Masalah anak muda Jepang Isu Masyarakat Jepang
Kasus Seorang ibu bernama Yoshiko tidak mau memberitahu nama anaknya karena takut tetangganya tahu. 3 tahun lalu, teman sekelas anaknya meneror anaknya dengan surat ancaman dan graffiti dihalaman sekolah. Sejak saat itu, anaknya ke dapur keluarga, mengunci pintu dan tidak keluar sama sekali. Keluarga itu bahkan membangun dapur baru. Di dekat dapur tsb ada kamar mandi tapi anaknya hanya mandi 2x dalam setahun (BBC News)
Hikikomori Remaja/dewasa mengisolasi diri di suatu ruang dalam rumah dan membatasi komunikasinya (hanya internet) Belanja di tengah malam, keluar ketika orangtuanya tidur, menghindari bertatap muka atau bahkan tidak pergi sama sekali selama bulanan/tahunan Jika orangtua mencari solusi dan memaksa anak untuk keluar justru terjadi konflik Orangtua takut berkonfrontasi dgn anak anak takut dengan orang lain dan dunia luar
Kerangka problem sejak post WWII Bubble Era Amae Shoshika Hikikomori Internet Ijime
Kyouiku Mama Pasca WWII kerangka baru dalam keluarga; ibu bertanggung jawab penuh membesarkan anaknya dan anak bertanggung jawab menghormati orangtua Anak laki-laki pertama dan istrinya punya kewajiban lebih banyak untuk merawat orangtua ketika mereka lanjut usia
Konsep Amae Amae adalah istilah dalam bahasa Jepang ttg hub. Sosial dimana seseorang berharap perhatian dari orang lain. Orang ini akan berprilaku dgn tujuan mendapatkan perhatian tadi. Terkadang orang yang mencari amae bisa terlihat kekanakan Amae umumnya ditunjukkan dengan gesture, bahasa non verbal, ekspresi wajah dan tanpa penjelasan yang berkepanjangan
Dunia sekolah anak Jepang Konflik dihindari Menekankan persamaan daripada perbedaan/keunikan Perasaan negatif tidak perlu diekspresikan Anak-anak harus mengikuti aturan kelompok Yang berada di level over atau under akan dijauhi ijime
Post Bubble Economy Era Teknologi dan manufaktur bertemu dengan globalisasi tantangan per individu Ancaman kehilangan pekerjaanjaminan pekerja seumur hidup Eranya Kreativitas personal lebih dihargai daripada standar yang seragam orang Jepang tidak terbiasa untuk beda Internet dan telpon selularmengambil waktu interaksi langsung, permainan fisik, membaca buku Shoshika ; rata-rata hanya ingin punya 1 anak, jika anaknya laki-laki, bebannya berat karena ekspektasi orangtua terhadap nilai akademik & kewajibannya mengurus orangtua saat lansia nanti
Hubungan hikikomori dan amae Pelaku Hikikomori cenderung pria Pria, khusunya anak pertama punya tanggung jawab spesial kepada orangtuanya dan ibu mendukung kesuksesan anaknya amae Apa yang dibutuhkan anak, ibu menyiapkan Ketika anak tidak bisa mengekspresikan kebutuhannya, anak memutuskan diri dari dunia luar
4 level dari amae Secara Emosional (Masih bisa diterima) Keinginan akan kedekatan dan prilaku kekanakan Secara instrumental (prilaku merusak) 2. Egois, ketergantungan, tidak mandiri 3. Berakting putus asa, membuat tawaran 4. Merusak, tuntutan tidak masuk akal, kekerasan
Solusi dari perspektif budaya Jepang 1st level ; komunikasi via internet dgn keluarga dan guru 2nd level; komunikasi tatap muka di tempat yang menurut si anak aman (hanya main dan bersenang-senang) 3rd level ; hubungan dgn alam, dgn binatang (peliharaan), hubungan dgn praktek budha /shinto 4th level ; kembali ke sekolah Slow walk shikoku 88
Solusi dari perspektif budaya Barat 1st level ; Memanfaatkan ketergantungan anak dgn orangtua (cinta, makanan, uang) 2nd level; orangtua, guru atau pekerja sosial membantu anak mengeluarkan uneg-unegnya 3rd level ; mengajak anak bergabung dengan negosiasi yang kooperatif antar orangtua dan anak
Daftar Pustaka Jurnal “Current problems of Japanese youth: some possible pathways for alleviating these problems from the perspective of dinamic system theoy”, Alan Fogel and Masatoshi Kawai