Reni Wijayanti ( ) Ariani Intan U ( ) Sutina ( ) Annisa Maulida ( )

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BAB II MEDIA DAN STERILISASI
Advertisements

RADIASI DAN AKTIVITAS MIKROBIA
HUBUNGAN CAHAYA DAN TANAMAN
oleh : LENI HANDAYANI, S.PI, MP
Kandungan Gizi Pada Talas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dasar-dasar Perlindungan Hutan Copyright © 2006 DCC (Development of Course Content ) Team LabLINKeshut 4 Bagian 2 C H A P T E R Perlindungan hutan terhadap.
Kelompok 6 IKM A 2010   Teguh Kusnur Agesty Sucianingtyas
PESTISIDA Oleh : Mokhtar Effendi ( )
STAF LABORATORIUM ILMU TANAMAN
MYCORRHIZA Ektomikoriza Endomikoriza Ektendomikoriza
SURVIVAL DAN PENYEBARAN BAKTERI PATOGEN
PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI
Hubungan Suhu dan Pertumbuhan Tanaman
Progress Report PENGARUH UMUR INOKULUM PADA PERTUMBUHAN JAMUR Aspergillus niger Kelompok 4 PTF 2010.
HOST, AGENT & ENVIRONMENT
Ektomikoriza Endomikoriza Ektendomikoriza
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
SIFAT UMUM PERTANIAN TROPIS
BAB II MEDIA DAN STERILISASI
FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PERKECAMBAHAN
HUBUNGAN CAHAYA DAN TANAMAN
Serapan Hara Daun.
Bakteri, Fungi, Algae dan Virus
Kesuburan Tanah.
HAMA DAN PENYAKIT ULAT SUTERA
PENGARUH CAHAYA PADA KEHIDUPAN TANAMAN
HIFA DAN MISELIUM Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat.
Mikroba yang merugikan dalam bidang pertanian dan perkebunan dari golongan ( Jamur,Bakteri, Virus ) dan cara penanggulangannya.
Interaksi dalam kehidupan mikroorganisme dengan manusia
HIFA DAN MISELIUM Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat.
MIKROBIOLOGI INDUSTRI
`DASAR AGROTEKNOLOGI` Dr. Ir. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
HIFA DAN MISELIUM Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat.
. Cara Pengendalian Hama: -Direct Control (Pengendalian langsung)
PENGAWETAN DAGING DENGAN METODE PENGERINGAN
Fermentasi Substrat Padat dan Cair
Oleh : M. Fahrur Romadhoni
Teknik Isolasi pada Mikroba
PERAKITAN TEKNIK PENGENDALIAN Xanthomonas oryzae TERBAWA BENIH PADI
Koloni cendawan entomopatogen pada B. tabaci yang ditemukan
Isolasi dan identifikasi Mikroorganisme
PENGOLAHAN DENGAN IRRADIASI
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan epidemi penyakit tumbuhan yaitu :
Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
PENYEBAB KERUSAKAN KAYU
Pengembangan Teknologi Formulasi Insektisida Nabati untuk
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENYIMPANGAN MUTU PANGAN
RESPIRASI-1 By Irda Safni.
PENGOLAHAN DENGAN PENGERINGAN
PEMBIAKAN Verticillium leucanii PADA BERBAGAI MEDIA
UNIVERSITAS JEMBER PROGRAM STUDI AGRONOMI
PENGENDALIAN MIKROORGANISME
Fotosintesis.
Peran Rhizopus oligosporus pada Pembuatan Tempe
BIOPESTISIDA PT AGRO LESTARI INDONESIA
Di susun Oleh : CUCU ENDAH LESTARI
Dhine Oktalia Mikkyu Gisen Monika Devita M. Komaruddin
BUDIDAYA JAMUR KUPING Disampaikan pada Penyuluhan Petani Jamur Kuping
BIOTEKNOLOGI Dengan menggunakan Mikroorganisme
WELCOME IN THE GROUP 3 “DEUTEROMYCOTA”
Oleh : Melyana Dwi Haryani Dahlia Fatmawati
HUBUNGAN CAHAYA DAN TANAMAN
SIFAT UMUM PERTANIAN TROPIS
Perlindungan Hutan 7 VII. MIKORIZA
Departemen Proteksi Tanaman
ROADMAP RENCANA PENELITIAN
This presentation uses a free template provided by FPPT.com KONSEP BIOKONTROL PENGENDALIAN OPT Wiwit Probowati, S.Si.,
RESPIRASI-1 By Irda Safni Sejarah Respirasi Istilah respirasi digunakan pada awal abad ke- 15, tapi kepentingannya diungkapkan Crook pada tahun 1615.
Transcript presentasi:

Entomopatogenik Metharizium anisopliae sebagai riset untuk Bioinsektisida Reni Wijayanti (10407001) Ariani Intan U (10407016) Sutina (10407034) Annisa Maulida (10407040) Siti Marfuah (10406006)

Agen Mikroba Pengendali Hama Selama ini, pengendalian hama tanaman yang dilakukan oleh para petani masih mengandalkan insektisida kimia penggunaan insektisida yang kurang bijaksana dapat menyebabkan resistensi Cendawan entomopatogen merupakan salah satu agen hayati yang potensial untuk mengendalikan hama tanaman. Beberapa jenis cendawan entomopatogen yang telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tanaman perkebunan dan sayuran adalah Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana, Paecilomyces sp., Verticillium sp., dan Spicaria sp.

kelebihan pemanfaatan cendawan entomopatogen dalam pengendalian: mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi, siklus hidupnya pendek dapat membentuk spora yang tahan lama di alam walaupun dalam kondisi yang tidak menguntungkan relatif aman bersifat selektif relatif mudah diproduksi sangat kecil kemungkinan terjadi resistensi.

Klasifikasi M.anisopliae

M.anisopliae Metarhizium anisopliae awalnya dikenal sebagai Entomophthora anisopliae M. anisopliae digunakan sebagai agen mikroba pengendali hama dikenal green muscardine fungus tersebar luas di seluruh dunia Dilaporkan dapat menginfeksi sekitar 200 spesies serangga dan arthropod lainnya. Walaupun M. anisopliae tidak infeksius atau toksik bagi mamalia, spora yang terhisap menyebabkan alergi bagi individu yang sensitif.

M.anisopliae Koloni M. anisopliae pada awal pertumbuhannya berwarna putih, kemudian berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur. Miselium bersekat, diameter 1,98-2,97 µm, konidiofor tersusun tegak, berlapis, dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia. Konidia bersel satu berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9,94 x 3,96 µm. Temperatur optimum untuk pertumbuhan berkisar 220 – 270C (Roddam dan Rath, 1997).

M.anisopliae konidia akan berkecambah dengan baik dan patogenisitasnya meningkat pada kelembapan udara sangat tinggi diatas 90% Koloni dapat tumbuh dengan cepat pada media seperti potato dextrose agar (PDA), jagung dan beras. bersifat saprofit di dalam tanah dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman (Alexopoulus dan Mims, 1996)

M.anisopliae Cendawan ini bersifat parasit pada beberapa jenis serangga dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera, Hemiptera, dan Isoptera (Starck, 2003) M. anisopliae telah terbukti mampu mematikan Plutella xylostella dari ordo Lepidoptera yang menyerang tanaman kubis). M. anisopliae juga mampu mematikan Ostriania furnacalid Guenee pada tanaman jagung.

Entomopatogenitas M. anisopliae memiliki aktivitas larvisidal . Menghasilkan : cyclopeptida, destruxin A, B, C, D, E dan desmethyldestruxin B. Destruxin telah dipertimbangkan sebagai bahan insektisida generasi baru. Efek destruxin berpengaruh pada organella sel target (mitokondria, retikulum endoplasma dan membran nukleus), menyebabkan paralisa sel dan kelainan fungsi lambung tengah, tubulus malphigi, hemocyt dan jaringan otot.

Spores of Metarhizium anisopliae in an oil formulation germinating on locust cuticle Tsetse flies killed by the fungus Metarhizium anisopliae that can be seen growing on the cadavers.

Mekanisme Infeksi M.anisopliae

4 tahap Mekanisme Infeksi M.anisopliae Inokulasi kontak antara propagul cendawan dengan tubuh serangga. Propagul cendawan M. anisopliae berupa konidia karena merupakan cendawan yang berkembang baik secara tidak sempurna. Penempelan dan perkecambahan proses penempelan dan perkecambahan propagul cendawan pada integumen serangga. Kelembapan udara yang tinggi dan bahkan kadang-kadang air diperlukan untuk perkecambahan propagul cendawan. Cendawan pada tahap ini dapat memanfaatkan senyawa-senyawa yang terdapat pada integumen.

Penetrasi dan Invasi melakukan penetrasi menembus integumen dapat membentuk tabung kecambah (appresorium) (Bidochka et al., 2000). Titik penetrasi sangat dipengaruhi oleh konfigurasi morfologi integumen. Penembusan dilakukan secara mekanis atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim dan toksin. enzim yang dikeluarkan lipase, kitinase, amilase, proteinase, fospatase, dan esterase

Destruksi destruksi pada titik penetrasi dan terbentuknya blastospora yang kemudian beredar ke dalam hemolimfa dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan lainnya (Strack, 2003). Pada umumnya serangga sudah mati sebelum proliferasi blastospora. pada umumnya semua jaringan dan cairan tubuh seranggga habis digunakan oleh cendawan, sehingga serangga mati dengan tubuh yang mengeras

Aplikasi M.anisopliae

Teknik Aplikasi M.anisopliae Metarhizium ditumbuh pada medium yang disebut “solid substrat.” memproduksi konidia lebih banyak, dan dikoleksi atau disimpan pada tempat kering Dibuat granula dengan dicampur dengan jagung yang sudah digiling kemudian di aduk atau bisa juga dikombinasikan dengan sejenis gandum ditaburkan pada permukaan tanah hingga tertutup rata

Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan M. anisopliae 1. Media Spirulasi Media dengan kadar gula yang tinggi akan meningkatkan virulensi cendawan entomopatogen. Media Potato Dextrosa Agar (PDA) dapat digunakan untuk pertumbuhan M. anisopliae karena tidak merusak virulensi, patogenitas serta toksisitasnya. 2. Kerapatan Konidia Makin tinggi kerapatan konidia M. anisopliae, makin tinggi pula mortalitas serangga. Kerapatan konidia yang optimal untuk mengendalikan hama bergantung pada jenis serangga yang akan dikendalikan. Contoh: Kerapatan konidia 1015/ml M. anisopliae untuk mengendalikan imago wereng coklat Triatoma infestans hanya memerlukan kerapatan konidia 105-106/ml.

3. Frekuensi Aplikasi Aplikasi M. anisopliae satu kali mampu mematikan S. litura hingga 40%. tingkat mortalitas S. litura meningkat hingga 83% bila aplikasi ditingkatkan menjadi tiga kali berturut-turut selama 3 hari. Untuk mengendalikan ulat jengkal (E. bhurmitra) aplikasi M. anisopliae ditingkatkan menjadi empat kali. aplikasi cendawan entomopatogen perlu dilakukan lebih dari satu kali Aplikasi berulang diperlukan pula untuk mengantisipasi faktor lingkungan yang kurang mendukung.

temperatur 200 - 260 C cukup baik untuk menyimpan biakan cendawan ini. 4. Tempat Penyimpanan kondisi tempat penyimpanan seperti suhu, kelembapan, pH, radiasi sinar matahari, dan kandungan nutrisi bahan pembawa harus disesuaikan karena akan memepengaruhi viabilitasnya. temperatur 200 - 260 C cukup baik untuk menyimpan biakan cendawan ini. 5. Umur Biakan Biakan cendawan berumur 1 bulan paling efektif mengendalikan S. litura. Pada biakan berumur 2 atau 3 bulan, nutrisi dalam media banyak digunakan untuk memproduksi konidia sehingga cendawan kehabisan cadangan nutrisi sehingga cendawan mulai tidak efektif

Daftar pustaka Alexopoulus, C. J, C.W. Mims, and M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology Fourth Edition. John Wiley and Sons Inc, New York. Bidochka, M.J., A.M. Kamp, and J.N.A. Decroos. 2000. Insect Pathogenic Fungi: from genes to populations. Fungal Pathol, 171 – 193. Freimoser, F.M., S. Screen, S. Bagga, G. Hu, and R.J. St. Leger. 2003. Expressed Sequence Tag (EST) Analysis of Two Subspecies of Metarhizium anisopliae Reveals a Plethora of Secreted Proteins with Potential Activity in Insect Hosts. http://mic.sgmjournals.org/cgi/ontent/abstract/149/1/239.htm Hall, T.M. 1973. Biological Control of Insect Pest and Weeds. Chapman and Hall Ltd., London. Milner, R.J., J.A. Staples, and G.G. Lutton. 1997. The effect of humidity on germination and infection of termites by the hyphomycetes, Metarhizium anisopliae. J. Invertebre. Pathol. (69) : 64 – 69. Prayogo, Y. And W. Tengkano. 2004. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi Metarhizium anosopliae isolat Kendalpayak terhadap tingkat kematian.

Terimakasih