Guru sebagai Pemimpin? Kepemimpinan sebagai Tindakan Pedagogis Dr. F. Budi Hardiman Universitas Pelita Harapan
Program 1. “Guru” sebagai Profesi dan sebagai “Form of Life” 2. Memimpin adalah Bertindak 3. Tindakan Pedagogis 4. Poverty of Teaching 5. Diskusi
Banyak Guru Menganggap Dirinya Hanya Karyawan Dan Bukan Pemimpin
Guru sebagai Profesi Sekolah-sekolah kita adalah subsistem-subsistem masyarakat modern yang tunduk di bawah “logika modal” dan “logika birokrasi” modern yang berorientasi pada “kalkulasi efisiensi”. Sebagai profesi, “guru” kehilangan makna holistisnya dan berubah menjadi “fungsi” bagi subsistem tsb. Guru menjadi tunduk pada “logika birokrasi” dan asas efisiensi. Padahal pendidikan adalah suatu “proses menjadi manusia” yang mencakup baik siswa maupun guru itu sendiri.
Dulu:…sebagai “Form of Life” Bidang-bidang yang dulu masih bebas dari logika kapitalisme: agama, seni, pendidikan, kesehatan, dewasa ini sudah terintegrasi dalam “logika pasar”. Yang dilupakan: Pendidikan itu bukan “job” belaka, melainkan “form of life”, yaitu: seperti seni dan agama, mengekspresikan hidup guru secara holistis (non-fragmentaris), tidak sekedar fungsional, melainkan juga transformasional dan inspriratif.
Form of Life – Apa itu? Berbeda dari profesi yang terfokus pada nilai fungsional, “form of life” bersinggungan dengan kemajemukan nilai. “Form of life” berkaitan dengan “Virtue”, “Wisdom”, “Character” dan “moral insight”. Cirinya: Sering non-pragmatis dan terkait dengan makna hidup.
Makna hidup Dalam kesibukan profesinya guru mungkin lebih sering bertanya tentang “survival”nya daripada tentang makna “survival”nya itu. Seberapa sering guru merenungkan makna hidupnya sebagai orang yang membawa “insights” kepada orang-orang muda? Pergumulan mencari makna hidup akan membantu guru untuk melihat bahwa kegiatannya “lebih daripada” sekedar profesi.
Macam-macam Tindakan Guru dalam kelas melakukan macam-macam tipe tindakan: 1. Tindakan strategis (mengejar efisiensi dan efek) 2. Tindakan komunikatif (mencapai saling pemahaman dengan siswa; partisipatif) 3. Tindakan emansipatoris (memberi “insight” dan visi kepada siswa)
Yang Hilang dalam Birokratisasi Pendidikan Birokratisasi pendidikan = rekayasa desain kurikulum dan teknologi pembelajaran – dikontrol untuk efisiensi Birokratisasi = dominasi tindakan strategis dan eliminasi tindakan komunikatif dan emansipatoris Yang hilang: Peran guru sebagai pemberi “insights” dan “Visions”. Rutinisasi pembelajaran menanduskan inspirasi dan me-mekaniskan prilaku.
Tindakan Pedagogis Tindakan pedagogis dapat dilihat sebagai bentuk tindakan khas dalam proses pembelajaran yang dapat dibedakan dari tipe-tipe tindakan lainnya. Tindakan pedagogis tak dapat direduksi pada tindakan strategis murni ataupun tindakan birokratis.
Dimensi-dimensi Tindakan Pedagogis Tindakan pedagogis adalah salah satu jenis tindakan emansipatoris dengan dimensi-dimensi: 1. Mengandung nilai tertentu yang dengan sadar diwujudkan (aksiologis) 2. Membentuk visi lewat inspirasi (visioner) 3. Mengandung “insights” (inspiratif) 4. Mengubah (transformasional)
Dialog Emansipatoris Kegiatan mengajar dapat dilihat sebagai model “dialog-dialog emansipatoris” antara guru dan siswa. Guru tidak hanya meneruskan informasi, melainkan juga memotivasi dan membuka perspektif siswa untuk mengubah cara pandang mereka.
Ekspresi Simbolis Tindakan pedagogis dalam kelas sarat dengan makna simbolis, meski tindakan itu bisa saja bersifat spontan. Tindakan pedagogis tak boleh dilepaskan dari “form of life” guru itu sendiri; ia adalah ekspresi nilai itu sendiri.
Tindakan Pedagogis dan Kepemimpinan Kepemimpinan guru banyak berkaitan dengan tindakan pedagogis sebagai “form of life”. Memimpin secara pedagogis berarti: memotivasi, memberi “insights”, membuka “visi, membantu proses menjadi manusia dewasa.
Dan Tindakan Strategis? Tindakan pedagogis dapat menyertakan tindakan strategis hanya jika tindakan strategis itu tidak semata-mata diorientasikan pada logika efiensi belaka, melainkan juga dimaksudkan untuk mencapai perwujudan nilai tertentu. Misalnya, strategi pembelajaran dan kurikulum nilai.
Mengajar = Memimpin Dulu “mengajar” bukan sekedar “penerusan informasi”, melainkan juga “pemberian ‘insights’” dan “pembentukan visi”. Mengajar identik dengan memimpin, karena murid itu pengikut. “Mengajar” adalah kegiatan penuh kedaulatan dan tanggungjawab untuk mengubah manusia. Guru dianggap sebagai sumber moral dan perubahan itu.
Poverty of Teaching Dewasa ini “mengajar” kerap dibatasi sebagai fungsi penerusan informasi. Sumber informasi bukan guru, melainkan “sistem”. Guru hanyalah elemen kecil dalam sistem yang bekerja rutin itu. Jika mekanisme terganggu, guru dapat diganti. “Poverty of teaching” adalah reduksi tindakan pedagogis pada tindakan strategis belaka. Seluruh proses pembelajaran hanya ditujukan pada pencapaian “standard nasional” yang ditetapkan secara strategis .
Mengembalikan Kepemimpinan Guru Untuk itu tindakan pedagogis harus mendapat ruang geraknya yang otonom dan dilindungi dari mekanisasi dan birokratisasi. Guru harus banyak memiliki waktu untuk membaca dan belajar kembali untuk menemukan “makna hidup”nya kembali Guru tidak menghayati diri sebagai “job” belaka, melainkan sebagai “form of life”. Guru itu bukan sekedar “hidup dari” melainkan “hidup untuk” pendidikan.