Keraton Yogyakarta (Ngayogyakarta) Keraton Yogyakarta yang terletak di tengah Kota Yogyakarta ini memiliki beberapa museum, yaitu Museum Lukisan, Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Museum Kereta, dan Museum Batik. Disamping itu, hampir seluruh bagian keraton digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda budaya bernilai, termasuk replikanya. Di kompleks Pagelaran, diperagakan berbagai pakaian prajurit dan pakaian adat keluarga keraton. Museum ini dibuka untuk umum setiap hari kecuali pada saat ada upacara. Museum buka mulai jam 08.30 hingga 14.00 WIB, kecuali hari Jumat yang buka hingga pukul 13.00 WIB. Selain benda-benda budaya dan arsitektur, pengunjung juga dapat melihat pertunjukan seperti macapat, kerawitan, wayang kulit, serta wayang orang, yang dipentaskan di bangsal Sri Manganti, sekitar pukul 10.00-12.00 WIB. Keraton Yogyakarta merupakan keraton terbesar dari empat istana yang berada di Jawa Tengah dan di sinilah Gubernur DIY, Hamengku Buwono X beserta keluarganya tinggal. Di dalamnya juga terdapat Museum Keraton dan Museum Kereta Keraton yang bisa dikunjungi. Bagian luar terdapat benteng Baluwarti yang mengelilingi keraton dan cepuri di bagian dalamnya. Benteng keraton memiliki 5 gerbang utama yaitu Nirbaya, Jagabaya, Jagasura, Tarunasura, dan Madyasura. Ada yang unik dari kepercayaan masyarakat Jogja yang hingga kini masih mereka yakini kebenarannya, yaitu adanya garis imajiner bermakna filosofis simbolis yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak, dan Laut Selatan. Secara simbolis garis ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia serta manusia dengan alam. Koleksi Museum Kereta Keraton Ngayogyakarta Museum Kereta Keraton Ngayogyakarta berada di Jalan Rotowijayan sebelah barat dari keraton. Koleksi kereta keraton berjumlah 18 buah. Memasuki museum, sudah tampak beberapa koleksi kereta keraton. Kereta-kereta tersebut kondisinya masih terawat dengan baik karena beberapa koleksi masih digunakan dalam berbagai upacara keraton seperti Grebeg dan perkawinan putra-putri Sultan. Kereta-kereta Keraton Yogyakarta yang hampir berusia lebih dari 100 tahun ini, berdasarkan bentuknya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: Kereta terbuka beroda dua (misalnya Kapolitin). Kereta terbuka beroda empat (misalnya Kyai Jongwiyat, Landower, Landower Wisman, Landower Surabaya, Kyai Manik Retno, Kyai Jetayu, Bedoyo Permili). Kereta tertutup beroda empat (misalnya Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa, Kyai Wimanaputra, Kyai Harsunaba, Kyai Kuthakaharjo, Kyai Puspoko Manik, Kyai Kus Gading). Kereta-kereta tersebut kemudian dianggap pusaka dan diberi nama seperti pusaka-pusaka keraton lainnya. Selain itu kereta tersebut rutin diberi sesaji setiap jumat dan selasa kliwon. Nama-nama kereta tersebut adalah: Nyai Jimat Kyai Garudayaksa Kyai Jaladara Kyai Ratapralaya Kyai Jetayu Kyai Wimanaputra Kyai Jongwiyat Kyai Harsunaba Bedaya Permili Kyai Manik Retno Kyai Kuthakaharjo Kyai Kapolitin Kyai Kus Gading Landower Landower Surabaya Landower Wisman Kyai Puspoko Manik Kyai Mondrojuwolo Kereta Jenazah Kyai Ratapralaya Pada sebuah ruangan di Keraton Yogyakarta terdapat beberapa kereta salah satunya berfungsi sebagai kereta jenazah. Kereta jenazah tersebut bernama Kereta Kyai Ratapralaya. Di tengah-tengah museum terdapat replika kuda putih yang digunakan untuk menarik kereta. Memasuki ruangan lain terdapat 4 buah kereta. Di sinilah terdapat kereta tertua dan termewah. Kereta tertua bernama Kereta Kanjeng Nyai Jimad dan kereta termuda bernama Kereta Kyai Mondrojuwolo. Kereta Kanjeng Nyai Jimad (kiri) dan kereta termuda bernama Kereta Kyai Mondrojuwolo (kanan) Terdapat dua pendapat mengenai asal-usul Kereta Nyai Jimad: 1. Berasal dari Belanda Kereta tersebut merupakan hadiah dari Gubernur Jendral Jacob Mossel (1750-1761). Hadiah tersebut diberikan kepada Sultan Hamengku Buwono I dan digunakan sampai dengan Sultan Hamengku Buwono III. 2. Berasal dari Inggris Kereta tersebut merupakan hadiah dari pemerintah Inggris (1811-1816) kepada Sultan Hamengku Buwono III. Kereta tersebut digunakan sampai dengan masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V. Setiap tahun pada bulan Suro diadakan jamasan kereta keraton. Khususnya pada Kereta Kanjeng Nyai Jimat dan Kereta Garudayaksa, konon air bilasan kereta tersebut membawa berkah. Sebelum pintu keluar terdapat Kereta Landower, Kereta Landower Surabaya, dan Kereta Landower Wisman. Kereta tersebut merupakan kereta-kereta yang dibuat oleh orang Belanda. Kereta ini digunakan oleh para kerabat dekat Sultan untuk mengawal Sultan.