Perpustakaan Ada satu hal lagi yang perlu saya kemukakan. Entah bagaimana saya berani mengusulkan sepintas lalu kepada Bung Hatta, agar perpustakaan pribadi beliau dimasukkan ke dalam Yayasan Idayu, dipelihara baik-baik untuk dipergunakan oleh rakyat banyak, terutama untuk dibaca generasi muda. Seingat saya Bung Hatta menjawab: “Baik nanti Saudara bicarakan dengan ahli waris saya.” Kesimpulan saya, beliau tidak menolak, supaya dibicarakan dengan ahli waris beliau. Juga soal makam, beliau tidak menolak, hanya mau berpikir-pikir dulu. Sudah tentu pelaksanaan mengenai perpustakaan beliau menunggu kepastian tempat Yayasan Idayu dan ruangan yang khusus di samping Ruang Patriot. Kenapa, maka koleksi buku-buku itu saya singgung? Koleksi beliau yang disimpan di rumah Jalan Diponegoro No. 57 kurang praktis letaknya. Tidak dapat dimanfaatkan oleh orang banyak, bahkan di pekarangan rumah hanya bisa parkir dua atau tiga mobil. Di Idayu beliau menjadi pelindung, dan Insya Allah buku-buku itu akan terawat baik dan bisa dibaca oleh lebih banyak orang. Dan lagi dalam kepengurusan Idayu termasuk juga keluarga Bung Hatta sendiri, yaitu Dr. Sri-Edi Swasono, dan keluarga beliau dapat saja sekalian merawat serta menjaga buku-buku itu. Banyak orang di luaran berkata, saya ini kesayangan Bung Hatta, saya sendiri kagum terhadap beliau, sangat hormat dan amat sayang. Pernah Dr. Sri Edi Swasono, menantu beliau, berkata. “Masagung kan lain dari yang lain. Ayah menganggap Masagung kesayangannya. Lihatlah orang-orang lain tidak bisa ketemu begitu saja. Tetapi Masagung kapan saja dipersilahkan masuk. Beliau membiarkan kaki beliau dipijit-pijit, dipegang-pegang oleh Masagung.” Apa saja cerita saya didengar penuh perhatian oleh Bung Hatta. Pernah saya berkata kepada beliau tentang falsafah hidup saya. Semuanya ini ialah karena berkat Allah Yang Maha Kuasa. Saya ingin menjadi manusia yang lebih baik hari ini, daripada kemarin. Ingin berbakti ikhlas kepada Tuhan, manusia, bangsa, negara, dan tanah air. Saya katakan kepada Bung Hatta bahwa riwayat jalan hidup saya telah berubah. Saya sekarang sudah masuk Islam, telah melakukan sembahyang lima waktu dan menjalankan dakwa. Saya senang melakukan pengobatan secara gaib (kun fayakuun). Semacam laporanlah yang saya sampaikan. Bung Hatta mengangguk-angguk sambil tersenyum. Masagung, Pribadi Manusia Hatta, Seri 9, Yayasan Hatta, Juli 2002