Hambatan dalam Komunikasi Massa JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG
Perbedaan kepentingan (interest) Hambatan Komunikasi Massa Psikologis Prasangka(prejudice) Stereotip (stereotype) Motivasi (motivation) Aneka etnik Perbedaan norma sosial Hambatan Komunikasi Massa Sosiokultural Kurang mampu berbahasa Indonesia Faktor Semantik Pendidikan belum merata Hambatan mekanis Polarisasi Interaksi Verbal Orientasi Intensional Evaluasi statis Indiskriminasi
Hambatan Psikologis LAPAR Berlian Perbedaan Kepentingan (prejudice) Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Effendy (1981:43) memberikan contoh: Makananan Orang tersesat LAPAR Berlian
Bila komunikator ingin agar pesannya dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya komunikan Pesan harus disusun sedemikian rupa agar menimbulkan ketertarikan bagi komunikan yang bukan sasarannya PENTING TIDAK MUBAZIR PESAN MEDIA MASSA
Prasangka (prejudice) “berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka” – Sears, 1985:143 – Menurut Rakhmat (2003:51), Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang ditentukan oleh: Faktor personal (fungsional) Kebutuhan, pengalaman masa lalu, peran dan status Faktor situasional (struktural) Memandang seseorang secara kontekstual, keseluruhan, tidak terpisah-pisah
Menurut Effendy (1981:44), dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Untuk menghindari prasangka dan agar pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya komunikan Komunikator harus acceptable dan memiliki kredibilitas tinggi karena kemampuan dan keahliannya.
Sterotip (stereotype) “prasangka sosial berkaitan dengan stereotip yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif” – Gerungan (1983:169) – Dalam komunikasi massa, bila komunikan sudah memiliki stereotip tertentu terhadap komunikatornya Pesan dipastikan tidak akan diterima
Motivasi (motivation) Menurut Gerungan (1983:142), “Motif melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia melakukan sesuatu (why doing something)”. Semakin sesuai isi pesan komunikasi massa dengan motivasi komunikan, semakin besar kemungkinan pesan dapat diterima oleh komunikan, begitupun sebaliknya.
Hambatan Sosiokultural Aneka Etnik Keberagaman etnik Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dapat menjadi faktor penghambat dalam penyampaian pesan komunikasi massa.
Perbedaan norma Sosial Norma sosial dapat didefinisikan sebagai suatu suatu cara, kebiasaan, tata krama dan adat istiadat yang disampaikan secara turun temurun, yang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku dalam masyarakat (Soekanto, 1982:194) Agar pesan komunikasi massa dapat diterima, komunikator harus mengkaji apakah isi pesannya tidak bertentangan dengan norma tertentu. Komunikator yang baik adalah komunikator yang dapat memahami budaya masyarakatnya.
Kurang Mampu Berbahasa Indonesia Beragamnya bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia menyebabkan tidak semua penduduk dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Peranan para opinion leader menjadi penting dalam mengkomunikasikan pesan dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh komunikan.
Faktor Semantik Adalah pengetahuan tentang arti atau makna kata yang sebenarnya. Hambatan semantik adalah hambatan mengenai pengertian bahasa, baik dari sisi komunikator maupun komunikan yang terbagi dalam beberapa bentuk, yaitu: Pertama salah mengucapkan kata akibat terlalu cepat berbicara Kedua perbedaan makna untuk kata yang sama sebagai aspek psikologis Ketiga adanya pengertian yang konotatif
Pendidikan belum Merata Adanya kesenjangan pendidikan pada masyarakat yang sangat heterogen menyebabkan proses pengiriman pesan dari komunikator kepada komunikan menjadi terhambat. Masalah akan timbul ketika komunikan yang tingkat pendidikannya masih rendah bermasalah dalam mencerna pesan komunikasi yang disampaikan. Peranan opinion leader menjadi sangat penting untuk mengkomunikasikan kembali dalam bahasa sederhana yang lebih bisa diterima.
Hambatan Mekanis Hambatan teknis sebagai konsekuensi pengunaan media massa e.g.: penerimaan siaran Televisi yang bermasalah akibat cuaca yang buruk
Hambatan Interaksi Verbal Polarisasi apabila komunikator atau komunikan mempunyai kecenderungan untuk melihat segala sesuatu dalam bentuk lawan kata dan mendeskripsikannya secara ekstrem, misalnya sangat baik atau sangat buruk, sangat kaya atau sangat miskin. Sementara kenyataan yang ada, lebih banyak manusia dan keadaan yang berada di antara kedua kutub itu. 2. Orientasi Intensional apabila kita mempunyai kecenderungan untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Jadi, seolah-olah label lebih penting dari manusia itu sendiri.
Evaluasi Statis Kebiasaan lain dari manusia pada umumnya adalah merumuskan pernyataan verbal tentang suatu kejadian atau seseorang yang bersifat statis tidak berubah. Sementara, objek atau orang dari waktu ke waktu kemungkinan besar berubah. Apabila kita sebagai komunikan melakukan evaluasi statis terhadap komunikator tertentu, selamanya kita tidak akan pernah mau menerima komunikator yang bersangkutan, sedangkan ia kemungkinan besar telah berubah. Indiskriminasi sebagai hambatan komunikasi massa pada dasarnya relatif sama dengan hambatan stereotip karena indiskriminasi adalah inti dari stereotip.