Dramatism (Kenneth Burke) Halomoan Harahap
Drmatism Teori dramatisme adalah teori yang mencoba memahami tindakan kehidupan manusia sebagai drama. Dramatisme, mengibaratkan kehidupan sebagai sebuah drama, yang terdiri dari adegan yang diperlihatkan oleh berbagai pemain. Setiap perilaku meruaka adegan yang mengandung motif-motof tertentu dari pelakunya. Dramatisme mencoba membahas tindakan komunikasi antara teks dan khalayak untuk teks, serta tindakan di dalam teks itu sendiri. Dengan demikian, kajian dramatisme mempelajari cara-cara dimana bahasa dan penggunaannya berhubungan dengan khalayak.
Asumsi Manusia adalah hewan yang menggunakan symbol. Beberapa hal yang dilakukan manusia dimotivasi oleh naluri hewan yang ada dalam diri kita dan beberapa hal lainnya dimotivasi oleh symbol-simbol. Dari semua symbol yang digunakan manusia yang paling penting adalah bahasa. Bahasa dan symbol membentuk sebuah system yang sangat penting bagi manusia. Sapir dan Whorf (1921; 1956) menyatakan bahwa sangat sulit untuk berfikir mengenai konsep atau objek tanpa adanya kata-kata bagi mereka. Jadi, orang dibatasi (dalam batas tertentu) dalam apa yang dapat mereka pahami oleh karena batasan bahasa mereka. Ketika manusia menggunakan bahasa, mereka juga digunakan oleh bahasa tertentu. Ketika bahasa dari suatu budaya tidak mempunyai symbol untuk motif tertentu, maka pembicara yang menggunakan bahasa tersebut juga cenderung untuk tidak memiliki motif tersebut. Kata-kata, pemikiran, dan tindakan memiliki hubungan yang sangat dekat satu sama lain. Manusia adalah pembuat pilihan. Dasar utama dari dramatisme adalah pilihan manusia. Hal ini ada keterikatannya dengan konseptualisasi akan agensi (agency), atau kemampuan actor sosial untuk bertindak sebagai hasil pilihannya.
Dramatisme sebagai Retorika Baru Dramatisme merupakan retorika baru. Bedanya dengan retorika lama adalah retorika baru lebih menekankan pada identifikasi dan hal ini dapat mencakup faktor-faktor yang secara parsial “tidak sadar” dalam mengajukan pernyataannya disamping retorika yang lama menekankan pada persuasi dan desain yang terencana.
Identifikasi dan Substansi Substansi : Karakterisitik Identifikasi bila dua karakteristik (tumpang tindih) overlaping Rasa bersalah (tekanan, rasa malu, rasa bersalah, rasa jijik, atau perasaan yang menyebalkan lainnya) adalah motif utama untuk semua aktifitas simbolik.
Proses merasa bersalah dan berusaha untuk menghilangkannya ada di dalam siklus Burke, yang mengikuti pola yang dapat diprediksi: Tatanan atau hierarki (peringkat yang ada dalam masyarakat terutama karena kemampuan kita untuk menggunakan bahasa). Negatifitas (menolak seseorang dalam tatanan sosial; memperlihatkan resistensi). Pengorbanan (cara dimana kita berusaha untuk memurnikan diri kita dari rasa bersalah yang kita rasakan sebagai tekanan). Ada dua metode untuk memurnikan diri dari rasa bersalah, dengan menyalahkan diri sendiri) dan pengkambinghitaman (salah satu metode untuk memurnikan diri dari rasa bersalah, dengan menyalahkan orang lain). Penebusan. Kembali pada tatanan baru setelah rasa bersalah diampuni sementara.
Pentad Selain mengembangkan teori dramatisme, Burke (1954) menciptakan suatu metode untuk menerapkan teorinya terhadap sebuah pemahaman aktifitas simbolik. Metode tersebut adalah pentad (metode yang diterapkan untuk menganalisis teks simbolik, yaitu): Tindakan (sesuatu yang dilakukan oleh seseorang). Adegan (konteks yang melingkupi tindakan). Agen (orang yang melakukan tindakan). Agensi (cara-cara yang digunakan untuk melakukan tindakan). Tujuan (hasil akhir yang dimiliki agen dari suatu tindakan). Sikap (cara dimana agen memposisikan diri relatif terhadap elemen lain).