SNI struktur gedung. A Pasal ini dimaksudkan untuk mencegah benturan antara 2 gedung yang berdekatan. Dari pengalaman dengan berbagai peristiwa gempa kuat di waktu yang lalu, banyak kerusakan berat gedung terjadi karena gedung-gedung berdekatan saling berbenturan. Hal ini harus dicegah dengan memberi jarak antara yang cukup, seperti ditetapkan dalam pasal ini. A Pasal ini dimaksudkan untuk mencegah benturan antara 2 bagian struktur gedung yang dipisahkan dengan sela delatasi. Lebar sela dengan sendirinya harus cukup untuk mencegah terjadinya benturan antar-bagian yang tidak saja dapat menimbulkan kerusakan yang berat, tetapi juga dapat merubah respons struktur yang diperhitungkan. A Lebar sela pemisah harus dipelihara agar fungsinya tetap terjamin setiap saat. A.9 Pengaruh gempa pada struktur bawah A.9.1 Pembebanan gempa dari struktur atas A Dari falsafah perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung sudah jelas (lihat A.1.3), bahwa akibat pengaruh Gempa Rencana struktur atas memang sudah rusak berat, tetapi masih harus tetap berdiri dan tidak runtuh, sehingga jatuhnya korban jiwa manusia dapat dicegah. Akan tetapi, hal ini hanya dapat terjadi kalau struktur bawah tidak gagal lebih dahulu. Karena itu, struktur bawah harus dapat memikul dengan baik beban- beban yang dikerjakan oleh struktur atas pada saat struktur atas berada di ambang keruntuhan. Beban maksimum V m inilah yang ditetapkan dalam pasal ini. Beban maksimum ini termobilisasi di atas beban gempa yang menyebabkan pelelehan pertama V y, berkat adanya faktor kuat lebih struktur f 2 (lihat Gambar P.1). Karena kehiperstatikan struktur dan pembentukan sendi-sendi plastis yang tidak terjadi serempak bersamaan, maka terjadilah proses redistribusi gaya-gaya, yang menghasilkan faktor kuat lebih struktur tadi. Pada struktur yang daktail penuh (μ = 5,3), di mana terjadi redistribusi gaya-gaya secara luas, faktor kuat lebih struktur menurut berbagai penelitian mencapai f 2 = 1,75. Pada struktur yang elastik penuh (μ = 1), tidak terjadi redistribusi gaya-gaya sama sekali (tidak terbentuk sendi plastis), sehingga f 2 = 1,00. Dengan dua kondisi batas ini didapatlah pers.(37) untuk menghitung nilai f 2 untuk sembarang μ, dijabarkan dari azas kesamaan sudut kemiringan. Karena faktor kuat lebih beban dan bahan adalah f 1 = 1,6, maka dengan mudah beban gempa maksimum dapat dihitung sebagai perkalian beban gempa nominal dan faktor kuat lebih total f = f 1 f 2 yang dinyatakan oleh pers.(38) (lihat Gambar P.1). A Beban yang sangat dominan dikerjakan oleh struktur atas pada struktur bawah adalah momen guling, disertai beban normal (vertikal) dan beban geser (horisontal) yang bersangkutan. Momen guling nominal maksimum dari struktur atas pada struktur bawah yang berperilaku elastik penuh didapat dari momen guling maksimum dengan membaginya dengan R = f 1, yaitu faktor reduksi gempa untuk struktur elastik penuh seperti dinyatakan oleh pers.(40) (lihat Gambar P.1). A Kemungkinan lain adalah terjadinya momen guling yang dikerjakan oleh momen leleh yang terjadi pada sendi plastis pada kaki semua kolom dan pada kaki semua dinding geser. Sejak saat struktur gedung akibat pengaruh Gempa Rencana mengalami pelelehan pertama sampai saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan, sendi-sendi plastis 55 dari 63