Penyusunan Neraca Fisik dan Moneter Direktorat Neraca Produksi

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
MODUL 8 PT. Pelangi MATERI KULIAH
Advertisements

Penyusunan PDB Indonesia Berwawasan Lingkungan (SEEA)
NERACA SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
MG-6 DAUR DAN ETAT PEMANENAN KAYU
PENYUSUNAN NERACA FISIK DAN MONETER MINERAL
NERACA EKONOMI & SDA TERPADU
Penyusunan Neraca Fisik dan Moneter Minyak dan Gas Bumi
Biaya Produk Bersama dan Biaya Produk Sampingan
Akuntansi Biaya Ch 1.
ASPEK – ASPEK KEUANGAN PROYEK
MANAJEMEN KEUANGAN LITERATUR :
NERACA ARUS DANA.
Bab 4 LAPORAN LABA-RUGI DAN INFORMASI TERKAIT Intermediate Accounting
Lingkungan dalam Pajak dan Keuangan
ANALISA FINANSIAL DAN EKONOMI
BAB 20 AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG: PENCATATAN JURNAL PENYESUAIAN &
Department of Business Adminstration Brawijaya University
PUSAT INVESTASI.
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Mata Kuliah : Statistik Neraca Nasional
PPERTEMUAN 6 RASIO AKTIVITAS.
RASIO PROFITABILITAS BAB 7.
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
MG-6 DAUR DAN ETAT PEMANENAN KAYU
Akuntansi Keuangan Menengah 1
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN KOPERASI UNTUK MANAJER
LAPORAN DAN ANALISIS KEUANGAN
INFORMASI AKUNTANSI PENUH
PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG
ANALISIS BIAYA - MANFAAT
PERHITUNGAN DEPLESI SUMBERDAYA ALAM
RASIO AKTIVITAS & RASIO PROFITABILITAS
Konsep Dasar Ekonomi Makro
METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
(STATEMENT OF CASH FLOW)
CAKUPAN PEMBAHASAN Overview analisis perusahaan
ANDRI HELMI M, SE., MM ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO
Analisis Rasio Keuangan
PSAK 14 PERSEDIAAN.
PSAK 14 PERSEDIAAN.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
ANGGARAN PENANAMAN MODAL
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
AKUNTANSI KOPERASI JUNAIDI, SE
Koperasi simpan pinjam
ANGGARAN BIAYA PENJUALAN
ANALISIS & ESTIMASI BIAYA
PERTEMUAN KELIMA PERSEDIAAN (2).
AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Analisis Penggunaan dan Sumber Dana
PRINSIP – PRINSIP INVESTASI MODAL
PERSEDIAAN PSAK
MANAJEMEN MODAL KERJA BAB - IV.
Analisa Sumber dan Penggunaan
SISTEM KEUANGAN AGRIBISNIS
METODE PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Penghentian Aktiva Tetap, Deplesi dan Amortisasi
BAB VI MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN ASET YANG DIKELOLA
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
08 Studi Kelayakan Bisnis
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN
Kelompok 2 Atma S Asep Badru Salam Badriah Cyntia Rossa Rahmela
LAPORAN KEUANGAN By Muhammad Luthfi, M.Si.
Perbandingan biaya ekonomis
HUTAN NORMAL Pengertian Hutan normal untuk hutan seumur
TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN SAMPANG 2018
LINGKUNGAN EKONOMI By Nina Triolita, SE, MM.
Arus biaya persediaan Perusahaan menggunakan satu sampai dua tipe system untuk mempertahankan catatan persediaan yang akurat untuk biaya tersebut, yaitu.
Bab 2 Data, Variabel, dan Indikator Ekonomi Makro
Transcript presentasi:

Penyusunan Neraca Fisik dan Moneter Direktorat Neraca Produksi Hutan Oleh Direktorat Neraca Produksi

PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk membuat pengelolaan hutan lestari adalah dengan melakukan inventarisasi perubahan cadangan sumberdaya hutan dan kemudian melakukan valuasi terhadap manfaat dan biaya dari penggunaan hutan tersebut. Hasil pengukuran perubahan fisik dan valuasinya dapat dinyatakan dalam bentuk Neraca sumber Daya Hutan (NSDH), dimana prinsipnya memuat keseimbangan dan arus (flow) pemanfaatan hasil hutan dan pemulihannya dalam suatu periode. Adanya penyajian informasi Neraca Sumber Daya Hutan yang berkesinambungan tentu sangat bermanfaat sebagai bahan penunjang bagi tersusunnya suatu sistem pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Salah satu alat ukur yang keberhasilan pembangunan adalah besaran pendapatan per kapita penduduk, yang diperoleh dari statistik Pendapatan Nasional. Indikator umum yang lazim digunakan adalah besarnya Produk Domestik Bruto (PDB) yang diciptakan. Namun dilihat dari sudut pandang pembangunan berkelanjutan, penggunaan PDB sebagai indikator pembangunan dinilai masih belum cukup sehingga dalam jangka panjang cakupannya harus diperluas dengan memperhitungkan penipisan (deplesi) sumber daya alam dan degradasi lingkungan.

KERANGKA METODOLOGI DAN SUMBER DATA Dalam menyusun neraca sumber daya hutan, terlebih dahulu harus disusun neraca fisik. Neraca fisik kayu menunjukkan kondisi awal masing-masing komoditi kayu pada periode tertentu, kemudian ditambah arusnya (flow) sehingga diperoleh kondisi akhir masing-masing komoditi kayu tersebut. Neraca ini membentuk persamaan seperti di bawah ini: Persediaan awal (begining stock) kayu log + pertumbuhan + penanaman baru - pengambilan atau penebangan kayu - kerusakan kayu = Persediaan akhir (final stock) kayu log

Setelah neraca fisik kayu tersusun, untuk menghitung neraca moneter kayu, perlu dihitung terlebih dahulu unit rent yang merupakan bagi hasil anatar rente ekonomi kayu terhadap volume fisik yang dihasilkan Rente ekonomi (economic rent) adalah kelebihan nilai penerimaan atas biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh output dan biaya guna memulihkan kondisi sumber daya hutan dan lingkungan, tidak termasuk pajak retribusi dan pungutan-pungutan lainnya oleh pemerintah; serta dikurangi pula dengan hasil investasi yang normal. Rente per unit (unit rent) adalah hasil bagi antara rente ekonomi terhadap volume fisik sumber daya kayu yang dihasilkan

Untuk memperoleh unit rent spesifik kayu tertentu (misalnya kayu Jati , dalam produksi Perum Perhutani) maka proses pemisahan biaya-biaya yang tercampur dalam laporan keuangan Perum Perhutani (seperti biaya umum, biaya produksi kayu tebangan, biaya pemasaran, dan biaya penyusutan) digunakan alokasi penjualan dalam negeri terhadap penjualan dalam dan luar negeri. Sedangkan total aktiva maupun aktiva tetap kayu Jati menggunakan proporsi laba kayu Jati terhadap laba Perum Perhutani. Neraca moneter kayu merupakan neraca fisik yang dinilai dalam bentuk uang. Untuk mendapatkan nilai dibutuhkan harga, dan harga yang digunakan bukanlah harga jual komoditi kayu melainkan harga yang dinilai dalam besaran rente ekonomi hasil kayu tersebut. Rincian neraca moneter identik dengan neraca fisik, hanya saja pada neraca moneter muncuk rincian baru yaitu revaluasi. Rincian ini merupakan faktor koreksi terhadap adanya fluktuasi harga selama suatu periode waktu tertentu.

Komponen-komponen Neraca Fisik dan Moneter Kayu I. Neraca Fisik Perincian Satuan I. Neraca Fisik 1. Persediaan awal kayu (begining stock) 2. Pertambahan (addition) a. pertumbuhan (growing) b. penanaman (planting) 3. Penyusutan (depletion) a. pemotongan (cutting) b. perubahan (convertion) c. kerusakan (destruction) - oleh manusia (human) - oleh alam (natural) - penebangan (log damaging) 4. Perubahan neto (net change) 5. Persediaan akhir (final stock) II. Neraca Moneter 1. Persediaan awal 2. Pertumbuhan (+) 3. Penanaman (+) 4. Konversi & kerusakan (-) 5. Penebangan (-) 6. Revaluasi *)(+) 7. Persediaan akhir Catatan: Volume kayu dinyatakan dalam m3, sedangkan nilai dinyatakan dalam rupiah *) Nilai revaluasi adalah selisih harga unit rent tahun ke-n dengan tahun n-1, kemudian dikalikan dengan kuantum persediaan awal tahun ke-n

DATA DASAR Data persediaan awal tahun kayu Jati diperoleh dari Perum Perhutani (BUMN Kehutanan). Angka tersebut didasarkan pada sebaran luas hutan produksi pohon Jati menurut kelompok umur, kemudian dilakukan dengan potensi kayu masing-masing pohon. Pertumbuhan kayu jati per tahun diperoleh melalui perkalian antara perkiraan luas area hutan produksi Jati dengan perkiraan riap pohon Jati per tahun. Riap per tahun kayu Jati adalah 4,3 m3/ha. Angka penanaman diperoleh melalui pendekatan banyaknya luas area penanaman tanaman reboisasi dikalikan dengan perkiraan rata-rata riap per tahun tanaman Jati usia muda. Angka penebangan diperoleh dari produksi Jati. Angka kerusakan Jati diestimasi dari perkiraan nilai kerugian kayu Jati dibagi dengan rata-rata harga kayu Jati.

SUMBER DATA Data sebaran luas area hutan produksi, luas area reboisasi, angka produksi kayu log Jati, dan nilai kerugian kayu Jati dari Perum Perhutani (BUMN Kehutanan). Angka riap pohon Jati per tahun dan riap pohon Jati usia muda per tahun diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Kehutanan. Data laporan keuangan beserta rasio-rasio keuangan dari Laporan Tahunan Perum Perhutani.

Contoh Penghitungan Neraca Fisik Kayu Jati di Jawa Timur No. Uraian Satuan Jumlah 1 Persediaan Awal Tahun 1999 000 M3 3.114,6 2 Pertumbuhan: 1.115,6   - Luas area hutan produksi Ha 259.444 - Rata-rata kemampuan riap per ha M3/Ha 4,3 3 Penanaman: 13,3 - Luas area reboisasi (rutin + pembangunan) 13.290 - Rata-rata kemampuan riap per ha jati usia muda 1,0 4 Konversi dan Kerusakan: 998,8 - Estimasi nilai kerugian atas kerusakan & konversi hutan kayu jati Perum Perhutani Juta Rp 1.093.717 - Harga rata-rata Kayu jati Rp/M3 1.095.025 5 Penebangan: 329,9 - Produksi kayu jati A - E Perum Perhutani M3 329.866 6 Perubahan Neto: -199,8 - Pertumbuhan + Penanaman – Konversi & Kerusakan - Penebangan -199.775 7 Persediaan Akhir Tahun 1999 2.914,8 - Persediaan Awal 1999 + Perubahan Neto 2.914.774

Contoh Penghitungan Unit Rent Kayu Jati di Jawa Timur No. Uraian Satuan Jumlah 1 Penjualan Dalam Negeri (Kayu Log) Tahun 1999 Juta Rp 285.843,5 2 Biaya-biaya: 147.838,0   - Biaya Umum 48.875,1 - Biaya Produksi Kayu Tebangan 86.287,4 - Biaya Pemeliharaan 6,7 - Biaya Eksploitasi 103,1 - Biaya Pemasaran 7.155,5 - Biaya Penyusutan 5.410,3 3 Laba Usaha (Sebelum Pajak) 138.006 4 Total Aktiva 105.254 5 ROI (Baris 3 : Baris 4) - 1,31 6 Aktiva Tetap 31.303 7 Aktiva Tetap x ROI 41.043 8 Economic Rent Kayu Jati (Baris 3 – Baris 7) 96.962 9 Total Produksi Kayu Jati M3 329.866 10 Unit Rent Kayu Jati (Baris 8 : Baris 9) Rp/M3 293.945

Tahapan tentang Penghitungan Unit Rent Kayu Jati Laba usaha kayu Jati sebelum pajak diperoleh dengan mengurangkan biaya-biaya terkait dengan hasil penjualan dalam negeri kayu Jati. Biaya-biaya seperti biaya umum, biaya produksi kayu tebangan, biaya pemasaran, dan biaya penyusutan menggunakan alokasi penjualan dalam negeri terhadap total penjualan dalam negeri dan luar negeri. Sedangkan biaya pemeliharaan dan biaya eksploitasi menggunakan proporsi terhadap harga pokok penjualan. Total aktiva kayu Jati diperoleh dari proporsi laba kayu Jati terhadap laba Perum Perhutani dikalikan dengan total aktiva Perum Perhutani. Return on Investment (ROI) adalah laba sebelum pajak dibagi dengan total aktiva. Aktiva tetap kayu Jati diperoleh dari proporsi laba kayu Jati terhadap laba Perum Perhutani dikalikan dengan aktiva tetap Perum Perhutani. Economic rent diperoleh dari laba usaha dikurangi dengan hasil kali aktiva tetap dengan ROI. Unit rent kayu Jati adalah economic rent dibagi dengan total produksi kayu Jati Perum Perhutani Jawa Timur.

Contoh Penghitungan Neraca Moneter Kayu Jati di Jawa Timur No. Uraian Satuan Jumlah Diketahui: - Unit Rent Kayu Jati Tahun 1999 Juta Rp 293.945 Unit Rent Kayu Jati Tahun 1998 312.799 1 Persediaan Awal Tahun 1999 907.972,5 2 Pertumbuhan 327.927,9 3 Penanaman 3.906,5 4 Konversi dan Kerusakan: 293.594,9 5 Penebangan 96.962,4 6 Perubahan Neto - 58.722,9 7 Revaluasi 7.533,6 8 Persediaan Akhir Tahun 1999 856.783,2

Sekian