KEGAWATAN SISTEM PERSARAFAN 1. Spinal Cord Injuri. 2

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Space Occupying Lession
Advertisements

Asuhan Keperawatan dengan Cedra Kepala
FIRST AID “Pertolongan Pertama Selamatkan Jiwa” Anchi PP KSR Dasar
Hipertensi (Darah Tinggi)
Bab 9 Masalah bedah umum.
Ns. Sitti Nurchadidjah S.Kep
ENCEPHALITIS.
Dr.Galuh Ramaningrum,Sp.A SMF Anak RS.Tugurejo
DOSEN PEMBIMBING : Ns.HANI RUH DWI, S.Kep
KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN GLOMERULUSNEFROTIK KRONIK
Kelompok 8 Idham Ilhami Gumilar Rani Sri Yulianti Regina Bilqis
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI
LUKA BAKAR.
STROKE Ns. Janny Erika, S.Kep.
PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK DIARE
KELOMPOK 9 KEPERAWATAN GERONTIK.
NURSING MANAGEMENT of HIDROCHEPALUS
Askep gangguan system kardiovaskuler Ns. Yani Sofiani, M. Kep., SpMB
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA
i. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TIK MENINGGI
SELAMAT DATANG PMI DAERAH MAKASAR.
Riwanti Estiasari, Darma Imran
Penyakit Darah Rendah (Hipotensi)
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
Pengkajian Sistem Persarafan
Ninis Indriani,M.Kep., Ns.Sp.Kep.An
Ada 2 jenis cegukan, yaitu :
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOCARDIUM
ASKEP ANAK DENGAN FEBRIS KONVULSI
KEJANG DEMAM Rahma Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNTAD
PRISKILA APRILIA HAMBER
Pengendalian Gerakan Manusia oleh Sistem Saraf
PENYAKIT HIPOKALEMIA.
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG AREA BEDAH Tintin Sukartini, SKp, M.Kes, Dr. Kep.
Sindrom Guillain–Barré
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TRAUMA MEDULA SPINALIS
ASKEP EFUSI PLEURA KELOMPOK 7. ANALISA DATA NO.DATAMASALAH 1. DS : Klien mengatakan sesak DO : Klien terlihat kelelahan, RR=35x permenit, terdapat cuping.
TRAUMA KEPALA Kelompok 4 Chiquita Silalahi, Malkhi Lintang, Marini Wahani, Rendy Woran, Vivi Sangkota.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
ASSALAMMU’ALAIKUM WR. WB
TRAUMA KEPALA.
OLEH : WITRI HASTUTI, S.Kep, Ns STIKES KARYA HUSADA SEMARANG 2008
Disusun oleh: NOPIA NUR HAYATI
ANESTESI pada trauma medulla spinalis
PELATIHAN RUTIN IV SYOK HIPOVOLEMIK & SINKOP
PENILAIAN PENDERITA.
Terapi Modalitas Sistem Pernafasan
SISTEM PERSYARAFAN Suwheni Setyowati ( )
Trauma Toraks Lilis Fazriah Putri Ufairah Supervisor: Dr. Yopie Afriandi, Sp.BTKV.
BANTUAN DASAR PADA KASUS NON TRAUMA
TRAUMA ABDOMEN.
CEDERA SISTEM OTOT RANGKA
GANGGUAN KESADARAN (PERUBAHAN STATUS MENTAL)
Anggota : 1. Muhammad Ikzan 2. L. M. Riswandi 3. Hasrianti 4. Reski Rahayu 5. Reski Wahyuni.
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )
CEREVASKULER ATTACK (CVA)
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah nyeri Ahmad Zaini Arif. S.Kep., Ns.
Stroke Fira Azkiya ( ) Nur Rohmawati ( ) Qurrota Aini ( )
TEKANAN DARAH TINGGI OLEH : MAHASISWA PRAKTIK PROFESI NERS STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN 2016.
BY : FITRIA OKTARINA.  suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier,1989).  kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri.
Trauma Kepala Nikmatullah Ridha. Definisi Cedera kepala merupakan cedera kepala yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak (Morton, 2012).
MODUL 2 Sistem Saraf Perifer dan Otonom Skenario 2 : Kaki Kananku Dokter sedang memeriksa seorang laki-laki yang dibawa kerumah sakit karena terjatuh dari.
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
Transcript presentasi:

KEGAWATAN SISTEM PERSARAFAN 1. Spinal Cord Injuri. 2 KEGAWATAN SISTEM PERSARAFAN 1. Spinal Cord Injuri. 2. Peningkatan tekanan intra cranial (TIK). 3. Kejang.

SPINAL CORD INJURY (SCI) Ns. ARLANSYA, S. Kep

Spinal Cord Merupakan jaringan saraf berbentuk silinder yang berada dirongga spinal yaitu dari kepala sampai ke T 12. LI sampai S 5 adalah cauda equina merupakan akar saraf. Terdiri dari milyaran serabut saraf untuk mengirimkan informasi sensasi ke otak dan menggerakkan anggota gerak yang terkena. Saraf servical memberika pergerakan dan rasa pada lengan , leher dan bagian atas tubuh. Saraf toracal mensyarafi otot bagian tubuh dan abdomen Lumbal dan sakrum mensarafi otot kaki , bladder, bawel dan sexual organ.

Anatomi tulang belakang 7 : Ruas vertebra servical 12 : Ruas vertebra toracal 5 : Ruas vertebra lumbal 5 : Ruas sakral yang telah menyatu disebut sacrum 4 : Ruas tulang ekor yang telah menyatu disebut xocygius

Myotome C3,4 dan 5 mensarafi otot otot diapragma C5 mensarafi otot shoulder dan fleksi elbow C6 mensarafi fleksi wrist C7 Extensi elbow C8 fleksi jari T1 merentangkan jari T1-T 12 mensyarafi dinding dada dan otot abdomen L2 Fleksi HIP L3 Knee ekstensi L4 Otot betis L5 Mengerakkan jempol kaki S1 Plantar fleksi S2,3,4 dan 5 mensarafi bladder , bowel dan organ sex dan otot pelvic.

Penyebab 1. Kecelakaan motor (48%), 2.1 juta setahun 2. Jatuh (21%). 3. Trauma tajam (15%) 4. Cedera olah raga (14%).

Dermatome

TRAUMA VERTEBRA Trauma yang terjadi pada tulang belakang dari C1-S5 DEFINISI Trauma yang terjadi pada tulang belakang dari C1-S5 ETIOLOGI KECELAKAAN: trauma vertebra lebih dominan pada pria usia muda yang diakibatkan oleh kecelakaan

Spine Cedera cervical 2.4% trauma tumpul pasien mengalami setidaknya cedera juga pada TB. Kira 20.000 cedera MS setahun di US. Hampir 1,25 juta dollar US untuk merawat cedera MS permanen

CEDERA DASH BOARD 11

DESELERASI CEPAT VERTIKAL 13

CEDERA YANG SERING TERJADI PADA BENTURAN SAMPING

CEDERA AKIBAT TABRAKAN DARI BELAKANG Peningkatan kecepatan yang tiba-tiba  gerakan kebelakang  hiperekstensi tulang leher  terjadi deselerasi cepat kedepan jika kendaraan tiba-tiba menabrak atau berhenti Harus dicatat kerusakan bagian depan dan belakang kendaraan juga bagian dalam dan posisi headreast

PEJALAN KAKI VS KENDARAAN

17

PATOFISIOLOGI Hemorrhage Kontusio/robekan Sirkulasi darah ke subst. Grisea terganggu Hipoksia,edema,lesi hemorragi Iskemia Nekrotik Kerusakan mielin dan akson Menembus ke ekstradural,subdural Serabut saraf mulai Membengkak

19

Gangguan neurologi sesuai lesi

Gambaran Klinis 1. Syok spinal : tidak adanya aktivitas refleks 2. Hilang fungsi motorik sebagian / parsial : melawan gravitasi, tahanan 3. Hilang fungsi sensorik sebagian/total : suhu,sentuhan nyeri. 4. Pada awalnya HR meningkat . . .> Bradikardi, TD meningkat. . .> hypotensi 5. Nyeri akut dipunggung atau leher menjalar disepanjang saraf

Lanjut. 6. Refleks tendon dan aktivitas refleks perianal abnormal 7 Lanjut. . . 6. Refleks tendon dan aktivitas refleks perianal abnormal 7. Hilangnya keringat dan tonus vagomotor 8. Retensi sekresi paru,penurunan pungsipungsi,penurunan O2, peningkatan Pa CO2 (gagal napas ,edema pulmonal) 9. Inkontinensia urine, retensi urine, distensi kandung kemih 10. Ileus paralitik (konstipasi) 11. Hilangnya kontrol suhu (hipertermia)

Tes Diagnostik Foto : servikal, torakal, lumbal, sakral CT Scan, MRI Melograf

Penanganan : 1. Nilai fungsi motorik dan sensorik 2. Nilai status neurologis : tingkat kesadaran 3. Nilai adanya cedera kepala tertutup 4. Nilai status pernapasan : beri 02, AGD, oksimetri 02,ventilator mekanik. 5. Lakukan suction dengan hati-hati (stimulus saraf vagus. .> bradikardi. . > henti jantung) 6. Siapkan kateterisasi kandung kemih

Lanjut. 7. Siapkan pemasangan NGT 8 Lanjut. . . 7. Siapkan pemasangan NGT 8. Lakukan protokol perawatan kulit 10. Cegah terjadinya infeksi 11. Berikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga. 12. Lakukan persiapan pembedahan bila ada indikasi operasi

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas pasien dan keluarga 2. Pemeriksan fisik : - System pernafasan : pola,suara napas. - System neurologis : nyeri, pupil, lemah - System kardiovasculer : hipo/hipertensi - Syestem musculoskletal : hemiparise, luka - System perkemihan : inkont, retensi urin.

B. Diagnosa keperawatan: 1. Tidak efektif bersihan jalan nafas 2 B. Diagnosa keperawatan: 1. Tidak efektif bersihan jalan nafas 2. Nyeri 3. Gangguan mobilisasi fisik 4. Gangguan integritas kulit 5. Kurang perawatan diri 6. Cemas pasien dan keluarga 7. Resiko kurang volume cairan 8. Resiko infeksi

TERIMA KASIH

PENINGKATAN TEKANAN INTRA KRANIAl ( TIK ) Pengertian : Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) intracranial pressure (ICP) merupakan peningkatan tekanan pada otak di dalam kranium atau tengkorak yang disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan serebrospinal. ICP Normal: 1 – 15 mm Hg. NS. ARLANSYA, S.Kep

Pendahuluan Ruang kranial merupakan struktur yang kaku dengan total volume yang tetap : Otak (80%), Darah (12%), Cairan sereborspinal/ lCS (8%) = sangat konstan. Tengkorak dan kanalis vetebralis membentuk perlindungan yang kuat terhadap : otak, medulla spinalis, cairan serebrospinalis dan darah ( Hukum Monro Kellie ).

Lanjut. . . Penambahan volume hanya dapat terjadi bila terdapat penekanan/kompresi pada kompartemen lain. Satu-satunya bagian yang dapat mengimbangi (buffer capacity). . .> kompresi sinus venosus, sehingga terjadi perpindahan LCS kearah aksis lombosakral. Bila sudah maksimal cendrung terjadi peningkatan volume pada kompartemen sehingga terjadi peningkatan TIK.

PATOFISIOLOGI Faktor risiko volume cairan serebrospinal meningkat peningkatan TIK perfusi jaringan serebral menurun peningkatan edema otak pergeseran jaringan otak pada duramater herniasi kematian. Peningkatan TIK dapat juga menyebabkan iskemia/infark jaringan otak dan kematian otak. Herniasi menyebabkan penurunan jaringan otakdari area bertekanan tinggi menuju area yang bertekanan rendah batang otak koma/kematian.

FAKTOR PENYEBAB 1. Gangguan pada Crebro sfinalis (CSF) a. Perubahan absorpsi : miningitis,obstuksi csf b. Perubahan produksi : gangguan pleksius koroid hidrosefalus kronik 2. Gangguan Cerebrovaskuler a. trombosis, emboli, anerisma,hemoragik, hematom, tumor pada otak sentral. b. ganguan perifer yang menyebabkan ketidak seimbangan status cerebrovaskuler : CHP, kompresi vena jugularis interna, overload cairan

Lanjutan. . . 3. Keadan yang mempengaruhi parenkim otak : trauma kepala, perdarahan subarachnoid, hidrosefalus, edema cerebri, hipoksia, tumor cerebri, abses toksik ensefalopati. KOMPLIKASI : 1. Penurunan kesadaran, kematian 2. Herniasi batang otak, anoksia otak 3. Kejang umum/ fokal 4. Syndrome of inappropriate antidiuritik hormon (SIADH) okal

MANIFESTASI KLINIS 1. Trias TIK : (nyeri kepala, muntah proyektil, papel edema), penurunan kesadaran, gelisah, iritabel. 2. Penurunan fungsi neurologis : perubahan bicara, reaksi pupil, sensori motorik, mual- muntah, pandangan kabur. 3. Triad cusing : indikasi herniasi otak (tekanan darah sistolik meningkat, nadi meningkat, nafas ireguler).

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksan elektrolit (kalium, natrium, klorida) Angiografi serebral,CT scan, MRI Pemeriksan Doppler transkranial Hindari pungsi lumbal : menyebabkan herniasi otak Alat pemantau TIK Observasi : tingkat kesadaran, reaksi pupil, fungsi sensori-motorik, kelainan saraf cranial.

PENATALAKSANAN Pertahankan jalan napas, hati-hati melakukan suction. Posisi kepala dipertahankan 30 – 60 “ Hindari rotasi dan fleksi leher, panggul yang ekstrem. Nilai status neurologis dan mental, GCS, pupil, fungsi motor dan sinsorik Nilai tanda- tanda meningeal ( sakit kepala,rigiditas nukal/leher, fobia cahaya)

Lanjut. . . Pantau tanda- tanda vital, kontrol demam, ICP Berikan diuritik osmotik/manitol, furosemide/lasik, batasi cairan bila perlu. Berikan sedasi I.V secara hati-hati. Hati-hati terhadap kejang/beri antikonvulsan bila diperlukan. Pantau AGD dan oksigenasi. Ventilasi mekanik sesuai hasil AGD. Pembedahan craniotomi untuk drainase LCS. Perawatan ICU.

ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian : 1. Pemeriksan GCS. 2. Tingkat kesadaran. 3. Respon pupil. 4. Gerakan mata. 5. Tanda- tanda vital. 6. Pemeriksan syarap kranial ( refleks, otot wajah).

Diagnosa keperawatan : 1. Ganguan perfusi jaringan cerebral. 2. Gangguan mobilitas fisik. 3. Gangguan komunikasi verbal. 4. Gangguan persepsi sensori. 5. Kurang perawatan diri. 6. Kurang pengetahuan.

TERIMA KASIH

GANGGUAN KEJANG Pendahuluan Dalam buku kedokteran moderen ada dua terminologi yang terkait sebagai kejang, dikenal sebagai : Seizures : merujuk pada temuan- temuan fisik yang terjadi pasca aktivitas kelistrikan yang abnormal pada otak. Convolsion : keadan ketika tubuh bergetar secara cepat dan tidak terkontrol, terbentuk dari otot- otot yang berkontraksi dan relaksasi bergilir dengan cepatnya. Ns. ARLANSYA, S. Kep

Lanjut. . . Di Indonesia digunakan sebagai terminologi yang umum untuk kedua hal tersebut, selain itu dikenal juga sebagai Step/stuip dibeberapa daerah ( kerasukan ). Kadang sulit mengetahui seseorang mengalami kejang, beberapa mungkin hanya mengalami “ Staring Spells” : tatapan kosong, pingsan, gerakan tubuh/ bola mata tidak wajar sehingga sering disebut atypical absence tampak tidak ada tanda- tanda, hal ini membuat kejang sering lewat tanpa disadari.

Pengertian : Gangguan kejang merupakan pelepasan listrik dari neuron- neuron yang terjadi secara sementara, abnormal, tiba- tiba, berlebihan dan tidak terkontrol di korteks serebri. Status epileptikus(SE), yang berarti aktivitas kejang yang terus- menerus, merupakan kedaruratan medis.

Beberapa faktor risiko terjadinya kejang : 1. Epilepsi. 2. Penyalahgunaan obat atau alkohol. 3. Toksisitas obat (aminophylline), reaksi alergi. 4. Cedera kepala, trauma, CVA, hipertensi 5. Infeksi, tumor SSP. 6. Sakit kepala, demam (anak) 7. Hipoksia 8. Ganguan metabolik akut (hipoglikemi, hiponatremia, hipokalemia, gagal ginjal). 9. Eklamsia pada ibu hamil.

Gejala sepesifik yang muncul, umumnya tergantung bagian otak yang terkena 1. Hilang kesadaran diikuti priode kebingungan (tidak dapat mengingat kejadiantertentu). 2. Perubahan tingkah laku. 3. Berliur/berbusa di mulut. 4. Mendengkur/mendengus. 5. Kehilangan kontrol BAK/BAB. 6. Perubahan gairah: mendadak marah, takut,panik, tertawa.

Lanjut. . . 7. Gangguan gerakan bola mata. 8. Bergetar seluruh tubuh. 9. Tiba-tiba terjatuh. 10. Menggertakan Geligi. 11. Napas tertahan sementara. 12. Kejang otot tidak terkontrol/menghentakan anggota badan. Hal- hal tersebut akan berhenti dalam beberapa detik, menit, kadang-kadang sampai 15 “.

Komplikasi Edema pulmonal. Aspirasi pulmonal. Disritmia jantung. Hiper/hipo tensi. Hipoksia. Dehidrasi. Mioglobinuria. Cedera oral ataumuskuloskeletal.

Tes Diagnostik EEG (Elektroensefalogram). CT Scan kepala , MRI. Elektrolit, urium creatinin, kalsium, magnisium, Gula darah. EKG (aritmia jantung). AGD atau oksimetri nadi. Test alergi obat dalam darah.

Perawatan di Rumah 1. Prioritas utama mencegah terluka dan cedera. 2. Untuk mencegah jatuh letakan pada tempat yang datar, jauhkan dari benda tajam. 3. Beri bantalan pada kepala 4. Longgarkan pakaian yang ketat, terutama dileher. 5. Rebahkan penderita kesalah satu sisi tubuhnya untuk menghindari aspirasi. 6. Dampingi penderita sampai sadar, bantuan medis datang. 7. Sebaiknya pada penderita kejang diberikan gelang penanda medis.

Kapan menghubungi petugas medis 1. Penderita mengalami kejang untuk pertama kali. 2. Kejang bertahan 2 - 5 menit. 3. Penderita tidak sadar, prilaku tidak normal kembali pasca kejang. 4. Kejang berulang kembali setelah kejang awal berhenti. 5. Penderita kejang didalam air. 6. Penderita sedang hamil, menderita luka. 7. Penderita tidak memiliki pengenal medis. 8. Mengalami kejang yang berbeda dari kejang yang biasa dialaminya.

Pencegahan 1. Minum obat sesuai anjuran dokter. 2. Libatkan anggota keluarga dalam pengawasan. 3. Istirahat, tidur yang cukup. 4. Hindari stress. 5. Olah raga teratur. 6. Makan makanan dengan gizi seimbang. 7. Hindari minum alkohol, obat- obat terlarang. 8. Gunakan helm standar saat berkendaran motor. 9. Berikan obat antikonvulsan (valium,dilantin,luminal, ativan,propofol, medazolam). 10. Hindari faktor pencetus. 11. Observasi jalan napas, berikan O2.

Masalah keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas pasien dan keluarga. b. Pemeriksan fisik. - System pernapasan : pola napas,suara napas - System neurologis : kaku, trimor - System kardiovasculer : bradikardi, hipotensi - System musculosekletal : praktur, luka - System pencernaan : mual, muntah,BAB - System perkemihan : inkontensia urine

Diagnosa Keperawatan 1. Tidak efektip bersihan jalan napas 2. Gangguan perfusi jaringan cerebral 3. Penurunan curah jantung 4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit 5. Gangguan integritas kulit 6. Resiko injuri 7. Resiko infeksi

TERIMA KASIH