PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Perbedaan Kejadian Malaria pada Daerah Rawa-rawa dan Kawasan Perkotaan di Kabupaten Merauke tahun Novita Nur Muslimah Penguji : dr.
Advertisements

PARASIT DAN PARASITISME
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN BUPATI NO 14 TAHUN 2012
SISTEM SURVEILANS PENYAKIT BERBASIS MASYARAKAT (DESA SIAGA)
13/12/  Dapat memecahkan kasus yang diberikan  Dapat mengaplikasikan dengan dunia kerja  Memudahkan dalam Penanganan  Membiasakan mahasiswa.
DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN TRADISIONAL TERHADAP POPULASI ANOPHELES FAKHRI BURHANUDDIN ( ) Dikutip dari :
MENUJU BANYUMAS BEBAS MALARIA 2015.
Kebijakan Eliminasi Malaria Kabupaten Banyumas
SUBKELAS HIRUDINEA.
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Disampaikan Oleh: Ns. Dyah Wiji Puspita Sari, S. Kep
OLEH NISWAN ISKANDAR ALAM
SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
FILARIASIS Di susun oleh Jufri yanto La mane.
KUESIONER INDIVIDU BLOK VIII PENYAKIT MENULAR
Lalat DR RIRIH YUDHASTUTI drh. MSc Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
PENGANTAR PARASITOLOGI
PERANCANGAN SIG 11/04/2017.
Project Status Report Presenter Name Presentation Date.
NAMA KELOMPOK 5: Ganistri Rima Melati Martono Herman Perdana
Sumber : data demografi puskesmas terminal. Tujuan.
PROGRAM ELIMINASI FILARIASIS
HELMINTOLOGI.
ELIMINASI MALARIA DI BANYUMAS 2015
Survei DINAMIKA PENULARAN PENYAKIT TULAR RODENSIA
Kata malaria berasal dari bahasa Italia yaitu Male dan Aria yang berarti hawa buruk. Pada zaman dulu, orang beranggapan bahwa malaria disebabkan oleh udara.
PROGRAM PEMBERANTAS PENYAKIT MALARIA
SURVEiLANs VEKTOR PENGAMATAN YG SISTEMATIS DAN TERUS MENERUS
JAPANESE ENCEPHALITIS
Oleh: SYAFRIANI, SKM, M.KES Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU
DENGUE Merupakan persoalan pokok di seluruh dunia
Penanggulangan penyakit berbasis wilayah
ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) GRADE FOUR SEMESTER I
Kajian Epidemiologi MALARIA Kab Banjarnegara
PROGRAM PEMBERANTASAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
dr. Suri Dwi Lesmana,M.Biomed
EPIDEMIOLOGI MALARIA Parasit HOST ENVIRONMENT
Oleh : PRAYODA DERI TAMA
DEPARTMENT OF PARASITOLOGY
SEMARANG “PERANGI” DBD
Filum Nemathelminthes
MALARIA.
ASSALAMUALAIKUM WR.WB.
DEMAM BERDARAH dan PENCEGAHANNYA
Achmad Ramdani Ardiya Regita Pramesti Arina Dwi Saputri Agus Setiawan
FILUM ARTHROPODA KELAS INSECTA DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 24 AGUS LAIDI ( ) AULIYANISA KHAYRA ( )
Malaria.
Perasit yang disebabkan oleh lalat dan nyamuk
PRAKTIKUM KESEHATAN LINGKUNGAN
Dr. Jum’atil Fajar, MHlthSc
Phylum Nemathelminthes
Oleh: Istianatul khoiriyah
Siklus Penyakit Vektor : organisme yg tidak menyebabkan penyakit, tapi menyebarkannya dg membawa patogen dari satu inang ke yg lain. Sbg contoh; nyamuk.
Presenter Name Presentation Date
PENYULUHAN GERAKAN 3MPLUS
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue
LALAT By : HAJIMI, SKM, M.Kes..
EPIDEMIOLOGI MALARIA. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan.
Universitas Advent Indonesia JURUSAN Biologi TA.2014/2015
DENGUE Merupakan persoalan pokok di seluruh dunia
Vector Control (Pengendalian Vektor)
Phylum Nemathelminthes
Bionomik Vektor : Nyamuk
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue.
DESIMINASI INFORMASI PROGRAM MALARIA TAHUN LATAR BELAKANG Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Sukabumi.
Presentation Title Pitch Deck Tagline Can Extend to Two Lines PEMANFAATAN BUKU KIA Pitch Deck Tagline Can Extend to Two Lines PEMANFAATAN BUKU KIA PEMBERANTASAN.
Transcript presentasi:

PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

Malaria

Malaria: disebabkan oleh parasit Plasmodium sp Malaria: disebabkan oleh parasit Plasmodium sp. dan ditularkan oleh vektor nyamuk Anopheles sp Malaria sangat sulit dicegah atau dimusnahkan dari bumi ini, selama vektor perantaranya, yaitu nyamuk Anopheles masih hidup.

Negara yang merupakan daerah endemis Malaria:

Malaria, The Facts Malaria sudah ada sejak 5000 tahun yang lalu 2700 SM di Tiongkok  ditemukan penderita demam berkala yang gejalanya seperti demam malaria Malaria endemis di 106 negara  54% dari negara di dunia. Lebih dari 3,3 milyar orang beresiko tertular Malaria  hampir separuh dari manusia di dunia Ada lebih dari 250 juta kasus Malaria setiap tahun, dan 1 juta orang di antaranya meninggal dunia. Setiap 45 detik, satu orang anak meninggal akibat Malaria.

Siklus Transmisi Penyakit Malaria

Perkembangbiakan Plasmodium sp di Tubuh Manusia

Gejala Malaria Gejala Klasik Malaria

Vektor: Anopheles sp

Anopheles sp Sekitar 380 spesies Anopheles terdapat di seluruh dunia 60 spesies diantaranya berperan sebagai vektor Malaria, 24 spesies terdapat di Indonesia. Anopheles sp aktif antara waktu terbit matahari hingga terbenam matahari (sebagian besar aktif pada malam hari) Setiap spesies memiliki jam menggigit (biting hours) yang spesifik, dan bervariasi antara menggigit di dalam (endofagik) atau di luar rumah (eksofagik). Setelah menggigit manusia di dalam rumah, Anopheles sp akan beristirahat beberapa jam di dalam rumah (endofilik) Setelah beristirahat Anopheles sp akan kembali ke tempat beristirahat (resting site), seperti dahan pohon, di bawah jembatan, lorong-lorong gelap. Bersifat Antrofofilik (menggigit manusia), walaupun terdapat beberapa spesies yang zoofilik (menggigit hewan)

Siklus Hidup Anopheles sp. Sangat penting untuk mengetahui siklus hidup dan habitat dari larva nyamuk, karena metode terbaik untuk mengontrol nyamuk adalah dengan mengontrol larva yang lebih mudah ditemukan.

Larva Telur Telur diletakkan sejajar permukaan air, ±100-250 butir. Bentuk seperti perahu dan mengambang 2-3 hari kemudian akan menetas menjadi larva Larva mengambang horizontal di bawah permukaan air Surface feeder partikel organik kecil Pergerakan sangat aktif Alat pernafasan hingga ke ujung ekor 4-6 hari kemudian menjadi pupa

Anopheles dewasa Pupa Bentuk seperti koma, kepala bulat dengan bagian perut kecil Resting phase (fase istirahat) Tidak makan dan tidak aktif Bertahan 1-2 hari Saat istirahat, membentuk sudut 45 derajat terhadap permukaan Tidak bersuara saat terbang Hanya betina yang menghisap darah manusia  untuk mematangkan telur Jarak terbang : 0,75-1,5km Indoor resting habit

Tempat Perindukan Anopheles sp Anopheles sp menyukai air tergenang yang bersifat asam, pinggir sungai yang berawa-rawa, kubangan air, sawah, danau, kebun buah dan sayur, permukaan sumur

Endemisitas Malaria Di Kota Batam

The icon : Barelang Bridge Batam : Endemis Malaria Kecamatan Galang Kecamatan Nongsa, Batu Besar Kecamatan Belakang Padang

Sesuai dengan Keputusan Menkes No Sesuai dengan Keputusan Menkes No. 293 Tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria

Target Nasional Eliminasi Malaria 1. Pada tahun 2010 seluruh sarana pelayanan kesehatan mampu melakukan pemeriksaan parasit malaria (semua penderita malaria klinis diperiksa sediaan darahnya/ konfirmasi laboratorium). 2. Pada tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah memasuki tahap pra-eliminasi. 3. Pada tahun 2030 seluruh wilayah Indonesia sudah mencapai eliminasi malaria. Indikator Keberhasilan Tidak ditemukan lagi kasus penularan setempat (indigenous) selama 3 (tiga) tahun berturut-turut + surveilans yang baik.

Kondisi Endemisitas Malaria di Batam Prevalensi kejadian Malaria di Kota Batam 1,1%  Tiap 100 orang penduduk terdapat 1 orang terjangkit Malaria. Daerah Endemis : Galang (11.138 jiwa), Nongsa (29.000 jiwa), Belakang Padang (19.185 jiwa) Hingga 2014  Malaria masih belum dapat diatasi. Target pada Tahun 2014  Annual Parasite Incidence (API) Malaria <1 ‰ (sudah tercapai) Annual Parasite Incidence (API) adalah angka kesakitan per 1000 penduduk beresiko dalam satu tahun  jumlah sediaan positif dalam satu tahun di satu wilayah dibandingkan dengan jumlah penduduk beresiko pada tahun yang sama, dan dinyatakan dalam ‰ (permil).

Faktor yang Mempengaruhi Endemisitas Malaria di Batam Host Agen Lingkungan

Host (Penjamu) Manusia merupakan host intermediate dari Plasmodium sp. Faktor yang mempengaruhi penularan malaria, antara lain : Cara hidup masyarakat yang tidur tidak memakai kelambu, tidak menggunakan obat anti nyamuk dan senang berada di luar rumah pada malam hari. Ahmad Hidayat, penelitian di Nongsa dan Galang, 2010:  Resiko tertular Malaria 2,3 kali lebih besar pada mereka yang tidur tidak menggunakan kelambu  Resiko tertular Malaria 2,6 kali lebih besar pada mereka yang beraktivitas di luar rumah.

Host (Penjamu) Keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat : kondisi perumahan, pakaian yang layak, dan pendidikan. Sebagian besar penduduk bermukim mengikuti garis pantai, dan bekerja sebagai nelayan. (Shinta, dkk, 2010) Kebiasaan kumpul-kumpul di malam hari untuk bersosialisasi juga berpengaruh pada penularan Malaria di Nongsa dan Galang. (Susanna, 2005)

Agen: Vektor Malaria di Batam Penelitian oleh Shinta, dkk. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan, 2010 di Kec. Belakang Padang: Spesies : An. letifer (berupa larva saja) dan An. Sundaicus. Habitat alami : rawa-rawa yang ditumbuhi pohon bakau di bagian tepinya, parit dan kubangan, dengan karakteristik perairan; pH: 5-7,5, suhu: 28-33C An. sundaicus aktif menggigit sepanjang malam di dalam (endofagik) dan di luar rumah (eksofagik) dengan puncak aktifitas pada pukul 02.00-03.00.

Lingkungan : Tempat Perindukan yang Sesuai Ahmad Hidayat, 2010 : Tempat perindukan Anopheles sp di Kec. Galang dan Nongsa antara lain kubangan air bekas galian pasir, danau, selokan yang tidak mengalir, kolam yang tidak terawat. Shinta, dkk. Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan, 2010 : Habitat alami Anopheles sp di Kec. Belakang Padang yaitu rawa-rawa yang ditumbuhi pohon bakau di bagian tepinya, parit dan kubangan, dengan karakteristik perairan; pH: 5-7,5, suhu: 28-33C Bapedalda Kota Batam, 2013 : Di Kec. Nongsa dan Galang, habitat nyamuk Anopheles sp  tambang pasir yang meninggalkan kubangan, yang kemudian menjadi sarang nyamuk.

Parit dan Kubangan, tempat perindukan Anopheles sp di Kec Parit dan Kubangan, tempat perindukan Anopheles sp di Kec. Belakang Padang Rawa bakau, tempat perindukan Anopheles sp di Kec. Belakang Padang

Kondisi lingkungan di Kec. Belakang Padang

Bekas Galian Pasir di Pulau Galang dan Nongsa sebagai tempat perindukan Anopheles sp.

Pencegahan malaria “No disease has ever been eradicated by treatment, only by prevention”- Dr. George Dudney

STRATEGI PENCEGAHAN MALARIA Mencegah Perindukan Anopheles sp Mengontrol Vektor Membasmi larva Melindungi dari gigitan nyamuk Penanganan awal pada penderita Membunuh Std. aseksual Plasmodium sp Vaksinasi?

Mencegah Tempat Perindukan Stadium telur, larva, pupa perlu air, maka cara terbaik mengontrol vektor dengan membuang air tergenang sebagai tempat perindukan nyamuk. Batam, mulai tahun 2012  tambang pasir ilegal ditertibkan di Nongsa dan Galang dan bekas galian pasir dijadikan danau buatan sebagai tempat wisata.

Biocontrol: menggunakan predator alami untuk mengontrol populasi nyamuk. - Ikan pemakan larva nyamuk  mosquitofish (Gambusia affinis)

Biocontrol Eksperimental: SIT SIT  Sterile Insect Technique (sejak 1950) Dilakukan radiasi sinar gamma pada stadium pupa dan dewasa jantan, sehingga akan berkembang nyamuk Anopheles sp jantan yang steril Kelemahan: survival rate nyamuk dewasa jantan yang steril hanya <6%

Membasmi Larva Nyamuk Membasmi larva nyamuk lebih mudah karena mudah ditemukan. Agen larvasida alami yang digunakan : Bacillus thuringiensis (Bt) menghasilkan endotoxin yang merusak sistem pencernaan larva. Bt hanya akan membasmi larva, karena pada saat stadium ini sangat aktif mencerna makanan. Bt yang digunakan adalah Israelensis strains dengan nama dagang Vectobac, Mosquito Dunks,Gnatrol, Bactimos. Kelemahan : Bt tidak tahan dengan sinar matahari.

Cara Penggunaan Bacillus thuringiensis Israelensis strains sebagai Larvasida

Bagaimana Nyamuk Memilih Mangsanya? Nyamuk tertarik dengan bau-bauan yang dikeluarkan oleh manusia, terutama oleh CO2 yang dikeluarkan dan keringat, maka kebersihan diri harus dijaga. Nyamuk mencari mangsa selain dengan indra penciuman, juga dengan penglihatan (lebih menyukai manusia dengan pakaian yang berbeda). Nyamuk menyukai suasana yang gelap, maka pastikan pencahayaan baik di dalam ruangan atau kamar

Melindungi Dari Gigitan Nyamuk  Memakai kelambu yang berinsektisida penelitian di Afrika Selatan, Journal of Infectious Diseases, 2008-2010: nyamuk Anopheles sp mengubah jam menggigit dari pukul 02.00-03.00 ke pukul 05.00 An.funestus yang mulanya menyerang di dalam rumah pada saat malam, kini menggigit lebih sering di luar tempat tinggal. Penyebaran kelambu dengan insektisida mengakibatkan nyamuk beradaptasi

Vaksin anti Malaria [RTS-S/AS01]), masih dalam tahap pengembangan 1984  penelitian tentang vaksin terhadap parasit Plasmodium sp dimulai 2012  Fase 3 percobaan vaksin RTS-S dimulai 2013  RTS-S mengurangi angka kejadian malaria hingga 50% pada anak-anak dan 25% pada balita. 2014  GlaxoSmithKline mendaftarkan lisensi vaksin RTS-S dengan nama Mosquirix® ke European Medicines Agency 2015  Vaksin anti Malaria direncanakan untuk direkomendasikan penggunaannya oleh WHO

KESIMPULAN Endemisitas malaria bergantung pada 3 faktor: host (manusia), agen (nyamuk Anopheles sp), dan lingkungan. Cara terbaik untuk mengontrol penyebaran malaria adalah dengan membasmi larva nyamuk Anopheles sp. Peranan stake holder dan dinas terkait sangat diperlukan, terutama untuk informasi dan edukasi. Nyamuk Anopheles sp dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan baik yang perubahan alamiah maupun akibat intervensi manusia. Sedang dikembangkan suatu vaksin anti Malaria dengan nama Mosquirix®.

Penyebaran Penyakit DBD dan Chikungunya, serta Pengendaliannya

DBD ( Demam berdarah dengue ) Penyakit DBD adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 Melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti  betina dan Aedes albopictus Masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari

JUMLAH DAN PENYEBARAN Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Banyak di temukan di daerah tropis yang curah hujannya cukup tinggi Salah satu epidemi demam berdarah yang paling pertama terjadi di daerah Asia Tenggara Belum adanya vaksin atau obat antivirus bagi virus dengue membuat demam berdarah menjadi salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian sangat serius secara global

PENYEBARAN DI INDONESIA Di Indonesia, penyebaran DBD pertama kali terdata pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta (WHO, 2010). Pada tahun 2007, dilaporkan terdapat 156.000 kasus demam dengue atau 71,4 kasus per 1.000 populasi. Kasus ini tersebar di seluruh 33 propinsi di Indonesia; di 357 dari total 480 kabupaten Dari total kasus di atas, kasus DBD berjumlah 16.803, dengan jumlah kematian mencapai 267 jiwa. Pada tahun 2001, distribusi usia penderita terbanyak adalah di atas 15 tahun (54,5%), sedangkan balita (1-5 tahun) 14,7%, dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8% (DepKes RI, 2008).

TEORI SIMPUL Simpul I Virus Dengue Simpul II Nyamuk Aedes Simpul III Biomarker : Darah Simpul IV Meninggal Sembuh

Simpul 1 (sumber penyakit) Sumber penyakit DBD adalah virus dengue (serotype :1-4), termasuk dalam group Barthropod borne virus (arbovirus). Ke empat serotype ini telah ditemukan di seluruh Indonesia Simpul 2 (Lingkungan) Tempat perkembangbiakan nyamuk di tempat dengan genangan air bersih yang mungkin tersebar di dalam dan di luar pekarangan rumah/bangunan. Bionomik nyamuk yang sudah berubah, serta kondisi sanitasi lingkungan yang tidak baik, akan sangat menunjang penyebaran penyakit tersebut

Simpul 3 Bio marker ( Manusia ) Darah orang yang sedang demam akut (viremia) setelah melalui fase intrinsik selama 8 sampai 10 hari, kondisi ini sangat berpotensi menularkan penyakit DBD oleh nyamuk Aedes Aegypti Setelah itu masa ingkubasi di dalamtubuh manusia sekitar 3 -14 hari (rata-rata 4-6 hari). Kondisi ini diperparah lagi dengan prilaku masyarakat kota besar dimana urbanisasi dan mobilisasi sangat tinggi serta perumahan padat yang tidak tertata akan memperparah sebaran dari penyakit tersebut Sumber : Buletin Info Kesehatan Pelabuhan Volume III edisi I Triwulan I ( Januari - Maret) Tahun 2008

Simpul 4 (Sakit/Sehat) Tatalaksana kasus. Pengobatan DBD (demam dengue) adalah secara simtomatis dan suportif lainnya, pasien cenderung diberikan istirahat yang cukup serta perlindungan agar tidak terkontak oleh nyamuk Aedesaegypti yang mungkin akan menyebarkan pada orang lain. Simpul 4 akan membahas akhir dari perjalanan penyakit pada tubuh pasien dimana dapat mencakup 2 kemungkinan yaitu : - Sembuh - Meninggal

2. Penyakit Chikungunya Penyebab  Virus Chik (Famili Togaviridae, Genus Alphavirus) Virus ini dapat menyerang manusia dan hewan. Vektor penular  Nyamuk Aedes aegypti, Aedes africanus, Aedes albopictus Chikungunya  Sering pula disebut demam tulang atau flu tulang. Timbulnya gejala demam, diikuti dengan timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu dan sakit pada tulang. Menyerang segala usia dan penderita akan mengalami demam tinggi selama 5 hari.

Sering menimbulkan gejala yang berbeda : Pada anak –anak  Demam, timbul ruam-ruam merah pada kulit, kejang. Remaja  Rasa sakit pada sendi dan otot, pembesaran kelenjar getah bening Dewasa  neri sendi dan otot, kelumpuhan sementara, mual dan muntah.

Teori Simpul timbulnya demam Chikungunya : Simpul 1  Simpul 2  Simpul 3  Simpul 4 Virus Chik pada Aedes aegypti Biomarker: sehat/sakit Penderita Demam sebagai vektor Darah Chikungunya penderita Chikungunya

Angka insidensi Demam Chikungunya di Indonesia masih terbatas : Pertama kali dilaporkan di Samarinda tahun 1973 Kuala Tungkal, Jambi tahun 1980 Martapura, Ternate, Yogyakarta 1983 Laporan KLB Demam Chikungunya di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh, dilanjutkan di Bogor, Bekasi, Purworejo, Klaten pada tahun 2002. Pada tahun 2002 terjadi KLB di Semarang, 120 org terjangkir Demam Chikungunya.

Nyamuk Aedes aegypti  Berwarna hitam dengan bintik-bintik putih di badannya dan pada kakinya warna putih melingkar. Ukuran 3-4 mm. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia. Nyamuk betina menghisap darah untuk membantu pematangan telur. Breeding Place (Tempat Perindukan) Tempat penampungan air untuk perlakuan sehari-hari seperti drum, tempayan, tangki reservoir, bak mandi, ember, dll Tempat penampungan bukan perlakuan sehari-hari seperti tempat minuman burung, vas bunga, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, dll).

Resting Place (Tempat istirahat) Tempat gelap, lembab, dan sedikit angin. Hinggap di dalam rumah dan benda-benda bergantungan seperti pakaian. Kebiasaan menggigit (Feeding Habit) Antrofilik (menyukai darah manusia). Nyamuk aedes menggigit pada pagi dan petang (09.00-11.00 dan 16.00-17.00). Jarak terbang ( Flight Habit)  Dapat terbang rata-rata 40-100 meter.

Upaya Pengendalian Nyamuk Aedes aegpty Pemberantasan Larva (Jentik)  Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) - Cara Kimia : Dengan cara Abatisasi. Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram untuk 100 liter air. Yang biasa digunakan adalah ‘termephos’ - Cara Biologi : Predator alami  memelihara ikan pemakan jentik ( ikan kepala timah, ikan nila merah, ikan gufi dan ikan lega). - Cara Fisik :  3M + 1T (mengubur, menguras, menutup, dan telungkup).

Pemberantasan Nyamuk Dewasa - Pengasapan (fogging) dengan insektisida. Menggunakan mesin fog atau mesin Ultra Low Volume (ULV).

Nyamuk Aedes albopictus Nyamuk Aedes Albopictus (Stegomyia albopicta), sejenis nyamuk keluarga (Culicidae), bercirikan kaki belang hitam putih, dan badan kecil berbelang hitam putih.  Panjang Nyamuk Aedes albopictus adalah sekitar 2 sampai 10 mm Nyamuk jantan secara kasarnya 20% lebih kecil berbanding nyamuk betina, tetapi secara morfologi serupa.

filariasis

defenisi Filariasis Golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk

FILARIASIS Filariasis (penyakit kaki gajah) : penyakit kronis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.

ETIOLOGI FILARIASIS di indonesia Spesies penyebab filariasis Wuchereria bancrofti Brugia malayi Brugia timori

Penyebaran filariasis Berdasarkan berbagai data yg ada, penyebaran filariasis di Indonesia sangat luas, terutama yg disebabkan oleh Brugia malayi. Prevalensi terlihat lebih tinggi didaerah yg kurang berkembang. Brugia malayi yang terdapat didaerah yang sangat maju/berkembang telah mulai hilang. Sebaliknya Brugia timori hanya terdapat di pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur saja dan tidak ditemukan di pulau-pulau didekatnya. Di NTB hanya ditemukan W. Bancrofti saja, padahal infeksi ganda antara B.Timori dan W.bancrofti sering dijumpai didaerah endemik B.timori.

VEKTOR FILARIASIS

ciri dan prilaku vektor Waktu aktif menghisap darah berbeda Anopheles dan Culex → malam hari Aedes → siang hari Anopheles → bila siap menggigit langsung keluar rumah Pada umumnya nyamuk yg menghisap darah adalah nyamuk betina. Sesuai Buku Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Depkes RI (2001), bahwa nyamuk yang aktif menghisap darah pada malam hari umumnya mempunyai dua puncak aktivitas → sebelum tengah malam dan menjelang pagi hari. Namun keadaan ini dapat berubah oleh pengaruh suhu dan kelembaban udara (Rosa,2009).

Nyamuk Aedes aegypty Ukuran sedang,tubuh berwarna hitam kecoklatan.Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dgn garis-garis putih keperakan.dibagian punggung tampak dua garis melengkung vertikal dibagian kiri dan kanan yg menjadi ciri spesies ini.sisik-sisik pd tubuh mdh rontok sehingga sulit identifikasi pd nyamuk tua. Hidup didalam dan sekitar rumah Lebih suka darah manusia dari darah hewan. Menghisap darah jam 08.00-12.00 WIB dan sorehari jam 15.00-17.00 WIB.

Nyamuk aedes albopictus Morfologi = A. Aegypti Perbedaan terletak pd garis putih yg terdapat pd scutumnya.scutum A.albopictus berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal dibagian dorsalnya. Nyamuk betina aktif diluar ruangan yg teduh dan terhindar dari angin. Aktif menggigit siang hari. Puncak aktivitas menggigit bervariasi tergantung habitat nyamuk,meskipun diketahui pd pagi dan sore hari.

Nyamuk anopheles Cirinya hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut, Warna ada yg hitam,ada pula yg kakinya bercak-bercak putih. Waktu gigit → malam hari Aktivitas menggigit didalam rumah meningkat pada jam 23.00 kemudian turun dan meningkat lg jam 02.00 dan 03.00 WIB Aktivitas menggigit diluar rumah meningkat jam 24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi jam 05.00 dini hari.

Nyamuk culex quinquefasciatus Memiliki tubuh berwarna kecoklatan,probosis warna gelap,kebanyakan dgn sisik berwarna lebih pucat pd bagian bawah,scutum warna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan disekitar sisiknya.sayap warna gelap,kaki belakang warnanya lebih pucat,seluruh kaki warna gelap kecuali persendian. Hidup didalam dan luar ruangan,plg sering ditemukan didalam rumah dan nyamuk betina yg aktif malam hari. Lebih suka menggigit manusia setelah matahari terbenam.

Siklus hidup nyamuk Metamorfosis sempurna TELUR LARVA PUPA NYAMUK DEWASA Metamorfosis sempurna Telur→larva 1-2 hari pd suhu 20-40’C Larva→pupa 4-9 hari Pupa→dewasa 2-3 hari Telur s.d dewasa 7-14 hari

Perindukan vektor Nyamuk biasanya meletakkan telur ditempat yg berair, kalo ditempat kering telur akan rusak dan mati. Nyamuk Aedes meletakkan telur menempel pada yg terapung diatas air atau menempel pada permukaan benda yg merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya. Nyamuk Anopheles meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas,telur anopheles mempunyai alat pengapung. Nyamuk Culex meletakan telur pada permukaan air secara bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu utk mengapung, sedangkan jentiknya menggantung di air.

Daerah endemik filariasis Daerah dataran rendah terutama daerah pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan, rawa-rawa dan daerah hutan. Biasanya daerah endemik B.malayi adalah daerah dengan hutan rawa (swampy forest), sepanjang sungai besar atau badan air yang lain. Sedangkan daerah endemik W.bancrofti perkotaan adalah daerah perkotaan yang kumuh, padat penduduknya dan banyak genangan air kotor sebagai habitat dari vektor parasit tersebut, yaitu Cx.quinquefasciatus.

prevALENSI FILARIASIS Di Indonesia kurang lebih 10 juta orang terinfeksi oleh filariasis sedangkan kurang lebih 150 juta orang hidup didaerah endemik (population at risk) Filariasis menyebar hampir diseluruh wilayah Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah Provinsi yang melaporkan kasus Filariasis terus bertambah, bahkan dibeberapa daerah mempunyai tingkat endemisitas yang cukup tinggi. Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah Nanggroe Aceh Darussalam (2.359 orang),Nusa tenggara timur (1.730orang) dan Papua (1.158 orang) dan 3 provinsi dengan kasus filariasis terendah adalah Bali (18 orang), Maluku utara (27orang) dan Sulawesi (30 orang).

Grafik filariasis th. 2000 - 2009

Aceh no.1 filariasis pada tahun 2009

Endemis filariasis di aceh Menurut Dinas Kesehatan NAD (2007), jumlah kasus filariasis di NAD tertinggi pada tahun 2000 sebanyak 822 kasus, sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 476 kasus. Dua tahun tersebut merupakan tahun terbanyak kasus filariasis. Ini artinya filariasis merupakan ancaman sepanjang tahun ke depan jika upaya pencegahan tidak dilakukan .

KAB.ACEH UTARA Prevalensi mikrofilaria (Mf) rate filariasis secara umum di Kab.Aceh Utara cukup tinggi,angka ini jauh diatas angka Survei Darah Jari (SDJ) yg telah dilakukan oleh DEPKES tahun 1999 dengan rata-rata Mf rate 3,2% (Ditjen PPM & PL, 2002) Paling banyak ditemukan di Gampong Penayan Kecamatan Nisam Aceh Utara, jumlah kasus klinis sangat tinggi yaitu 1.353 kasus, akan tetapi Mf rate (hasil pemeriksaan pada satu waktu tertentu) hanya 7,9 → hal ini dapat terjadi karena jumlah kasus merupakan akumulasi jumlah kasus klinis dalam waktu lama. (http://www.acehutara.go.id/berita-endemic-filariasis-di-aceh-utara.html). Dengan Mf rate yang tinggi, terdapat faktor resiko (seperti kepadatan vektor penular, faktor lingkungan, perubahan iklim, faktor perilaku, pekerjaan yang berisiko mengalami multi gigitan vektor penular),dan tanpa upaya intervensi pengendalian maka kasus klinis pada daerah tersebut kemungkinan akan terus bertambah.

Kab. Pidie Daerah endemis filariasis → di Kec. Peukan Baro Desa Lueng, Kec. Pidie Desa Teubeng Meucat dan Kec. simpang Tiga Desa Mesjid gigieng. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan larva filaria dalam tubuh nyamuk dengan angka infeksi (infection rate) sebesar 0,91%. Berdasarkan hasil identifikasi, nyamuk tersebut adalah spesies Culex quinquefasciatus. Hasil penangkapan juga ditemukan lima jenis nyamuk lain yang pernah dilaporkan sebagai vektor alami filariasis yaitu Culex annulirostris, Aedes aegypti, Anopheles subpictus, anophecles barbirostris, dan Anopheles vagus, (Fauziah,et al,2007) Larva yang ditemukan→ larva Wuchereria bancrofti→ Culex

Usaha preventif di kab.pidie Mei 2011 di Pidie Aceh dilaksanakan Edukasi dan Sosialisasi dalam rangka Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis. 18 juli 2011 di Kab.Pidie resmi dimulai minum obat massal untuk pencegahan filariasis. (http://p2pdinkespidie.wordpress.com)

Mikrofilaria Rate di aceh Di Provinsi NAD, terutama di Kab. Aceh Utara, dari hasil survei di kecamatan yg dilakukan oleh dinas kesehatan kab. Aceh Utara yaitu Kecamatan Langkahan: di desa Simpang Tiga dengan Mf rate 10,6%. Juga di Kec. Sawang: di Desa Kuta Meuligo dengan Mf rate 8%, serta Kec.Nisam: di Desa Peunayan, Seunebok, jeuleukat, Alue Sijengkai dan Paloh Mambu dengan MF rate 10,4% (Dinkes Kabupaten Aceh Utara, 2006). Angka ini jauh diatas angka Survei Darah Jari (SDJ) DEPKES tahun 1999 dgn rata-rata Mf rate 3,2%

FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FILARIASIS DI ACEH Analisa Penelitian berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan bahwa persentase penderita kaki gajah terbesar berada di provinsi NAD. Dari data 599 rumah tangga sebagai unit sampling,terdapat 75 rumah tangga yang anggota keluarganya menderita filariasis dan 524 yang anggota keluarganya tidak menderita penyakit kaki gajah. (windhy, Statistic FMIPA ITS,2010) Kesimpulan dari analisa yang dilakukan adalah berupa karakteristik rumah tangga Provinsi NAD berdasarkan faktor-faktor penyebab resiko penyakit kaki gajah.

faktor yang mempengaruhi rumah tangga untuk terserang filariasis Klasifikasi tempat tinggal rumah tangga Jarak ke sarana pelayanan kesehatan Kepemilikan hewan ternak Kemudahan memperoleh air Penggunaan kelambu saat tidur malam hari

Aceh, negeri seribu warung kopi Antropolog,Teuku Kemal Fasya (Maret, 2011) ► Kebiasaan minum kopi dan duduk di warung kopi sudah lama ada di kalangan masyarakat aceh. ► Sehabis shalat shubuh hingga malam hari kita bisa menemui orang dari berbagai kalangan berada di warung kopi. ► Jam buka warung kopi yang semula tak sampai 24 jam kini muncul warkop yang buka 24 jam RESIKO DIGIGIT NYAMUK MALAM HARI ????

TRANSMISI FILariasis (ditjen ppm&pl,2002) MANUSIA Manusia digigit oleh vektor berisi microfilaria infektif MIKROFILARIA Larva infektif keluar dari probosis melalui luka gigitan menuju sistem limfatik FILARIASIS Timbul gejala-gejala penyakit kaki gajah

Transmisi filariasis Apabila mikrofilaria terlalu banyak terhisap → nyamuk vektor akan mati, sebaliknya apabila mikrofilaria yang terhisap terlalu sedikit → transmisi menjadi kecil. Saat nyamuk menggigit manusia larva infektif akan keluar dari proboscis nyamuk dan menuju ke system limfe. Untuk B. Malayi dan Brugia timori dalam kurun waktu lebih 3,5 bulan→ larva infektif menjadi dewasa, sedangkan untuk W. Brancropti lebih kurang 9 bulan. Seseorang dapat terinfeksi filariasis apabila mendapat gigitan dari vektor ribuan kali →beda dgn malaria dan DBD

Pencegahan dan penanggulangan filariasis 1994 ► WHO menyatakan bahwa penyakit kaki gajah dapat di eliminasi 1997 ► WHA (the World Health Assembly) membuat resolusi tentang eliminasi penyakit kaki gajah 2000 ► WHO menetapkan Komitmen Global untuk mengeliminasi penyakit kaki gajah menuju Indonesia bebas Filariasis tahun 2020. 2002 ► Indonesia mencanangkan gerakan eliminasi penyakit kaki gajah disingkat ELKAGA (Depkes RI,2002). Eliminasi bertujuan untuk menurunkan prevalensi Microfilaria (Mf) hingga dibawah 1 persen, sehingga filariasis tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI,2005).

Pencegahan filariasis Pencegahan Primer Tujuannya adalah untuk mengadakan intervensi sebelum terjadinya perubahan patologis pada host. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang filariasis, dan menciptakan lingkungan yang tidak memungkinkan vektor filariasis untuk berkembang biak.

Pencegahan sekunder Tujuannya adalah untuk menyembuhkan atau menghentikan proses penyakit, mencegah penyebaran penularan penyakit, mencegah komplikasi dan gejala sisa serta memperpendek masa disabilitas. Usaha yang dilakukan adalah diagnosis dini, yaitu pemeriksaan mikroskopis darah, pengobatan segera, yaitu dengan konsumsi obat DEC. Dan untuk usaha disability limitation (pembatasan kecacatan) diberikan obat DEC 100 mg, 3x sehari selama 10 hari sebagai pengobatan individual serta dilakukan perawatan terhadap bagian organ tubuh yang bengkak.

Pencegahan tersier Tujuannya adalah untuk mengembalikan individu tersebut sehingga dapat hidup berguna di masyarakat dengan keadaan terbatas. Usaha yang dapat dilakukan adalah menyediakan sarana-sarana untuk pelatihan dan pendidikan di rumah sakit dan di tempat-tempat umum.

Program elkaga Usaha pemerintah Indonesia dalam menangani kasus filariasis terlihat dalam program eliminasi kaki gajah atau yang dikenal dengan ELKAGA : Sosialisasi Program Filariasis Tingkat Puskesmas dengan Meningkatkan Pengetahuan kepala desa untuk kegiatan pemberian pengobatan massal dan Mensosialisasikan tentang penyakit kaki gajah(Filariasis) kepada masyarakat. Pelatihan Kadar Pembantu Pengobatan / Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE). Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis (POMP filariasis).

KESIMPULAN Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia pada tahun 2020.sedangkan tujuan khusus program adalah menurunkan angka mikrofilaria (Mf) menjadi kurang dari satu persen disetiap kabupaten/kota, mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.