JURUSAN D3 MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KONDISI DAN PERMASALAHAN pendidikan DI NTB
Advertisements

PROVINSI PULAU SUMBAWA
Bulan maret 2012, nilai pewarnaan :
BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK DISAJIKAN PADA RADALGRAM JAKARTA, 4 AGUSTUS 2009.
TABEL INPUT OUTPUT REGIONAL.
Kerangka Dasar dan Manfaat Tabel I-O, asumsi dan Keterbatasannya
KELOMPOK V / KELAS 2A NAMA: PEMBAHASAN: AYU ROSITA SARI ( )
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT SRIJAYA PUSAKA NUSANTARA JAKARTA TIMUR
SRI TITI LESTARI, ANALISIS PERSEBARAN INDUSTRI BESAR DI KABUPATEN PURBALINGGA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
EVALUASI HASIL KEGIATAN PERWAKILAN BKKBN PROVINSI JAWA TIMUR
oleh : Ir. Ruchyat Deni Dj., M.Eng Direktur Penataan Ruang Nasional
KINERJA PENGARUH for further detail, please visit
Bulan FEBRUARI 2012, nilai pewarnaan :
PEMBUATAN WEBSITE SEJARAH BIMA “TEMBE NGGOLI” Ismarmiaty
ANGGOTA KELOMPOK KERJA FORUM KAWASAN TIMUR INDONESIA
DINAS PERTANIAN PROVINSI BENGKULU 2012
PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KECAMATAN Studi Kasus Kotamadya Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh :
PAPARAN KEPALA BAPPEDA KOTA BEKASI
PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN for further detail, please visit
DI KOTA DEPOK for further detail, please visit
EVALUASI Ratih Tunjung Utami for further detail, please visit
Pengangguran di Indonesia
PEMBANGUNAN INOVASI INKLUSIF
DINI SAPTA WULAN FATMASARI, ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA TANGERANG (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI)
BAB 7 PENDAPATAN NASIONAL
Pendahuluan Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Keluaran Ruang lingkup.
Universitas Udayana.
BADAN PUSAT STATISTIK INTEGRASI SISTEM UPDATING DIREKTORI
PENGARUH Abdul Latif for further detail, please visit
SISTEMATIKA KARYA ILMIAH
PENGARUH SUKU BUNGA SERFITIKAT BANK INDONESIA DAN KURS Gilang Meidianto ( ) for further detail, please visit
Dr. H. Mustika Lukman Arief, SE. MM.
ARAH PEMBANGUNAN EKONOMI SEKTOR PERTANIAN
Produk Domestik Regional Bruto
Peta Peningkatan Pemenuhan Energi Listrik Tiap Provinsi Hasil Model
Diseminasi Hasil Listing SENSUS EKONOMI 2016
Pertemuan II: Ekonomi Regional Konsep Region
PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
MODUL STUDI KELAYAKAN BISNIS
TEORI KUTUB PERTUMBUHAN
INDEKS PEMBANGUNAN REGIONAL (IPR) PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PUSAT PERTUMBUHAN DAN DISPARITAS EKONOMI DAERAH
ANALISIS PENGARUH PENILAIAN KINERJA EVA DAN EPS ADE PRATAMA,
PROSPEK DAN POTENSI UKM.
PELUANG INVESTASI KOTA SINGKAWANG
RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI REGIONAL
Sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia adalah....
Kinerja Kebijakan Ekonomi & Perekonomian
TEKNIK PROYEKSI KONDISI UMUM DAERAH
PERIODE PENANAMAN MODAL ASING LANGSUNG DI INDONESIA
Peran dan Perkembangan Agribisnis di Indonesia
ANALISIS POTENSI EKONOMI DAERAH
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Lingkungan Pemasaran Global
Pertemuan II: Ekonomi Regional Konsep Region
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK 2017 RANCANGAN USULAN PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN.
MK. PIE BY: TRIANI RW, S.PD., M.PD.
WILAYAH PERWILAYAHAN. Wittlesey mengemukakan unit-unit sebuah region dapat dibentuk oleh hal-hal berikut ini. 1.Ketampakan iklim saja, tanah saja sehingga.
PEMBANGUNAN APLIKASI INFORMASI PELUANG PENANAMAN MODAL
FORMAT BAGIAN UTAMA SKRIPSI
KULIAH KERJA NYATA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (KKN PPM) UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT 2018 PERENCANAAN KONSEP MINI PLAN GUDANG PRODUKSI CHIPS PORANG.
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Nusa Tenggara Barat
BAB 9 PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL
LEADERSHIP AND ENTREPRENEURSHIP
Strategi Pengembangan Desa Wisata Kabupaten Badung (Studi Kasus Desa Wisata Pangsan, Banjar Sekar Mukti Pundung, Kecamatan Petang ) Program Magister Arsitektur.
TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN SAMPANG 2018
Judul : Perkembangan industri di Era globalisasi Terhadap pendapatan nasional indonesia Nama : Agustinus Jono Npm :
PERENCANAAN WILAYAH pertemuan VI.
ANALISIS TIPOLOGI WILAYAH
Sartika Prasasti for further detail, please visit
Transcript presentasi:

JURUSAN D3 MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI ANALISIS POTENSI EKONOMI KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET BIMA) DAN NON KAPET DI PROPINSI NTB MAKALAH Oleh : Angga panca prahara NIM. 201010190511031 Fadli Nafureza NIM. 201010190511039 Santika Meilina NIM .09650006 JURUSAN D3 MANAJEMEN KEUANGAN DAN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MALANG 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Kapet merupakan sebuah pendekatan dalam rangka menterpadukan potensi kawasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) melalui pengembangan sektor unggulan yang menjadi prime mover kawasan yang bertumpu pada prakarsa daerah dan masyarakat , memiliki sumber daya , posisi ke akses pasar, sector unggulan dan memberikan dampak pertumbuhan pada wilayah sekitarnya.

B. Rumusan Masalah Bagaimanakah profil KAPET Bima yang meliputi Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu ? Bagaimanakah potensi ekonomi wilayah KAPET Bima dengan wilayah non KAPET Bima dan apa yang menjadi sector unggulan tiap daerah di propinsi NTB ? Bagaimanakah struktur dan pola pertumbuhan masing-masing Kabupaten/Kota antara wilayah KAPET Bima dan non KAPET Bima di propinsi NTB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kapet Kapet adalah wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memiliki potensi untuk cepat tumbuh dan atau mempunyai sector unggulan yang dapat mengerakkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya dan atau memerlukan dana investasi yang besar bagi pengembangannya yang penetapannya sebagai KAPET ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Konsep Kawasan Andalan Kawasan yang mempunyai pengaruh utama untuk kegiatan ekonomi yang dapat memacu pertumbuhan wilayah. Karena itu kawasan andalan harus mempunyai sector okonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan sector ekonomi lain dikawasannya sendiri maupun kawasan lain. kawasan yang mempunyai infrastruktuf yang relative lebih baik dan lengkap. Kuarangnya infrastruktur membuat investasi menjadi lebih mahal (high out investment),sehingga akan berpengaruh pada keengganan investor untuk menenamkan modalnya di kawasan tersebut.

Konsep Growth Poles dan Growth Centers Konsep pusat pertumbuhan yang diperkenalkan oleh Francois Perroux ini merupakan konsep economic region. Karena itu, suatu pusat pertumbuhan seringkali didefinisikan sebagai suatu konsentrasi industri pada suatu tempat tertentu yang kesemuanya saling berkaitan melaui hubungan input dan output dengan industri utama (leading industry).

Teori Basic Ekonomi Teori basik ekonomi berusaha menjelaskan prubahan-perubahan dalam struktur perekonomian regional dengan menekankan saling berhubungan antar sector yang terdapat dalam perekonomian regional dan lainya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini teori basik ekonomi dapat digunakan untuk menentukan sector-sektor mana yang sebaiknya dikembangkan sesuai dengan spesialisasi sector disuatu daerah tertentu

BAB III METODE PENELITIAN Teknik Analisis Data Analisis Location Quotion (LQ) Analisis Tipologi Klasen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Profil kapet bima Luas KAPET Bima 15.414,45 Km2 terdiri dari Kabupaten Bima 4.374,65 Km2, Kabupaten Dompu 2.324,55 Km2, Kota Bima 222,25 Km2 dan Kabupaten Sumbawa 8.493,00 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut :Utara berbatasan dengan Laut Flores, Selatan dengan Samudera Hindia, Timur dengan Selat Sape, Barat dengan Kabupaten Sumbawa KAPET Bima terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan 1 (satu) Kota Madya yaitu, Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu yang terdiri 34 Kecamatan, 25 Kelurahan, 186 Desa, dengan total luas daerah KAPet tersebut 6.921,45 Km2

2. Potensi Daerah Kapet Bima Potensi unggulan Kota Bima Dari hasil analisis data Produk Dometik Regional Bruto (PDRB), Kota bima memiliki enem(6) sector unggulan yang meliputi : 1. Listrik, gas dan air bersih 2. Bangunan 3) Perdagangan hotel dan restoran 4) Pengangkutan dan komunikasi 5) Keuangan dan jasaa perusahaan 6) Jasa-jasa

Potensi unggulan Kabupaten Bima Berdasarkan hasil analisis data Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bimamemiliki tiga (3) sector unggulan yang meliputi: 1) Pertanian 2) Perdagangan hotel dan restoran 3) jasa-jasa

Potensi ekonomi Kabupaten Dompu Berdasarkan hasil analisis data Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dompu memiliki lima (5) sector unggulan yang meliputi: 1) Pertanian 2) Listrik, gas, dan air bersih 3) Perdagangan, hotel dan restoran 4) Keuangan, persewaan dan jasaa perusahaan 5) jasa-jasa

3. POTENSI DAERAH NON KAPET BIMA Potensi Ekonomi Kota Mataram Dari hasil analisis data Produk Dometik Regional Bruto (PDRB) Kota Mtaram memiliki tujuh sector unggulan yaitu : 1) Industri pengolahan 2) Listrik, gas, dan air bersih 3) Bangunan 4) Pedagangan, hotel dan restoran 5) Pengangkutan dan komunikasi 6) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7) Jasa-jasa

4. Struktur Pertumbuhan Ekonomi Antara Daerah Kapet Bima Dan Daerah Non Kapet Bima Bahwa pertumbuhan ekonomi antara Daerah KAPET Bima dengan Daerah Non KAPET Bima berdasarkan pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Propinsi NTB dalam Lima tahun terakhir (2004-2008), bahwa rata-rata pertumbuhan Kabupaten/Kota yang termasuk dalam wilayah KAPET Bima tidak termasuk signifikan dibandingkan dengan beberapa Kabupaten/Kota non KAPET Bima. sebab rata-rata Kabupaten/kota yang termasuk dalam Daerah KAPET yang meliputi; kota Bima, rata-rata pertumbuhannya 0,34%, Kabupaten Dompu -0,53%, dan Kabupaten Bima 2,26%. Jadi hanya Kabupaten Bima yang merupakan daerah KAPET yang memiliki pertumbuhan PDRB yang tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/kota yang termasuk daerah kapet Bima.

Dan jiaka di bandingkan dengan daerah non KAPET Bma, bahwa terdapat Tiga Kabupaten/Kota yang memiliki rata-rata Pertumbuhan PDRB yang tinggi dari Kabupaten/kota lainnya di Propinsi NTB, yaitu : Kota mataram, memiliki rata-rata pertumbuhan PDRB sebesar 6,27%, Lombok Timur rata-rata pertumbuhan PDRB 2.43%; dan Lombok Tengah rata-rata pertumbuhan PDRBnya 2,07%. Dan dari keseluruhan yang memiliki rata-pertumbuhan yang paling tingi adalah Kota Mataram.

Tabel 4.31 Pertumbuhan PDRB Daerah KAPET Bima Dengan Non KAPET Bima Di NTB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004-2008 (%) Kab/Kota 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-Rata DAERAH KAPET   1. Kota Bima -2.24 -2.50 2.76 1.88 1.80 0.34 2. Kab. Bima -0.04 1.03 5.02 2.85 2.43 2.26 3. Dompu -4.37 -1.38 0.31 0.79 2.02 -0.53 DAERAH NON KAPET 1. Kota Mataram 8.08 6.73 7.34 5.09 4.11 6.27 2. L. Tengah 2.22 4.09 2.64 -0.38 1.78 2.07 3. L. Timur 3.21 2.16 2.82 1.77 2.21 4. L. Barat -7.13 0.62 2.25 -1.02 1.17 -0.82 5. Sumbawa 2.77 -3.33 -0.71 1.68 2.60 0.60 7. S. Barat -5.97 -10.38 9.15 0.59 -0.32 1.37

Tabel 4.32 Pola dan Struktur Pertumbuhan Perekonomian Antara Daerah KAPET Bima Dengan Non KAPET Bima di NTB Tahun 2004-2008 Kab/Kota PDRB Kab Growth Klasen DAERAH KAPET   1. Kota Bima RENDAH TERBELAKANG 2. Kab. Bima TINGGI BERKEMBANG CEPAT 3. Dompu DAERAH NON KAPET 1. Kota Mataram 2. L. Tengah 3. L. Timur 4. L. Barat 5. Sumbawa 7. S. Barat MAJU TERTEKAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan bahwa perbandingan potensi Antara daerah KAPET dengan daerah Non KAPET di Propinsi NTB dilihat dari potensi maupun struktur dan pola pertumbuhannya, memang yang lebih menojol adalah daerah non KAPET. Karena terlihat dari perhitungan yang dilakukan bahwa kesimpulan umumnya menunjukan terdapat beberap Kabupaten/kota yang bukan Daerah KAPET yang memiliki kriteria untuk di jadikan daerah KAPET karena memiliki potensi maupun pertumbuhan yang tinggi dibandingkan daerah KAPET, yaitu : Kota Mataram, Lombok Tengah dan Lombok Timur

B. saran Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) hendaknya BP. KAPET BIMA meningkatkan kinerjanya untuk bisa memacu pertumbuhan daerah kawasan tersebut sebaagai tujuan penetapan KAPET untuk mepercepat pembangunan daerah sekitarnya, guna mengurangi ketimpangan antara KTI dan KBI.

TERIMA KASIH MOHON MASUKAN DAN SARAN MAUPUN KRITIKAN YANG MEMBANGUN