KRITIK TERJEMAHAN (Peter Newmark 1988, Bab 17)

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENDEKATAN KOGNITIF UNTUK MEMPERSUASI
Advertisements

COPY WRITING NASKAH IKLAN
Pengembangan Modul dan Diktat
BAB 1 KONTEKS BAHASA INDONESIA
SEMANTIK BAHASA INDONESIA
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
Persepsi Dalam Dunia iklan
ETIKA PROFESI.
KOMUNIKASI PENDIDIKAN
METODE PENULISAN ILMIAH PERTEMUAN 2: PENDAHULUAN
KONSEP DASAR BAHASA INDONESIA
ILMU SEJARAH DI PRANCIS
Tahap-tahap Membaca Analitis
KEBENARAN ILMIAH KWALITAS PENGETAHUAN
Berkomunikasi Antarbudaya
ETIKA & ETIKET.
Oleh: IDA ROSIDA,A.Ma DCT KELOMPOK TEMATIK
Oleh Mukh Doyin FBS Universitas Negeri Semarang
TEKS ANEKDOT.
Bindo sepuluh-II (3-4) SK: Membaca: 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca memindai 11.1 Merangkum seluruh isi informasi teks buku ke dalam beberapa.
JENIS-JENIS MEMBACA Terdengar tidaknya suara
K V: HAMBATAN KOMUNIKASI MASSA
TRANSLATION JAPANESE-INDONESIAN
KOMISI PENGKADERAN TAFSIR ALKITAB.
Etika Dan Regulasi Maria Christina.
PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
JENIS-JENIS KESALAHAN BERBAHASA
5 IDEOLOGI PENERJEMAHAN
Muhammmad Noor Hidayat
Nilai dan Norma Sosial Pertemuan 06
Konsep dasar Komunikasi
TIMBANGAN BUKU, TIMBANGAN PUSTAKA DAN RINGKASAN
Pertemuan ketigabelas Idiom-idiom khusus
KOMUNIKASI BISNIS MANAJEMEN KESEKRETARIATAN DAN PERKANTORAN
TEORI PENERJEMAHAN: MENCARI KESEPADANAN
SUDUT PANDANG DALAM SEBUAH TINJAUAN
Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern
C DASAR-DASAR PENELITIAN SEJARAH.
Translation By Endang Iryani, M.Pd.
Mengevaluasi efektivitas tulisan
PENGGUNAAN MEDIA PERIKLANAN
BASIC COPY WRITING Creative Writing.
PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI
HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
PENGERTIAN OPINI PUBLIK
Berkomunikasi Antarbudaya
6 Metode penerjemahan.
COPY WRITING NASKAH IKLAN
HAKIKAT SASTRA dan STUDI SASTRA
Kritik Sastra dan Esai.
1 PENDAHULUAN.
KONSEP ETIKA DAN ETIKET
KARAKTERRISTIK BAHASA INDONESIA ILMIAH
Kemampuan Berbahasa dan Bersastra
Penulisan Berita dan Karangan Khas
PERAN KONTEKS DALAM PENGAJARAN BAHASA
Emylia Fiskasari, S.Si., Apt. M.M.
Kritik Terhadap Media Massa
PENGERTIAN OPINI PUBLIK
KONSEP DASAR PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
HAKIKAT STRATEGI PEMBELAJARAN
APA ITU MENULIS¹) Oleh: Juniper Silitonga ²)
Bahasa Indonesia (3 SKS) – Fakultas Sains, Institut Teknologi Telkom1 BAB I KONSEP DASAR BAHASA INDONESIA A.Definisi Bahasa dan Fungsi Bahasa B.Kedudukan.
KALIMAT EFEKTIF Kesepadanan dan Kesatuan Keparalelan
MEDIA PENGAJARAN YANG EFEKTIF DAN KOMUNIKATIF.
KRITIK SENI. PENGERTIAN – Kegiatan menanggapi karya seni untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni – Tujuannya: menilai kualitas dari.
Kiat Menyusun Proposal Penelitian
Disarikan dari Hidayat (2016), Badri (2010)
TEORI SASTRA Pertemuan 1.
KONSEP DASAR ETIKA
Transcript presentasi:

KRITIK TERJEMAHAN (Peter Newmark 1988, Bab 17) Asas Meninjau dan mengevaluasi Memahami asas penerjemahan Menjelaskan apa yang telah kita pahami dari TSu dan TSa

2. Rencana Kritik 2.1 Analisis sekilas atas TSu: maksud & fungsi 2.2 Memahami dan menjelaskan: penafsiran penerjemah atas TSu, pelbagai metode penerjemahan, publik pembaca 2.3 Pembandingan bagian-bagian penting antara TSu dan TSa 2.4 Evaluasi dari sudut pandang: penerjemah dan kritikus 2.5 Asesmen atas relevansi TSa bagi: pembaca target, masyarakat, dan bidang

2.1 Analisis sekilas atas TSu: tujuan & fungsi Tujuan penulis Tujuan penerjemah Tujuan teks Fungsi teks

2.2 Penafsiran Teks Bagaimana tujuan teks sumber ditafsirkan oleh penerjemah Metode apa saja yang dipilih dan mengapa Siapa pembaca Apa tujuan

2.3 Pembandingan TSu dan TSa Judul Struktur teks Pergeseran Metafora Kata budaya Translationese Nama diri Neologisme Metabahasa Anekdot, lelucon Efek bunyi (mis., onomatope)

2.4 Evaluasi dari sudut pandang: penerjemah dan kritikus Sudut pandang kritikus Mengevaluasi bukan “menyalahkan” melainkan “memahami”

2.5 Asesmen Kemaknawian TSa bagi: pembaca target, masyarakat, dan bidang tertentu

Dua pendekatan dalam penilaian: Fungsional: melihat secara garis besar di mana keberhasilan dan di mana kegagalan pada terjemahan/penerjemah Analitis: * Penerjemahan sebagai ilmu * Penerjemahan sebagai kiat * Penerjemahan sebagai seni * Penerjemahan sebagai masalah selera

Penerjemahan sebagai ilmu Mencari kesalahan dalam terjemahan: dua kesalahan “ilmiah” Referensial: fakta, dunia nyata, proposisi (kesalahan dapat berasal dari penulis yang disalin oleh penerjemah) Linguistis: penerjemah tidak menguasai bahasa sumber (asing): tata bahasa, leksikon, kolokasi, idiom.

Penerjemahan sebagai kiat (1) Penerjemah mampu mengikuti (atau menyimpang) dari adat bahasa (kewajaran) “benar” harus dibedakan dari kejanggalan dari sudut pandang adat bahasa demi keberterimaan yang sesuai dengan konteks.

Penerjemahan sebagai kiat (2) Pelanggaran adat bahasa karena penerjemah: (1)Tidak mampu menulis, (2) Salah menggunakan kamus, (3) Tergelincir deceptive cognates, (4) Terpaku pada pencarian padanan satu lawan satu, dan yang terpenting (5) Kurang akal sehat

Penerjemahan sebagai kiat (3) Memang pelanggaran adat bahasa lebih ringan dibandingkan kesalahan fakta dan bahasa, tetapi hanya pengguna bahasa yang terampil mampu menjamin pengalihan pesan.

5 wilayah kata budaya (Newmark 1988, 95−102) Dalam metode penerjemahan harfiah dibedakan 5 wilayah kata budaya: Ekologi Artefak Budaya sosial Organisasi Kial (gesture) dan kebiasaan

Penerjemahan sebagai seni (1) Faktor positif (dibandingkan dua yang pertama): “penciptaan kembali (re-creation) yang kontekstual” Memahami maksud penulis bukan makna kata-kata yang ditulisnya Penerjemah memperjelas inferensi dan implikasi TSu

Penerjemahan sebagai seni (2) Penerjemahan kreatif Penerjemahan di tataran “lahiriah” tidak mungkin Banyak pilihan solusi Penerjemahan maksud penulis bukan kata penulis  Terjemahan terdekat dengan aslinya secara pragmatis paling baik diutamakan terhadap keakuratan referensial, dan tidak ada versi yang jelas-jelas superior

Penerjemahan sebagai masalah selera Faktor subjektif Kritikus harus menggunakan seleranya sendiri atau pilihannya antara terjemahan “harfiah” dan “bebas”; Nilai bagus atau buruk Penilaian tidak dogmatis

Rational vs Taste Areas Continuum “science” “craft” “art” “taste” [+] [+] “rational area” “taste area” “personal or social style” “personal or individual feelings” “rational, correct-incorrect” “effort to accommodate language use”

Dilema Faktor negatif (fakta, bahasa, adat bahasa) cenderung mengabaikan faktor posisif dalam terjemahan kreatif  terjemahan tidak hanya akurat tetapi juga efektif. Tetapi keakuratan dapat diukur secara positif: positive marking (cf imbalan di UKP)

KESIMPULAN Terjemahan bagus atau buruk sangat relatif Kecenderungan menggunakan kriteria daripada norma Terjemahan bagus adalah yang memenuhi maksudnya: - Teks informatif: fakta yang disampaikan berterima Teks vokatif: keberhasilan (iklan) menjadi tolok ukur Teks otoritatif atau ekspresif: bentuk sama penting dengan isi (fungsi estetis bahasa).

Transposisi He was unconscious when he arrived at the hospital. (a) Ia sudah berada dalam keadaan tidak sadar saat tiba di rumah sakit. (b) Setibanya di rumah sakit, ia sudah dalam keadaan tidak sadar. (c) *Ia tidak sadar ketika tiba di rumah sakit. Meskipun struktur kalimatnya tidak sejajar dengan (a), terjemahan (b) dapat kita terima, tetapi kelihatannya (c) lebih baik. Intinya, pesan berbunyi “ia tidak sadar”, “ia dibawa ke rumah sakit”, dan “setiba di rumah sakit ia pun tetap belum sadar”. Terjemahan (c) dapat menimbulkan salah paham karena seakan-akan keadaan tidak sadar terjadi saat ia tiba di rumah sakit. Padahal (c) secara formal yang paling sejajar dengan aslinya. Jadi, dalam hal (a) dan (b), penerjemah melakukan perubahan struktur kalimat dengan teknik transposisi.