SEJARAH PERKEMBANGANNYA SEJAK ZAMAN YUNANI KUNO HINGGA ERA MODERN Tentang Logika SEJARAH PERKEMBANGANNYA SEJAK ZAMAN YUNANI KUNO HINGGA ERA MODERN
Tokoh-tokoh logika pra-Aristoteles Thales dari Miletus (Θαλῆς ὁ Μιλήσιος) (circa 624 – 546 SM): pemikir pertama yang menegaskan bahwa prinsip (ἀρχήν atau arkhe) dari segala sesuatu adalah AIR. “water is the primal origin and the womb of all things” Parmenides (Παρμενίδης ὁ Ἐλεάτης )(circa 520 – 450 SM): terkenal dengan ungkapannya It is necessary to speak and to think what is; for being is, but nothing is not. (B 6.1-2) atau, dalam versi yang lebih populer: “yang ada adalah ada, yang tidak ada, tidak ada”. Perubahan dan kemajemukan adalah hal yang tidak masuk akal. Zeno dari Elea (Ζήνων ὁ Ἐλεάτης) (490 – 430 SM). Dianggap sebagai bapak penemu cara berpikir “dialektis” (διαλεκτική) oleh Aristoteles, terutama dikenal berkat “argumen melawan gerak”: gerak adalah mustahil karena kita sudah selalu harus menempuh jarak separuh antar dua titik yang terpisah.
Protagoras (Πρωταγόρας) (490 – 420 SM): siapapun yang bisa berargumen secara persuasif, ia tidak hanya menciptakan ‘keyakinan’ namun juga kebenaran. Kebenaran adalah kekuatan opini seorang individu. Man is the measure of all things; Perception and truth are related to the experience and judgment of the individual. Inilah cikal bakal pandangan relativisme kebenaran. Socrates (Σωκράτης)(469–399 SM): gurunya Plato, terkenal dengan metode bertanya dan menjawab yang disebut The Socratic Method (atau Method of Elenchus). Plato (Πλάτων) (428 – 347 SM): filsuf terbesar Yunani kuno, “juru bicara” bagi gurunya Socrates, terkenal lewat dialog-dialog dan surat-suratnya (Thirty-five dialogues and thirteen letters). Meskipun tidak ditemukan satu buku yang khusus membahas tentang Logika, namun cara berpikir dan bertuturnya yang dialektis bisa dikatakan sebagai “sumber inspirasi” untuk Logika sebagai ilmu yang akan dirumuskan muridnya, Aristoteles.
Socratic method (model berargumentasi Sokrates) Definisi: sebuah bentuk model tanya jawab filosofis di mana si penanya mengeksplorasi implikasi-implikasi (logis) dari posisi atau jawaban yang diajukan orang yang ditanyainya guna mendorong lahirnya pemikiran dan ide-ide berikutnya (menurut wikipedia dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Elenchus : a form of philosophical inquiry in which the questioner explores the implications of others' positions, to stimulate rational thinking and illuminate ideas ) Sokrates memulai refutasinya dengan bertanya kepada lawan bicaranya hal-hal tertentu yang oleh lawan bicaranya dianggap tahu. Dari jawaban-jawaban yang diajukan lawan bicaranya, Sokrates akan terus “mengejar” konsekuensi-konsekuensi dari jawaban tersebut sehingga sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang dipandang absurd (menggelikan, tidak masuk akal) atau bertentangan dengan asumsi-asumsi yang sebelumnya mereka terima. Contoh: apa itu “keadilan”? (dalam bukunya Republic)
Aristoteles (384 – 322 SM) http://kids.niehs.nih.gov/images/aristotle.jpg Baru sejak Aristoteles lah λογική έπιστήμη (logika) menjadi sebuah ilmu yang sistematis. Namun Aristoteles sendiri belum menggunakan istilah “logika” untuk merujuk pada sistem dan kategorisasi ilmu pengetahuan yang ia buat. Aristoteles menggunakan istilah analitika (penelitian atas berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar) dan dialektika (penelitian atas argumentasi yang masih diragukan kebenarannya). Aristoteles mewariskan kepada para muridnya enam buah buku yang oleh para muridnya dirangkum menjadi sebuah “kitab suci” logika, bernama τόőργανον (to Organon), yang berarti alat.
Pembagian to Organon (untuk lengkapnya, lihat http://en. wikipedia Categoriae: menguraikan pengertian-pengertian De interpretatione: membahas keputusan-keputusan Analytica priora: membahas metode silogistik dan penarikan kesimpulan secara induktif (inductive inference) Analytica posteriora: membahas pembuktian (demonstrasi), definisi dan pengetahuan ilmiah Topica: cara berargumentasi atau berdebat De sophisticis elenchis: membicarakan kesesatan dan kekeliruan berpikir
Para tokoh logika (Yunani) setelah Aristoteles Theophrastus (370 – 288 SM): murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan karya-karya Aristoteles, termasuk dalam Logika. Zeno dari Citium (334 – 262 SM): pelopor kaum Stoa, yang berjasa mengembangkan bentuk-bentuk argumen disjungtif dan hipotetis. Chrysippus (280 – 207 SM): pemimpin kaum Stoa yang berjasa mengembangkan logika menjadi bentuk-bentuk penalaran yang sistematis.
Para tokoh Logika (zaman Romawi) Aelius Galenus atau Claudius Galenus yang lebih dikenal sebagai Galen dari Pergamum (130 – 200 M): ahli medis sekaligus filsuf yang terkenal karena dapat mengaplikasikan “prinsip-prinsip logika” dalam pengamatan maupun eksperimentasi medisnya. Sextus Empiricus (circa 160 - 210 M): bapak skeptisisme Romawi; mengarang buku Outlines of Pyrrhonism (Πυῤῥώνειοι ὑποτύπωσεις atau Pyrrhōneioi hypotypōseis) dan Against the Mathematicians (Adversus Mathematicos); ia berjasa mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Porphyrius (232 – 305 M): murid dan editor karya-karya Plotinus; menulis pengantar (είσγωγή atau eisagoge) untuk Categoriae Aristoteles. Boethius (480 – 524 M): menerjemahkan eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin. Karya terjemahannya ini menjadi buku teks standar Logika di sekolah dan universitas Eropa selama abad pertengahan.
Para tokoh Logika Modern di Abad Pertengahan Petrus Hispanus (1210 – 1278): menulis buku Tractatus (salah satu buku teks standar Logika di abad pertengahan) dan Summule logicales magistri Petri Hispani . Roger Bacon (1214 – 1294): salah satu bapak empirisme dan pelopor metode ilmiah modern. Terkenal berkat karyanya Opus Maius dan Opus minus, De multiplicatione specierum. Raymundus Lullus atau Ramon Llull (1232 – 1315): filsuf kelahiran Mayorca (Spanyol). Karya utamanya adalah Ars Magna (The Great Art) (1305) atau disebut juga Ars Generalis Ultima (The Ultimate General Art) William Ockham (1288 – 1348): karya utamanya dalam bidang Logika adalah Summa Logicae (1323)
Para tokoh Logika Modern di awal Era Pencerahan Penerus tradisi logika Aristoteles adalah Thomas Hobbes (1588 – 1679) John Locke (1632 – 1704) Tokoh yang mengembangkan logika induktif untuk kepentingan pemajuan sains modern, menulis buku novum organon: Francis Bacon (1561 – 1626) http://emsworth.files.wordpress.com/2008/09/francis-bacon1.jpg
Logika Simbolik atau Logika Matematik Definisi (dari wikipedia ; http://en.wikipedia.org/wiki/Logic ): Logika simbolis adalah studi tentang abstraksi-abstraksi simbolis yang mencerminkan unsur-unsur formal dari penarikan kesimpulan secara logis. Pada umumnya, logika simbolis dibagi menjadi dua ranah, yaitu logika proposional dan logika predikat. Logika matematis adalah kelanjutan (extension) dari logika simbolis ke dalam ranah ilmu yang relatif baru seperti model theory, proof theory, set theory, dan recursion theory. Para pelopor logika simbolik: Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1716) George Boole (1815 – 1864) John Venn (1834 – 1932) Gottlob Frege (1848 – 1925) Para pemikir yang berjasa melengkapi dan menyempurnakan sistem logika simbolik: Charles Sanders Peirce (1839 – 1914): menafsirkan logika sebagai “general theory of signs” dan dari situ ia terkenal dengan Peirce’s law (((P→Q)→P)→P) Alfred North Whitehead (1861 – 1947) Bertrand Russell (1872 – 1970) Ludwig Wittgenstein (1889 – 1951) Rudolf Carnap (1891 – 1970) Kurt Gödel (1906 – 1978)
Komparasi Logika Klasik dan Logika Modern Disebut juga logika tradisional atau logika klasik Disebut juga Logika Simbolik atau Logika Matematik Membahas dan mempersoalkan definisi, konsep dan term menurut struktur, susunan dan nuansanya, serta seluk beluk penalaran untuk memperoleh kebenaran yang lebih sesuai dengan realitas. Operasi antar proposisi, konsep dan term berbahasa dilambangkan dengan simbol dan tanda seperti “^” dan “” Bahasa (kata) adalah yang primer, simbol itu sekunder. Simbol adalah yang primer, sementara bahasa (kata) adalah sekunder. Berguna (terlebih) untuk menganalisis bahasa tertulis, wacana dan bentuk-bentuk tulisan lainnya. Berguna (terlebih) dalam bidang terapan masa kini seperti komputasi, teori informasi berbasis oposisi biner, coding dan decoding.