Perspektif dalam Ilmu Sosial 17 maret 2015
Menurut Saudara, gambar apa ini ?
Gambar apa ini ?
Kita mungkin melihat sesuatu secara berbeda, bila kita membayangkan bahwa setiap orang menghadapi situasi tersebut dengan sudut pandang (point of view) – nama lain untuk perspektif yang berbeda, dan karenanya melihat suatu realitas yang berbeda pula.
Menurut Becker, perspektif mengandung suatu definisi situasi, seperangkat gagasan yang melukiskan karakter situasi yang memungkinkan pengambilan tindakan. Suatu spesifikasi jenis – jenis tindakan yang secara layak dan masuk akal dilakukan orang. Kriteria untuk penilaian, standar nilai yang memungkinkan orang dapat dinilai.
Sejak kecil, kita menggunakan perspektif, baik sengaja maupun idak Sejak kecil, kita menggunakan perspektif, baik sengaja maupun idak. Tanpa perspektif kita akan melihat situasi di hadapan kita sebagai centang perenang, ngawur dan tidak bermakna. Lewat perspekif itu, kita memperhatikan, memahami suatu stimulus dari realitas yang kita temui, dan mengabaikan stimulus lainnya. Perspekif membatasi pandangan kita, dan kita hanya dapat melihat sesuatu sejauh berada dalam perspektif kita. Maka apa yang kita tangkap melalui perspektif kita bukan realitas utuh, melainkan aspek tertentu realitas yang kita anggap penting
Perspektif itu kita bawa kemanapun kita pergi Perspektif itu kita bawa kemanapun kita pergi. Sepintas, perspektif itu sama dengan persepsi. Namun Charon, menyebutkan bahwa perspektif itu bukan persepsi, melainkan pemandu persepsi kita. Perspektif mempengaruhi apa yang kita lihat dan bagaimana kita menafsirkan apa yang kita lihat
(Sumber : Charon dalam Mulyana, 2013 : 7) Kerangka konseptual Perangkat asumsi Mem- Mem- Perspektif Perangkat nilai pengaruhi pengaruhi Perangkat gagasan persepsi kita tindakan dlm situasi
Keragaman Perspektif Ilmu Sosial Perspektif dalam bidang keilmuan sering juga disebut paradigma (paradigm), kadang disebut pula mazhab pemikiran (School of thought) atau teori. Istilah lain ; model, pendekatan, strategi intelektual, kerangka konseptual, kerangka pemikiran dan padangan dunia (worldview)
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Menurut Patton – paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya Anderson ; ideologi dan praktik suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat kriteria yang sama untuk menilai aktivitas penelitian dan menggunakan metode serupa
Pemahaman atas keterkaitan antara perspektif, teori, metode serta teknik penelitian itu penting. Teori harus konsisten dengan perspektifnya, dan metode serta teknik penelitian (pengamatan) harus konsisten dengan teorinya sekaligus juga dengan perspektif yang digunakan Dalam bidang keilmuan, terdapat dua perspektif utama – perspektif ilmu alam dan perspektif ilmu sosial
Dalam ilmu alam ; harus menjelaskan ciri – ciri realitas fisik yang diamati dan hubungan anatara berbagai aspek realitas tersebut. Sains dapat menjawab pertanyaan, misal ; alam itu seperti apa, tapi tidak dapat menajwab apakah alam itu baik atau buruk bagi manusia
Ilmu sosial harus menjelaskan bukan hanya ciri – ciri dan tindakan – tindakan manusia yang diamati, namun juga makna karakteristik dan tindakan tersebut bagi individu Dalam perspektif ilmu sosial, terdapat beebrapa perspektif lagi (biasa disebut juga pendekatan / teori)
Dalam pandangan Tucker, penggunaan berbagai perspektif bermanfaat, setidaknya dalam arti bahwa bila hasil – hail penelitian yang diperoleh berbagai paradigma itu serupa. Kita akan lebih yakin akan hasil penelitian tersebut. Dalam dunia keilmuan, penjelasan yang akurat merupakan tujuan dari suatu perspektif yang baik, yang menggambarkan realitas secara jelas dan membantu kita menemukan kebenaran
Perspektif, Teori dan Metode Penelitian Perspekttif adalah suatu kerangka konseptual (conceptual frame work), suatu perangkat asumsi, nilai, atau gagasan yang mempengaruhi persepsi kita. Pada akhirnya mempengaruhi cara kita bertindak dalam suatu situasi. Teori digunakan oleh para peneliti untuk menjustifikasi dan memandu penelitian mereka. Mereka juga akan membandingkan hasil penelitian, untuk membandingkan atau menegaskan teori tersebut.
Perspektif akan mempengauhi definisi, model atau teori kita yang pada gilirannya mempengaruhi cara kita melakukan penelitian Oleh karena setiap peneliti memandang bidang ilmunya secara berbeda, ia cenderung menafsirkan fenomena yang sama dengan cara yang berbeda pula Hampir semua metode bersifat ilmiah, jika peneliti dapat mempertahankan pengamatan dan hasilnya secara sistematis dan teratur karena ada kejelasan dari panduan yang ada, serta keterbukaan terhadap kritik
Perspektif dan Realitas Jenis perspektif atau teori yang dikemukakan oleh para teoritisi, bergantung pada bagaimana mereka memandang manusia sebagai subyek / objek kajian mereka Dalam konteks ini, muncullah perspektif ilmu sosial yang berada diantara ilmu alam dengan pendekatan ilmiah murni dan ilmu sosial dengan pendekatan humanistik murni (humaniora)
Pandangan – pandangan yang berbeda mengenai kedudukan manusia dalam dua realitas, disebut Imanuel Kant sebagai dunia phenomena dan noumena Dunia phenomena adalah dunia yang kita alami dengan pancaindera kita dan terbuka bagi penelitian ilmiah dan rasional. Sains meneliti dunia fenomena – dunia alami (natural world) dan nalar (reason) mengarahkan pengamatan
Dunia noumena tidak dapat didekati dengan pengamatan empiris, karena hal itutidak bersifat fisik atau empiris. Sebagai fenomena kita terikat oleh hukum – hukum alam terbuka bagi sains dan “bergantung kebutuhan alam”, yaitu perilaku kita bergantung pada sebab alam. Sebaliknya, manusia, juga adalah noumena yang punya jiwa, kemauan bebas. Manusia dikonseptualisasikan di sini sebagai sekaligus pasif – manusia disebabkan, dibentuk, didorong oleh kekuatan di luar kendalinya. Sekaligus juga aktif – mengendalikan, membentuk, bertindak dan bebas.
Menurut Hobbes, tidak ada pertentangan antara kebebasan dan determinime. Sehubungan dengan dua pandangan yang berbeda tentang manusia, ada dua perspektif yang disebut pendekatan objektif (behaviouristik dan strktural) dan pendekatan subyektif (fenomenologis atau interpretif)
Istilah objektif dalam frase “pendekatan objektif” sering diasosiasikan dengan istilah : - Ilmiah (saintifik), empiris, behavioristik, behavioral, struktural, positivistik, fungsionalis, mekanistik, deterministik, kuantitatif, deduktif, makro, klasik, konservatif, tradisional, linier, materialis, atomistik, reduksionis, rasionalistik dan statis.
Istilah subyektif dalam frase “pendekatan subyektif” sering diasosiasikan dengan istilah : - Humanistik, interpretif, fenomenologis, konstruksionis, konstruktivis, naturalistik, interaksionis, interaksional, kualitatif, induktif, holistik, eksploratori, mikro, kontemporer, dan dinamis. * Dalam antropologi pendekatan objektif juga dianalogikan sebagai (pendekatan etik / dari luar) dan pendekatan emik (dari dalam)
Pendekatan Objektif Diterapkan dalam penelitian yang sistematik, terkontrol, empiris dan kritis atas hipotesis mengenai hubungan yang diasumsikan diantara fenomena alam. Penedekatan ini memandang “kebenaran” dapat ditemukan bila kita dapat menyingkirkan campur tangan manusia ketika melakukan penelitian, dengan kata lain “mengambil jarak dari objek yang kita teliti.
Misalnya : temuan – temuan terdahulu membuktikan bahwa kredibilitas seorang komunikator berkaitan dengan efektivitas komunikasinya. Maka “hasil” ini akan digunakan untuk “mendekati” fenomena yang sama. Fokus ilmuwan positivis cenderung pada hubungan sebab akibat
Pendekatan Subyektif Menjelaskan makna perilaku dengan menafsirkan apa yang orang lakukan. Interpretasi atas perilaku ini tidak bersifat kausal dan bukan generalisasi. Fokus perhatian kaum subyektifis adalah bagian perilaku manusia yang disebut tindakan (action). Bukan sekedar gerakan tubuh. Karena tidak seperti kebanyakan hewan, manusia punya maksud, tujuan, keinginan, niat, pikiran, kepercayaan.