FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGI TERHADAP PERILAKU JAHAT Kuliah 4
Premis utama: walau berada pada lingkungan serupa, individu-individu bisa menampilkan perilaku berbeda; atau, walau berada pada lingkungan berbeda, individu-individu bisa menampilkan perilaku serupa
Values (nilai) & Belief (nilai dasar) Moral values dan moral knowledge Cochrane (1971): perbedaan dalam prioritas nilai dari napi dewasa Agama dan kenakalan: lebih mungkin terjadi dengan bantuan tipe keluarga dan kelompok bermain Nilai berkaitan dengan kebutuhan atau tujuan
Konsep diri A deviant self concept may also mediate antisocial behavior Individu cenderung mencari konsistensi antara belief mereka dan informasi yang diterima. Juga berlaku bagi para penyimpang. Self-esteem rendah pada remaja berasosiasi dengan ketidakmampuan untuk konformis 3 pendekatan terkait dengan konsep diri dan perilaku menyimpang: developing inner containment, outcome of labeling and esteem enhancement
KECERDASAN & KEJAHATAN Pandangan spiritualistik: individu dengan kecerdasan rendah dipercayai sebagai milik atau turunan setan Dengan dipergunakannya Binet-Simon Scale of Intelligence (1905), dapat dibedakan IQ orang dengan kecerdasan rendah & tinggi Goddard (1912) :sebagian besar kriminal adalah feebleminded (IQ < 70). 1% populasi dunia adalah feebleminded. Namun, teori ini semakin ditinggalkan IQ menjadi isyu kontroversial
Delinkuensi, Ras, IQ Gordon (1976): ada kesamaan antara persebaran nilai IQ dan distribusi delinkuen pada beberapa kelompok rasial. Hirschi & Hindelang (1978): IQ rendah sama pentingnya sbg prediktor delinkuensi dengan kelas sosial atau ras. Delinkuen dari kelas sosial bawah lebih mungkin memiliki IQ rendah dibanding delinkuen non-kelas bawah. Blumstein et. al (1985): pelaku kejahatan serius memiliki IQ rendah dan anak ber-IQ rendah hampir pasti menjadi delinkuen kelak. Quay (1987): Anak dengan IQ rendah memiliki kemampuan verbal rendah sehingga sulit bergaul dan belajar. Lalu muncul masalah psiko-sosialda nberakhir dengan kesulitan proses kognisi
KEPRIBADIAN DAN KEJAHATAN Definisi (Vold): “the complex set of emotional and behavioral attributes that tend to remain relatively constant as the individual moves from situation to situation” Asosiasi pada sebutan-sebutan seperti: “tenang”, “bersahabat”, “mampu bekerjasama”, “menyenangkan” Glueck (1950): “delinquent personality” terkait keterkaitan antara beberapa elemen seperti extrovert, vivacious, impulsive, less-self control (dibanding anak tidak nakal)
Gangguan Kepribadian Anti Sosial Peran dari Diagnostic and Statistical Manual (DSM 1 s/d 4), membedakan “antisocial personality disorder” dengan “adult antisocial behavior” Antisocial personality disorder: inflexible, maladaptive, persistent, cause significant functional impairment or subjective distress Cleckley (1976): psikopat melakukan kegiatan tanpa tujuan, tidak memiliki perasaan gundah dan rasa malu, tidak melakukan kejahatan Walters (2000):violence-prone personality
Peramalan Masa Kecil Terhadap Kejahatan Masa Depan Peramal terkuat terhadap kejahatan masa depan adalah: munculnya gangguan perilaku khas anak-anak seperti tidak jujur, ngibul, ribut di kelas dan agresif. Faktor lain yang perlu ada adalah: cara membesarkan anak yang salah, gangguan oleh orang tua dan saudara, intelektualitas rendah, capaian pendidikan dan perpisahan dengan orang tua Guna menetralisir prediktor-prediktor tersebut, tak pernah ada yang terlalu cepat ataupun terlambat
Impulsivitas dan kejahatan Impulsif: kecenderungan tidak sabaran, mencari ‘keuntungan’ langsung, terpecah perhatian serta bertindak tanpa berpikir Farrington (1998): orang impulsif adalah orang yang kekurangan penghambat internal. Umumnya terkait dengan kesadaran mengenai benar-salahnya suatu perilaku Glenn Walters (1990): impulsivitas sebagai karakteristik kepribadian yang terus menerus
Self-control dan impulsivity Impulse control, self control, delay of gratification, tolerance for frustration – kemampuan menunda/mengubah/menghentikan suatu respons negatif. Kriminil diasumsikan berkemampuan rendah mengontrol impulse. Juga orang dengan kepribadian psikopatik, penganut gaya hidup antisosial, kanak-kanak agresif Persoalan: mengendalikan “apa”, dalam “konteks” apa? Impulse control sebagai “vaguely defined term, highly dependent on theoretical presuppositions” Saat mengukur disposisi impulsivitas pada kriminil, konsep ini juga multifaset
Role-taking, empati dan guilt Role taking sebagai konsep kritikal dalam teori perkembangan kognisi. Keterlambatan perkembangan role taking mengakibatkan masalah interpersonal Empati sebagai kemampuan mempergunakan perspektif orang lain. Ketidaksepakatan perihal hubungannya dengan role taking dan sympathy Guilt (adj. guilty) : “empathic distress aroused by the causal attribution of responsibility for another’s plight to the self”