: selalu mengalami proses perombakan dan oleh karena itu akan melepaskan hara. Bab 2. 12 September 2006

Pangkalan hara (2) Organisme tanah: hara diambil untuk metabolisme atau menjadi komponen penyusun tubuhnya, sehingga mengalami imobilisasi sementara. Mineral tanah: hara yang berada dalam pangkalan ini memeiliki sifat antara cukup terlarut sampai sedikit terlarut. Bab 2. 12 September 2006

Pangkalan hara (3) Permukaan jerapan: hara dipegang permukaan tanah oleh berbagai mekanisme, berkisar antara cepat tersedia sampai sangat lambat tersedia. Pertukaran kation: tipe yang sangat penting dari jerapan permukaan tanah. Bab 2. 12 September 2006

Bab 2 Hubungan Tanah – Tanaman Tanah sebagai media bertanam Bentuk hara dalam tanah Kuantitas dan intensitas hara Gerakan hara dalam tanah: difusi, aliran masa,pertukaran Mekanisme penyerapan hara oleh akar Faktor penentu pertumbuhan tanaman  Kurva pertumbuhan tanaman   Bab 2. 12 September 2006

Tanah sebagai media bertanam Tiga fase penyusun tanah yaitu: fase padat, cair dan gas  mempengaruhi pasokan hara untuk tanaman Fase padat  cadangan (reservoir) hara yang utama. Partikel anorganik mengandung kation seperti K, Na, Ca. Mg, Fe, Mn, Zn dan Cu, sedang partikel organik adalah sumber utama N, dan sebagian P dan S. Fase cair  yaitu larutan tanah, berperan dalam transport hara dalam bentuk ion ke arah akar tanaman. Bersamaan dengan transport hara, di dalam larutan tanah juga terkandung O2 dan CO2. Fase gas  media pertukaran gas antara akar tanaman dan organisme tanah (bakteri, fungi dan hewan) dengan atmosfer sehingga mendapatkan O2 dan melepas CO2 hasil respirasi. Bab 2. 12 September 2006

Tanah sebagai media bertanam Tiga fase penyusun tanah yaitu: fase padat, cair dan gas  mempengaruhi pasokan hara untuk tanaman Fase padat  cadangan (reservoir) hara yang utama. Partikel anorganik mengandung kation seperti K, Na, Ca. Mg, Fe, Mn, Zn dan Cu, sedang partikel organik adalah sumber utama N, dan sebagian P dan S. Fase cair  yaitu larutan tanah, berperan dalam transport hara dalam bentuk ion ke arah akar tanaman. Bersamaan dengan transport hara, di dalam larutan tanah juga terkandung O2 dan CO2. Fase gas  media pertukaran gas antara akar tanaman dan organisme tanah (bakteri, fungi dan hewan) dengan atmosfer sehingga mendapatkan O2 dan melepas CO2 hasil respirasi. Bab 2. 12 September 2006

Berbagai macam komponen tanah yang mempengaruhi konsentrasi hara dalam larutan tanah Nutrient uptake Soil air 6 1 Surface exchange LARUTAN TANAH 2 5 3 SOM 4 Solid minerals Rainfall Evaporation Drainage

(1) plant nutrients (cation and anion) are adsorbed from soil solution, and release ions (H+, OH-, HCO3-) back to the soil solution (2) Ions adsorbed to the surface of soil minerals desorb from these surfaces to resupply the soil solution. (3) Soils also contain minerals that can dissolve to resupply the soil solution. Ions are adsorbed to mineral surfaces (2) or precipitated as solid minerals (4) Enviromental factors and human activities (such as fertilization) (5) Soil organic matter decomposition releases ions to the soil solution or immobilization of the ions released (6) Plant root and soil organisms utilize O2 and respire CO2 through metabolic activity

Kuantitas – Intensitas Hara Buffer Capacity (BC) merupakan kemampuan tanah untuk menyediakan kembali ion ke dalam larutan tanah BC meliputi semua komponen padatan tanah dalam sistem tanah, yaitu kation dan anion dalam fase padat mineral tanah, teradsorpsi dalam situs pertukaran tanah, dan dalam bahan organik tanah Contoh: H+ yang dinetralkan oleh pengapuran K+ yang diserap oleh tanaman H2PO42-

Kuantitas dan intensitas hara Soil buffering capacity (daya sangga tanah) kemampuan tanah untuk mempertahankan kadar hara dalam larutan tanah, atau kapasitas fasa padatan untuk mengisi kembali (replenishment) hara dalam larutan yang diserap oleh akar tanaman.

Daya Sangga Tanah/Soil Buffering Capacity Ketersediaan Hara Tanaman tidak melulu bergantung kepada konsentrasi hara di dalam larutan tanah, tetapi penting juga memperhatikan kapasitas tanah untuk menjaga konsentrasi hara di dalam larutan tanah Buffering Capacity (BC) adalah kemampuan tanah untuk memasok ion kembali (resupply) ke dalam larutan tanah. Semua komponen padatan tanah mempunyai BC

Sebagai contoh, jika ion H+ di dalam larutan tanah dinetralkan oleh pengapuran, sejumlah ion H+ lainnya akan terlepaskan dari situs pertukaran tanah. Jadi pH larutan tanah akan terbuffer (tersangga) oleh H+ tertukar tadi, dan pH larutan tanah tidak akan meningkat hingga jumlah H+ tertukar secara signifikan mengalami netralisasi Demikian juga jika akar tanaman menyerap hara misalnya K+ dari larutan tanah, maka sejumlah K+ dari kompleks pertukaran akan terlepaskan untuk menukar hara K+ yang diserep oleh tanaman.

BC = Q/I Q = faktor kapasitas, meliputi ion yang terjerap dan mineral yang melarutkan secara cepat untuk memasok hara diatas kebutuhan satu musim tanam. I = faktor intensitas, perubahan konsentrasi hara dalam larutan. penyerapan oleh tanaman  I (menurunkan konsentrasi dalam larutan). Q yang tinggi menjaga konsentrasi hara dalam larutan, I neto menjadi kecil. Q rendah tidak mampu menjaga konsentrasi hara dalam larutan, I neto menjadi besar

Kuantitas – Intensitas Hara BC tanah = ∆Q / ∆I ∆Q = konsentrasi ion yang teradsorbsi oleh fase padat tanah ∆I = konsentrasi ion dalam larutan tanah BC a > BCb karena slope A lebih tajam dari slope B Jadi peningkatan konsentrasi ion yang teradsorbsi meningkatkan konsentrasi larutan pada tanah B lebih banyak daripada tanah A Atau penurunan konsentrasi ion di dalam larutan oleh serapan tanaman menurunkan jumlah ion di dalam larutan tanah A lebih rendah daripada B

BC tanah dapat meningkat dengan meningkatnya KPK, kandungan BOT, dan kandungan lempung di dalam tanah. Contoh : BC tanah lempung montmorilonit + kandungan BOT)tinggi >> tanah lempung kaolonit + kandungan BOT rendah. Karena KPK tanah meningkat jika kandungan lempung tanah meningkat, maka tanah dengan tekstur halus akan mempunyai BC yang lebih tinggi daripada tanah dengan tekstur kasar Jika K+ tertukar berkurang (misalnya akibat serapan oleh tanaman), maka kapasitas tanah untuk menyangga K+ dalam larutan tanah berkurang, dengan demikian telah terjadi kekahatan (deficiency) K+, sehingga diperlukan pupuk K untuk mengatasi kekahatan K tersebut.

Gerakan hara dalam tanah Ion di dalam tanah tanah akan bergerak menuju permukaan akar dengan mekanisme berikut: root interception, mass flow atau diffusion.

Intersepsi akar Akar tumbuh menembus tanah, bersinggungan dengan permukaan partikel tanah, permukaan akar bersinggungan dengan ion hara yang terjerap, kemudian terjadi pertukaran secara langsung (contact exchange).

Meskipun angkanya kecil, tetapi sumbangannya penting agar hara mencapai akar. Hal ini nampak jelas terutama bagi hara dengan kadar tinggi dalam tanah misalnya Ca dan Mg, atau hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil bagi tanaman seperti Zn dan Mn dan hara mikro lainnya.

Proses intersepsi [rambut akar] H+ dengan K+ [lempung/BO] pertukaran    [rambut akar] K+ dengan H+ [lempung/BO]

KPK akar  oleh karena adanya gugus COOH (70 -90 % KPK akar) Hal ini terjadi karena akar juga memiliki KPK yang berumber dari gugus karboksil (seperti dalam bahan organik): COOH  COO- + H+. KPK akar pada monokotil : 10 - 30 meq / 100 g dengan sifat kation monovalen lebih cepat diserap KPK akar dikotil : 40 - 100 meq / 100 g dengan sifat kation divalen lebih cepat diserap. Species CEC meq/100 g Dry Root Wheat 23 Corn 29 Bean 54 Tomato 62 KPK akar  oleh karena adanya gugus COOH (70 -90 % KPK akar)

Aliran masa (mass flow) Hara terlarut terbawa bersama aliran air menuju akar tanaman, aliran air dipengaruhi oleh transpirasi, evaporasi dan perkolasi. Jumlahnya proporsional dengan laju aliran (volume air yang ditranspirasikan) dan kadar hara dalam larutan tanah.

Faktor yang mempengaruhi aliran masa: kadar lengas tanah: tanah yang kering tidak ada gerakan hara, temperatur: temperatur yang rendah mengurangi transpirasi dan evaporasi, ukuran sistem perakaran: mempengaruhi serapan air. Pengaruh kerapatan akar terhadap pasokan hara oleh aliran masa lebih ringan dibanding terhadap intersepsi akar dan difusi.

Difusi (diffusion) Ion bergerak dari wilayah yang memiliki kadar hara tinggi ke wilayah yang lebih rendah kadar haranya. Kadar hara di permukaan akar lebih rendah dibandingkan kadar hara tersebut larutan tanah di sekitar akar. Ion bergerak menuju permukaan akar. Mekanisme ini sangat penting bagi hara yang berinteraksi kuat dengan tanah. Terutama untuk memasok hara P dan K, juga hara mikro Fe dan Zn.

Jarak difusi hara sangatlah pendek yaitu: 1 cm untuk N, K ~ 0,2 cm, sedangkan P ~ 0,02 cm. Ukuran dan kerapatan akar sangat mempengaruhi pasokan hara oleh mekanisme difusi. Hal ini harus menjadi pertimbangan dalam penempatan pupuk. Rata-rata jarak antar akar jagung pada 15 cm tanah permukaan adalah 0,7 cm, sehingga hara memerlukan setengah dari jarak tersebut untuk berdifusi atau 0,35 cm sebelum mencapai posisi yang siap diserap akar tanaman jagung

Mass flow mensuplai kelebihan Ca2+, Mg2+, beberapa unsur hara mikro dan sebagian besar hara terlarut seperti NO3-, Cl- dan SO42-. Proses mass flow dan difusi sangat penting di dalam pengelolaan hara tanaman. Tanah yang mempunyai laju difusi yang rendah akibat BC yang tinggi, kandungan lengas yang rendah, atau kandungan lempung yang tinggi membutuhkan aplikasi hara immobile dekat tanaman untuk memaksimalkan ketersediaan hara dan serapan hara oleh tanaman.

Jones, B. 2003. Agronomic Handbook

Jones, B. 2003. Agronomic Handbook

Intersepsi akar dapat ditingkatkan dengan mikoriza yang merupakan asosiasi simbiotik antara fungi dan akar tanaman. Mikoriza memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap tanaman jika tumbuh dalam lingkungan yang tidak subur. Infeksi mikoriza juga meningkat dalam keadaan pH tanah agak masam, kandungan P yang rendah, N yang berlebih dan suhu tanah rendah. Benanh hipha dari mikoriza bertindak sebagai ekstensi sistem perakaran tanaman, yang menghasilkan kontak yang lebih luas dengan permukaan tanah.

Mycorrhizae live on the roots of plants and form a symbiotic relationship. They extend microscopic straw-like filaments called “hyphae” into the soil where they extract, transport, and dramatically increase a host plant’s supply of nutrients and moisture. Pockets of nutrients and water in the soil which were once unreachable by standard root systems are now made accessible through the “super-mining” effects which mycorrhiza gifts to your plants. http://sdhydroponics.com/resources/articles/gardening/inoculate-with-mycorrhizae-for-successful-gardening

Tangadurai et al . (Eds). 2010. Mycorrhizal Biotechnology Mikoriza arbuscular adalah salah satu mikoriza penting yang secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan tanaman Tangadurai et al . (Eds). 2010. Mycorrhizal Biotechnology

PERTUMBUHAN TANAMAN Ditentukan oleh: Faktor genetik Faktor lingkungan

Genetik: Tanaman dengan hasil panen tinggi (high yielding) mengambil hara lebih banyak dibandingkan tanaman biasa. Tanaman demikian bersifat menguras hara. Jika ditanam pada tanah yang memiliki ketersediaan hara terbatas, maka hasil panen akan lebih rendah dibandingkan tanaman biasa.

Pada masa lampau dilakukan pemilihan varitas tanaman untuk berbagai tingkat kesuburan tanah yang berbeda. Sekarang hal tersebut tidak dikerjakan lagi, karena pada tanah yang tidak subur dapat ditambahkan pupuk. Meski demikian tetap dilakukan upaya pemilihan tanaman misalnya: tahan terhadap pH rendah atau keracunan Al, atau terhadap kondisi garaman, atau tahan terhadap kekeringan.

merupakan ukuran intentitas panas. Lingkungan: Temperatur : merupakan ukuran intentitas panas. Kisaran temperatur secara umum untuk makluk hidup: -35 0C – +75 0C; Tanaman pertanian : 25 – 40 0C. Temperatur ini mempengaruhi: fotosintesis, respirasi, permeabilitas dinding sel, penyerapan air dan hara, transpirasi, aktivitas ensim dan koagulasi protein.

Lengas tanah : kadarnya dalam tanah bervariasi : jenuh air (saturated) - kapasitas lapangan (field capacity) - layu permanen (wilting point). Fungsi lengas antara lain sebagai : pelarut, media transportasi, bahan dasar H2O.

Sinar matahari: aspek yang terkait dengan pertumbuhan adalah: proses fotosintesis, lama penyinaran dan periode tumbuh.

Udara: diperlukan untuk respirasi dan sebagai bahan dasar CO2 dalam proses fotosintesis. Struktur tanah : mempengaruhi ruang tumbuh akar dan imbangan udara-lengas. Reaksi tanah: berkaitan dengan ketersediaan hara, unsur meracun dan kehidupan mikrobia.

Biotik: antagonisme atau sinergisme, jasad pengganggu: hama, penyakit, gulma Penyediaan hara: mineral, tekstur, struktur, pH, bahan organik tanah, pemupukan, pengolahan tanah. Perakaran tanaman dapat dangkal, dalam, atau menyebar. Senyawa penghambat pertumbuhan: adanya limbah atau bahan beracun.

Kurva Pertumbuhan Law of the mininum (perbaikan kondisi untuk pertumbuhan tanaman dengan merubah satu faktor tidak akan berpengaruh jika faktor lainnya membatasi)  diadopsi oleh Justus von Liebig untuk produksi tanaman Diminishing Respons Curve Mitscherlich Soil interactions  Bray

Liebig (c. 1860, German) (linear) Y = mX + b Y = yield m = slope - i.e. rate of yield increase, a function of the environment and nutrient; X = amount of nutrient added; b = minimum yield one would get this yield with no nutrient additions.

Mitscherlich (c. 1910, German) ( Diminishing Response Curve) dy/dx = (A-Y)C log (A-Y) = log(A) – cX A = maximum possible yield (theoretical) Y = actual yield dy/dx = slope - i.e. rate of yield increase, a function of the environment, the nutrient, and amount of nutrient already present. This value gets smaller as nutrient amount increases. x = amount of nutrient added; c = constant

Bray (c. 1920, U. Illinois) (soil interactions) log (A-Y) = log(A) - c1B – cX A = maximum possible yield (theoretical), Y = actual yield dy/dx= slope - i.e. rate of yield increase. It is a function of the environment, the nutrient, and amount of nutrient already present. This value gets smaller as nutrient amount increases. X = amount of nutrient added; c1 = constant that is for B; c = constant. B = value explaining behavior of ‘immobile’ nutrients (e.g. K, P, Ca, Mg). The c1B term takes into account the reality that nutrients interact with soil and not all nutrients behave identically.

Baule (c. 1920, German) (nutrient interactions) Y = A - A(1/2) # Baule Units A = maximum possible yield (theoretical); Y = actual yield. Baule Unit= the amount of nutrient that when added results in moving Y (yield) one-half way closer to A (maximum possible yield).

Practically, this equation says when one Baule Unit of a nutrient is added, then yield increases 50% of the difference between current yield and possible yield. If a second Baule Unit is added, then yield increase will be 1/2-way closer to the maximum possible yield, so 2 Baule Unites would result in 75% of the maximum possible yield increase. If a third Baule Unit of a nutrient is added, move 1/2-way closer to the maximum possible yield, or 87.5% of the maximum possible yield would result.

The advantage of baule units becomes apparent when dealing with nutrient Interactions. For example, if one knew the soil contained 2 Baule Units of N and 3 Baule Units of P, one might think sufficient N was available to get 75% of the maximum possible yield and sufficient P was available to get 87.5% of the maximum possible yield. Consequently, one would estimate 75% yield if only one nutrient were limiting. In fact, a first approximation for nutrient interactions is that one would only get 66% of the maximum possible yield because as far as the plant is concerned you have too little N and too little P. The 66% is calculated by multiplying the 75% from N by the 87.5% from P.