Kenali dan Waspadai Demam Berdarah Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. DBD merupakan bentuk yang lebih parah dari Demam Dengue karena perdarahan dan shock terkadang dapat terjadi yang dapat berakibat fatal, yakni kematian. Secara umum, penyakit Demam Dengue dan DBD memiliki ciri: Demam Dengue atau Dangue Fever (DF) memiliki tanda dan gejala awal berupa panas yang berlangsung antara 4 - 7 hari setelah gigitan nyamuk pembawa virus tersebut disertai dengan gejala-gejala berikutnya yang meliputi: Panas tinggi hingga >38ºC Nyeri kepala dan nyeri diretro-orbital (belakang mata) Nyeri pada otot dan sendi Rasa mual dan muntah, tidak nafsu makan Adanya gangguan pencernaan (konstipasi atau diare) Nyeri perut Adanya rash (tanda kemerahan) pada kulit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) memiliki tanda dan gejala yang sama dengan demam dangue dan ditambah gejala-gejala: Adanya manifestasi perdarahan spontan, seperti bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang jika ditekan (utamanya di daerah siku, pergelangan tangan dan kaki), uji tourniquet positif, mimisan, perdarahan gusi, perdarahan yang sulit dihentikan jika disuntik atau terluka Adanya pembesaran organ hepar (hati) dan limpa Adanya trombositopenia, yaitu jumlah trombosit < 100.000/mm³ (normalnya 150-450 ribu/mm³) Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan nilai hematokrit (Hct) yang meningkat atau menurun 20% atau lebih dari nilai normalnya, adanya efusi pleura (cairan dalam paru) dan ascites (penumpukan cairan dalam rongga perut). Bentuk paling berat dari infeksi virus ini adalah Dengue Shock Syndrome (DSS) gejalanya meliputi: Adanya penurunan kesadaran Tekanan darah sangat rendah Nadi cepat dan lemah Tangan dan kaki pucat dan dingin Untuk memudahkan dalam menentukan diagnosis dan mencegah terjadinya overdiagnosis, maka WHO membagi menjadi 4 derajat manifestasi klinis, yaitu: DBD derajat I: tanda-tanda infeksi virus, dengan menifestasi perdarahan yang tampak hanya dengan Uji Torniquet positif. DBD derajat II: tanda infeksi virus dengan manifestasi perdarahan spontan (mimisan, bintik-bintik merah). DBD derajat III: disebut juga fase pre-shock, dengan tanda DHF grade II namun penderita mulai mengalami tanda shock; kesadaran menurun, tangan dan kaki dingin, nadi teraba cepat dan lemah, tekanan nadi masih terukur. DBD derajat IV: atau fase shock (disebut juga dengue shock syndrome/DSS), penderita shock dalam dengan kesadaran sangat menurun hingga koma, tangan dan kaki dingin dan pucat, nadi sangat lemah sampai tidak teraba, tekanan nadi tidak dapat terukur. Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk penyakit demam berdarah, yang ada baru peredanya. Menurut Dr. Handrawan Nadesul, seorang dokter umum dan kolumnis kesehatan, virus dengue, merupakan virus jenis RNA (Ribonucleic Acid). Artinya, virus tersebut memiliki sifat cepat berubah. Sehingga dimungkinkan untuk bermutasi. Tetapi, untuk memastikannya, tentu saja hal itu butuh penelitian. Namun, tidak dipungkiri kenyataan yang ada bahwa awalnya penyakit ini jarang terjadi, lalu menjadi siklus lima tahunan. Belakangan, malah berkembang menjadi penyakit yang dapat terjadi sepanjang tahun. Tak hanya itu, saat ini siapa pun memiliki risiko yang sama terkena virusnya, tanpa mengindahkan usia, maupun kelas ekonomi. Perawatan untuk penderita yang diberikan hanya berupa penanganan secara simtomatik saja berupa perbaikan keadaan umum penderitanya dan menjaga jangan sampai dehidrasi (kekurangan cairan). Perawatannya bisa dilakukan di rumah apabila penderita masih bisa makan dan minum sendiri dan tidak ada mual atau muntah yang berat (DBD derajat I-II). Perawatan dapat dilakukan dengan memberikan kompres hangat, obat turun panas, pereda nyeri dan antimuntah bila perlu. Apabila kondisi penderita tidak membaik atau apabila ada tanda-tanda shock (DBD derajat III-IV) segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. DBD umumnya akan mengalami penyembuhan setelah 7-8 hari, jika tidak ada infeksi sekunder dan dasar pertahanan tubuh penderitanya memang baik. Tanda penyembuhan antara lain meliputi demam yang turun perlahan, nafsu makan dan minum yang membaik, lemas yang berkurang dan tubuh terasa segar kembali. Pasien DBD berbadan gemuk akan lebih berat menderita dibandingkan pasien yang tidak gemuk. Sebab, total body water pada orang gemuk jauh lebih sedikit dibanding orang normal. Risiko DBD bukan terletak hanya pada menurunnya trombosit, tapi kekurangan cairan pada tubuh pasien bisa berakibat fatal pada kematian. Selama sakit, penderita diberikan: pengganti cairan tubuh, minum sebanyak 1,5-2 liter (bisa susu, sari buah, air kelapa, teh, dll) dalam 24 jam, dan gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit), kalau perlu 1 sendok makan setiap 3-5 menit. Pasien DBD mengalami kekurangan cairan pada tubuhnya. Sementara pasien muntaber terjadi pengeluaran cairan lewat mulut karena muntah dan buang air besar sehingga terjadi dehidrasi. Sedangkan pasien DBD, dehidrasi juga dialami melalui cairan pembuluh darah. Dehidrasi ini terjadi di dalam tubuh. Banyak kasus kematian DBD diakibatkan keterlambatan penanganan. Biasanya, bila demam, hal pertama yang dilakukan orangtua adalah memberi obat penurun panas yang dijual bebas di pasaran sebagai pertolongan pertama. Padahal, virus dengue memiliki efek kontra indikasi terhadap sejumlah zat. Diantaranya, asetilsalisilat (ASA), maupun obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) seperti ibuprofen yang kerap terkandung pada sejumlah obat pereda demam. Ibuprofen tidak dianjurkan karena dapat menurunkan trombosit dan menyebabkan pendarahan organ dalam. Sedangkan obat yang mengandung ASA tidak dianjurkan, diduga berkaitan dengan sindroma Reye (penyakit yang biasanya menyerang otak dan liver). Oleh karena itu, pada hari pertama saat anak menderita demam tinggi, biasanya antara 38-40 derajat, sebaiknya hati-hati dalam memberikan obat pereda panas. Apalagi, bila menampakkan gejala demam berdarah. Untuk amannya, lebih baik memberikan paracetamol dan kompreslah dengan air dingin (tidak perlu memakai es batu).