Perubahan Sosial Melalui Gerakan Sosial

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MANAJEMEN PERUBAHAN ORGANISASI
Advertisements

MANAJEMEN KONFLIK.
Sistem Informasi, Organisasi, Manajemen, & Strategi
Isyu-isyu penting dalam teori Kepribadian.
TEORI PERILAKU MENYIMPANG KONTEMPORER (Teori Labeling & Konflik)
TEORI PERILAKU MENYIMPANG KONTEMPORER: TEORI ANOMI
KELEMBAGAAN DAN KEBIJAKAN AGROFORESTRI
Tindakan Sosial  Seluruh perilaku manusia yang dilakukan dengan sadar ataupun tidak sadar untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak semua perilaku dapat.
PERILAKU INDIVIDU & PERBEDAANNYA
Pengertian Sex dan Gender
MEMILIKI BEBERAPA KEKHASAN FUNDAMENTAL
BERHADAPAN DENGAN ORANG (DEALING WITH PEOPLE)
PERILAKU MENYIMPANG SEBAGAI KAJIAN MULTI DISIPLIN
URBANISASI DAN PENYIMPANGAN PERILAKU
Struktur sosial masyarakat
PERILAKU MENYIMPANG: SUBKULTUR MENYIMPANG
KONFORMITAS, PENYIMPANGAN dan KONTROL SOSIAL
KONFLIK PADA DUNIA KERJA
Social Learning Theory
PERTEMUAN 15 KONFLIK.
PERILAKU DALAM KELOMPOK
SOSIALISASI POLITIK DAN KEHIDUPAN BERPOLITIK
KONFORMITAS dan PERILAKU MENYIMPANG
PERILAKU PETANI Sub Pokok Bahasan Ini Mempelajari Teori Perilaku Manusia Dan Faktor Yang Berkorelasi Dng Perilaku Manusia BY : SUTRISNO.
Perilaku Kelompok Dalam Organisasi, Teori Teori Pembentukan Kelompok
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
PERILAKU INDIVIDU & PERBEDAANNYA..
PEMIKIRAN TOKOH – TOKOH DALAM ILMU SOSIAL
MANAJEMEN PERUBAHAN PERILAKU ORGANISASI.
DIFUSI INOVASI Program Studi Agribisnis UPN ”Veteran” Yogyakarta.
SISTEM SOSIAL INDONESIA
PERILAKU KELOMPOK PERTEMUAN 6.
Gerakan Sosial Politik
GERAKAN SOSIAL DALAM PERUBAHAN SOSIAL (bagian II)
Komunikasi dan Manajemen Konflik
Pendekatan Sosiologis Tentang Ekonomi :
GERAKAN SOSIAL DALAM PERUBAHAN SOSIAL (bagian I)
Persepsi Interpersonal dan Atribusi
MENGELOLA PERUBAHAN ORGANISASI DAN INOVASI
PERKEMBANGAN PENDEKATAN PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL
Isu Etika dan Sosial dalam Perusahaan Digital
PERILAKU KOLEKTIF DALAM OLAHRAGA
GERAKAN SOSIAL Dr. Bob Alfiandi
BUDAYA POLITIK DI I N D O N E S I A
PENGINTEGRASIAN Oleh: Raswan Udjang
Tiga Model Praktek Pengorganisasian Masyarakat (Rothman & Tropman )
Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Politik
Struktur sosial masyarakat
SMP Kelas 3 Semester 1 BAB V
Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi
“PERILAKU KOLEKTIF DAN GERAKAN SOSIAL”
Nopyandri, SH.LL.M Sutri Destemi Elsi, S.IP, M.IP.
PENGINTEGRASIAN Pengintegrasian adalah kegiatan menyatupadukan keinginan karyawan dan kepentingan perusahaan, agar tercipta kerjasama yang memberikan kepuasan.
The Administration of Development & The Development of Administration
Perubahan Sosial Melalui Gerakan Sosial
KONSUMSI TEKS.
Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Politik
Struktur sosial masyarakat
Kelompok Sosial dan Kehidupan Masyarakat
PERILAKU INDIVIDU & PERBEDAANNYA..
NAMA KELOMPOK 3 : DIMAS ANGGIE LORENZA ( )
PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI
Apakah Organisasi itu ? Organisasi “didefinisikan” sesuai dengan konteks dan perspektif orang yang “mendefinisikannya”. (Henry, 1988 : 71). Victor A Thompson.
Kepribadian Agus Riyanto,M.T Bandung, 2009
MEMIMPIN PERUBAHAN ORGANISASI
Pendalaman Materi Sosiologi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
CUSTOMER MOTIVATION Budi Darmawan ( )
Teori konvergensi new media
GLOBALISASI DAN PERUBAHAN KOMUNITAS LOKAL Materi Sosiologi Kelas XII Bab 2. (Kurikulum Revisi 2016) Bagian 3.
Transcript presentasi:

Perubahan Sosial Melalui Gerakan Sosial http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Dalam buku-buku konvensional tentang gerakan sosial, umumnya lebih banyak menjelaskan aksi-aksi gerakan sosial dengan cara kekerasan (warring movement). Sementara dalam aksi gerakan sosial baru secara damai (new peaceful movement) hal ihwal tentang gerakan-gerakan sosial dengan cara kekerasan nyaris tidak pernah -atau setidaknya sangat jarang- diperhatikan (Tarrow, 1998).

Gerakan sosial dengan kekerasan (warring movement) dinilai sebagai gerakan yang tidak terinstitusionalisasi, dilakukan secara spontan dan emosional sehingga tidak terkontrol. Oleh karena itu, fenomena gerakan sosial dengan kekerasan model ini, menurut Tarrow (1998) tidak cukup hanya dijelaskan dengan model teori-teori gerakan sosial konvensional sebagaimana banyak dikemukakan Scott, Migdal dan Popkin.

Tarrow kemudian menyarankan tentang pentingnya memperhatikan faktor lokalitas. Artinya, meski secara makro boleh jadi ada kesamaan pola gerakan sosial, namun kekhasan lokalitas perlu dipertimbangkan dalam menganalisis fenomena terjadinya gerakan sosial petani. Faktor lokalitas ini, dalam konsep Routledge (1993: xv-xvii) disebut dengan geographical of place. Hasil penelitian Routledge menunjukkan bagaimana geographical of place (di mana gerakan muncul, mengapa terjadi dan bagaimana gerakan dilakukan) merupakan perspektif penting yang perlu diperhatikan dalam memahami agensi gerakan sosial (social movement agency).

Routledge menunjukkan bagaimana elemen-elemen rakyat local (suatu setting dimana interaksi sosial terjadi setiap hari), location (dimana situasi sosial, politik dan ekonomi beroperasi di dalam geographical area, local), dan sense of place (struktur perasaan lokal), local ”structure of feeling” dibentuk oleh dan dalam kehidupan di suatu tempat memperlihatkan konteks dimana struktur sosial dan relasi sosial saling mempengaruhi (intersection) telah mendorong munculnya relasi kekuasaan, dominasi dan resistensi.

Gerakan sosial adalah gerakan suatu organisasi atau kelompok orang yang bermaksud mengadakan perubahan terhadap struktur sosial yang ada. Studi gerakan sosial berkaitan dengan disiplin sosiologi dan psikologi sosial baik dari alasan makro – mikro. (Cook, etlall, 1995). Kaitan erat antara fenomena gerakan sosial dengan psikologi sosial tampak pertama kali dari publikasi Gustave Lebon dengan bukunya berjudul The Crowd. Publikasi buku ini berdampak luas pada maraknya penelitian perilaku kolektif tahun 1950-an.

Menurut Cook, etl all (1995) banyak terbitan psikologi tentang perilaku kolektif dan gerakan sosial dari sudut psikologi sosial seperti Freud dalam buku Group Psychology and the Analysis of the Ego (1921); Allport, dalam buku Social Psychology (1924); Dollard, et.all, dengan buku Frustation and Aggression (1939); Adorno, et. All, dalam buku Millard and the Authoritarian Personality (1950).

Cook (1995) : gerakan sosial mencakup beberapa konsep, yaitu berorientasi perubahan (change oroented goals), tingkat organisasi (some degree of organization), tingkat kontinyuitas yang sifatnya temporal (degree of temproral continuity), dan aksi kolektif di luar lembaga (aksi jalanan) dan di dalam lembaga/lobi politik (some extrainstitutional and institutional). DiRanso (1990) : gerakan sosial ad. perilaku dari sebagian anggota masyarakat untuk mengoreksi kondisi yang banyak menimbulkan masalah atau tidak menentu serta untuk menciptakan kehidupan baru yang lebih baik.

Tock (Kuppuswamy, 1979) : sebagai usaha sejumlah individu yang secara kolektif bertujuan menyelesaikan persoalan yang muncul dalam masyarakat. Searah dengan itu, Blummer, (Allen, et. All, 1980) : gerakan sosial sebagai kegiatan kolektif untuk memunculkan kehidupan yang baru. Gerakan sosial yang dimaksud bukan seperti yang dimaksudkan dengan perilaku kolektif lain seperti crowd, sebab gerakan sosial lebih terstruktur, mempunyai tujuan yang jelas, mampu bertahan lama sebagai fenomena sosial (DiRenzo, 1990; Wiggins, et. All, 1994 dan Cook, et. All, 1995).

Jenis Gerakan Sosial Gerakan sosial, menurut Wiggins (1994) mencakup dua istilah pokok: aksi (action) dan kolektif (collective). Aksi yang dilakukan dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu: Aksi sipil (civil actions) Aksi protes (protest actions) Aksi meng-halangi-halangi (obstruction Actions) Aksi kekerasan (violant actions).

Perilaku kolektif yang dilakukan lebih 1 orang dibedakan menjadi 3 hal (Wiggins, 1994). Organisasi (organizations): gerakan sosial bisa dari organisasi tunggal atau jaringan beberapa organisasi. Organisasi yang bertujuan mengubah disebut organisasi gerakan sosial (social movement organization/SMOs) Kelompok dengan ciri-ciri tertentu (Identity Group_ gerakan sosial lebih didasarkan oleh katagori yang sama atau sejenis, misalnya gerakan wanita/feminist, gerakan homoseksual, gerakan kulit hitam pekerja, dst. Crowd: gerakan sosial dari orang-orang yang berkumpul bersama pada waktu terbatas untuk mempertanyakan/protes atas topik tertentu.

Cara lain mengklasifikasi gerakan sosial, yang berdasarkan tujuan atau cara tertentu yang digunakan, ada 4 tipe gerakan sosial (DeRinzo, 1990): Gerakan Perubahan, yakni perubahan ke bentuk tertentu dari masyarakat, mengoreksi ketidakadilan dalam masyarakat. Gerakan ini terbatas, cenderung bekerja pada suatu sistem dari pada melawan sistem. Termasuk ke dalam gerakan tipe ini adalah gerakan sadar lingkungan, kelompok gay, feminist, dst.

Gerakan revolusioner (Revolutionary Movements), gerakan yang menginginkan adanya perubahan secara radikal pada nilai sosial, institusi dan kegiatan-kegiatan yang cenderung menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuannya. Misalnya revolusi Cina Komunis untuk membentuk RRC 1949, revolusi Kuba 26 Juli 1950, dst.

Gerakan reaksioner (Reactionary Movements), suatu gerakan untuk menghalang-halangi perubahan yang akan terjadi. Ada banyak orang merasa cemas dengan adanya perubahan, perasaan tak menentu, chaos, maka banyak orang menghalang-halangi perubahan dalan menginginkan kembali ke status quo. Gerakan Klu Klux Klan yakni gerakan yang tidak menginginkan adanya persamaan hak antara kulit putih dan kulit hitam, gerakan life to life yang mengingkan adanya pencabutan legalisasi aborsi, dst.

Gerakan Ekspresif (Expressive Movements) gerakan yang lebih ditujukan kepada individu dari pada masyarakat. Berebeda dengan gerakan sosial lain, gerakan ini lebih berorientasi pada perubahan psikologis. Gerakan ini mencarai kepuasan secara emosional dan kesejahteraaan masyarakat yang mengarah pada pengembangan identitas atau gaya hidup yang baru. Misalnya tempat kompensasi perasaan frustasi akibat dari kondisi yang menindas. Individu merubah hubungan atau reaksi pada masyarakat dengan mengadopsi filsafat kehidupan yang baru atau mencari sistem kepercayaan dan nilai-nilai hidupnya. Misalnya gerakan kebebasan gay (Gay liberalization movemovements).

PROSES GERAKAN SOSIAL Ryon (DeRinzo, 1990) terdapat ada 4 tingkatan gerakan sosial: Incipient Stage : adanya tekanan struktur/kondisi tidak memuaskan, tak menyenangkan, tidak teraihnya kebutuhan bisa karena deskriminasi atau pengangguran sehingga menyebabkan kondisi tidak nyaman (malaise), kemudian mengembangkan alienasi; massa menjadi gelisah dan mulai muncul keresahan. Semuanya ini merupakan karakteristik khas dari munculnya gerakan sosial.

Popular Stage: ada proses saling kenal dan ada bagi-bagi perasaan antar anggota masyarakat. Jika kondisi tidak berubah maka dorongan gerakan sosial akan kian menguat. Agitator berperan mendramatisasi situasi sehingga menyebabkan semakin banyaknya peserta gerakan sosial. Dari sini mulai ada klasifikasi persoalan dan tujuan serta memelihara aktifitas berbeda untuk tujuan sama gerakan sosial.

Organizational Stage: klasifikasi tujuan dan mobilisasi aksi Organizational Stage: klasifikasi tujuan dan mobilisasi aksi. Kelompok formal dan organisasi yang lebih kompleks mulai muncul sehingga perilaku mulai terstruktur: peran pimpinan jelas, tokoh formalnya ada, pengembangan tugas mulai terlihat, kebijakan program disusun dan strategi mulai disiapkan.

Institusional Stage: akan terjadi bila gerakan sosial yang sukses diintegrasikan dalam sejumlah struktur sosial dari masyarakat. Organisasi ini menjadi bagian dari organisasi sosial yang permanen dan lembaga yang terstruktur dari masyarakat.

Matulassy, beberapa faktor penyebab Gerakan Sosial. (Tesis, 1990) Dominasi barat dan perubahan yang menyertainya menyebabkan goyahnya tatanan masyarakat tradisional beserta nilai-nilai tradisinya. Kondisi demikian menjadi ladang sumber bagi munculnya gerakan sosial. Gerakan sosial merupakan ledakan ketegangan pertentangan dan permusuhan dalam masyarakat. Sebagai aktifitas kolektif gerakan sosial bertujuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang dicita-citakan dalan setidaknya menolak suatu perubahan yang seringkali dilakukan dengan jalan radikal (Sartono, 1987: 151-152).

Termasuk pembangkangan adalah penipuan, pemalsuan, kebodohan yang dibuat-buat, pembelotan, pencurian kecil-kecilan, penyerangan, pelanggaran, pembakaran rumah dengan sengaja, penyelundupan dan pembunuhan secara diam-diam. Tindakan ini dilakukan sebagai alternatif untuk menentang secara terang-terangan dan atau terlalu riskan untuk mengadakan tantangan terbuka ( Scott, 1989).

Setiap gerakan sosial mempunyai ciri hampir sama yakni kemampuan partisipasinya untuk membangkitkan rasa rela berkorban, kecenderungan bertindak secara kompak, fanatis, kebencian, antusiasme, intoleransi dan kesetiaan tunggal. Peserta gerakan sosial adalah orang-orang yang kecewa dan tidak puas (Eric Hoffer, 1988). Dalam kondisi demikian telah terjadi depriviasi relatif, yaitu ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang dihadapi (Sylvia, 1984).

Dalam buku-buku konvensional tentang gerakan sosial, umumnya lebih banyak menjelaskan aksi-aksi gerakan sosial dengan cara kekerasan (warring movement). Sementara dalam aksi gerakan sosial baru secara damai (new peaceful movement) hal ihwal tentang gerakan-gerakan sosial dengan cara kekerasan nyaris tidak pernah -atau setidaknya sangat jarang- diperhatikan (Tarrow, 1998).

Gerakan sosial dengan kekerasan (warring movement) dinilai sebagai gerakan yang tidak terinstitusionalisasi, dilakukan secara spontan dan emosional sehingga tidak terkontrol. Oleh karena itu, fenomena gerakan sosial dengan kekerasan model ini, menurut Tarrow (1998) tidak cukup hanya dijelaskan dengan model teori-teori gerakan sosial konvensional sebagaimana banyak dikemukakan Scott, Migdal dan Popkin.

Tarrow kemudian menyarankan tentang pentingnya memperhatikan faktor lokalitas. Artinya, meski secara makro boleh jadi ada kesamaan pola gerakan sosial, namun kekhasan lokalitas perlu dipertimbangkan dalam menganalisis fenomena terjadinya gerakan sosial petani. Faktor lokalitas ini, dalam konsep Routledge (1993: xv-xvii) disebut dengan geographical of place.

Dalam bukunya, “Terrains of Resistance, Nonviolent Social Movements and the Contestalion of Place in India” (1993) ia mengatakan: Concerning social movements agency, my contention is that research on contemporary social movements has focused primarly on the gols, organization and succes of particular struggles but has paid insufficient attention to the spesicific sanctions employed by movements and to the cultural milieu in which such struggles occur and are embeded, in language in which the social actors express their discontent.”

Hasil penelitian Routledge menunjukkan bagaimana geographical of place (di mana gerakan muncul, mengapa terjadi dan bagaimana gerakan dilakukan) merupakan perspektif penting yang perlu diperhatikan dalam memahami agensi gerakan sosial (social movement agency).

Routledge menunjukkan bagaimana elemen-elemen rakyat local (suatu setting dimana interaksi sosial terjadi setiap hari), location (dimana situasi sosial, politik dan ekonomi beroperasi di dalam geographical area, local), dan sense of place (struktur perasaan lokal), local ”structure of feeling” dibentuk oleh dan dalam kehidupan di suatu tempat memperlihatkan konteks dimana struktur sosial dan relasi sosial saling mempengaruhi (intersection) telah mendorong munculnya relasi kekuasaan, dominasi dan resistensi.

Terimakasih http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/