PENGANGGURAN dan INFLASI Pertemuan Ke -8
JENIS-JENIS PENGANGGURAN Pengangguran normal atau friksional Menganggur karena bukan karena tidak mendapatkan pekerjaan tetapi karena sedang mencari pekerjaan yang lebih baik, dengan penghasilan yang lebih baik pula. Pengangguran struktural Ketidaksesuaian pekerjaan dengan keahlian yang dimiliki menimbulkan pengangguran struktural. Pengangguran siklikal Penurunan permintaan agregat mendorong pengusaha menurunkan faktor produksi dengan mengurangi pekerja atau bahkan menutup perusahaannya. Pengangguran teknologi Kemajuan teknologi yang membuat terjadinya penggantian tenaga manusia oleh mesin-meisn dan bahan-bahan kimia.
JENIS PENGANGGURAN BERDASARKAN CIRINYA Pengangguran terbuka Pengangguran yang terjadi akibat lowongan pekerjaan yang ada lebih sedikit daripada pertambahan tenaga kerja. Atau pula diakibatkan kegiatan perekonomian yang menurun. Hal ini mengakibatkan meningkatnya pengangguran. Pengangguran tersembunyi Pengangguran yang terjadi ketika pekerjaan yang dibutuhkan lebih sedikit dari pekerja yang dipekerjakan. Misalnya pada sektor pertanian, lebih banyak orang bekerja pada luas tanah yang sempit. Pengangguran musiman Pengangguran yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang dilakukan sudah selesai, seperti petani setelah panen mereka menganggur sampai saatnya mulai musim tanam baru mulai bekerja kembali. Setengah menganggur Seseorang yang jam kerjanya hanya 1 – 2 hari dalam seminggu atau hingga 4 jam dalam sehari.
KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGATASI PENGANGGURAN Tujuan bersifat ekonomi menyediakan lowongan pekerjaan baru meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat memperbaiki ketimpangan pendapatan. Tujuan bersifat sosial dan politik Meningkatkan kemakmuran keluarga dan kestabilan keluarga Menghindari masalah kejahatan Mewujudkan kestabilan politik
PENDUDUK, ANGKATAN KERJA DAN PENGANGGURAN Uraian Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Total penduduk (000) Penduduk usia kerja (000) Angkatan kerja (000) Penduduk bekerja (000) Penganggur (000) Penganggur (%) 213.734 151.936 103.416 92.057 11.359 11,0 % 216.372 154.858 105.678 94.048 11.630 219.010 157.780 107.940 96.310 10,8 % 221.496 160.550 110.064 99.984 10.080 9,2 % 223.962 163.320 112.228 101.941 10.287 226.468 166.090 114.372 105.254 9.118 8,0 % 226.954 168.880 116.516 108.969 7.547 6,5 %
BAGAIMANA MENGUKUR PENGANGGURAN Tingkat Pengangguran = Jumlah penganggur Angkatan Kerja × 100% Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja = Angkatan Kerja Penduduk Usia Kerja × 100%
UPAH YANG KAKU (RIGID WAGES) Dalam pasar persaingan sempurna, penurunan permintaan produksi menyebabkan permintaan tenaga kerja bergeser dari D1 ke D2. Pergeseran tersebut menurunkan tingkat upah ke ekuilibrium baru (L1 ke L2) Untuk menjaga tingkat upah agar tetap di W1, memaksa pengusaha mengurangi tenaga kerja (L2 ke L3). Akibat sistem upah yang kaku menyebabkan pengangguran terjadi (L1 – L3).
UNDANG-UNDANG UPAH MINIMUM Pemerintah menyebabkan kekakuan upah ketika mencegah upah turun ke tingkat ekuilibrium. Banyak ekonom dan pembuat kebijakan percaya bahwa keringanan pajak lebih baik daripada meningkatkan upah minimum—jika tujuan kebijakan adalah untuk meningkatkan pendapatan pekerja miskin. Keringanan pajak pendapatan yand didapat (earned income tax credit) adalah jumlah yang keluarga pekerja miskin diizinkan untuk dikurangi dari pajak mereka.
PENYEBAB LAIN TIMBULNYA PENGANGGURAN Pertumbuhan penduduk yang tinggi Rendahnya laju investasi produktif Siklus bisnis yang melemah Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat Strategi industri yang labor saving
POLA PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN Negara miskin dan berkembang Transisi ke- pendudukan Negara maju Pertumbuhan Penduduk nol kelahiran dan kematian per 1000 angka kelahiran tingkat kematian tahap-I tahap-II tahap-III tahap-IV waktu kenaikan alamiah per 1000 penduduk tahap-I tahap-II tahap-III tahap-IV waktu
SIKLUS BISNIS GNP riil Siklus bisnis Tren pertumbuhan puncak dasar waktu dasar puncak Tren pertumbuhan Siklus bisnis GNP riil
PENANGGULANGAN MASALAH PENGANGGURAN Setiap tahun sekitar 1,3 juta penduduk tamat sekolah dan masuk ke bursa kerja. Untuk menyerap itu perlu pertumbuhan ekonomi 1 % pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mampu menyerap 200 ribu tenaga kerja. Untuk menyerap angkatan kerja baru setidaknya diperlukan pertumbuhan ekonomi 6,5% per tahun. Mendorong laju investasi efek penggandaan
ALTERNATIF STRATEGI MENGATASI PENGANGGURAN Peningkatan investasi kerjasama dengan pihak swasta diperlukan kondisi lingkungan yang kondusif untuk berusaha. Peningkatan kualitas SDM, pembenahan sektor pendidikan adanya kesesuaian dunia pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Memotivasi masyarakat untuk berwiraswasta pada berbagai bidang yang memiliki prosfek perkembangan. Mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk
UPAH EFISIENSI (efficiency-wage) Teori upah-efisiensi (efficiency-wage) menyatakan upah tinggi membuat pekerja lebih produktif. Jadi, meskipun pengurangan upah akan menurunkan tagihan upah perusahaan, itu akan juga menurunkan produktivitas pekerja dan laba perusahaan. Teori upah-efisiensi pertama menyatakan upah mempengaruhi kesehatan. Teori upah-efisiensi kedua menyatakan upah tinggi mengurangi perputaran tenaga kerja. Teori upah-efisiensi ketiga menyatakan kualitas rata-rata tenaga kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar ke karyawannya. Teori upah-efisiensi keempat menyatakan upah tinggi memperbaiki upaya pekerja.
FENOMENA PENGANGGURAN DI INDONESIA Pengangguran yang relatif tinggi Inflasi Neraca pembayaran Internasional Kurs (Nilai Tukar Rupiah) yang tidak stabil Pertumbuhan Ekonomi Kemiskinan Ketimpangan Distribusi Pendapatan
NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL (NPI) Yang menjadi sorotan dalam NPI adalah ‘Neraca Transaksi Berjalan’ (current account), yaitu merupakan gabungan antara Neraca Perdagangan (ekspor – impor) dan Neraca Jasa yang mencakup jasa faktor produksi dan jasa non faktor produksi Neraca Pembayaran dapat DEFISIT jika ? Neraca Pembayaran dapat SURPLUS jika ? IMPOR > EKSPOR IMPOR < EKSPOR
KURS ( Nilai Tukar Mata Uang ) Seperti halnya inflasi, kurs sangat penting Jika kurs tidak stabil akan mengganggu roda perekonomian negara, hal ini dikarenakan pelaku ekonomi kesulitan dalam mengambil keputusan ekonominya. Coba ingat peristiwa krismon (krisis moneter) tahun 1997 Th 1997 -> US $ 1 = Rp4.650,- => US $ 1 = Rp8.025,- Th 1998 -> US $ 1 = Rp7.100,- => US $ 1 = Rp9.595,- Th 2001 -> US $ 1 = Rp10.400,- Coba hitung: jika pada tahun 1997 perusahaan mempunyai hutang US $ 100.000 yang jatuh tempo tahun 2001, berapa rupiah yang harus dia bayarkan? Dan hitung selisihnya.
INFLASI Inflasi: didefinisikan sebagai kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang dimaksud bukan terjadi sesaat. (lebaran, natal, tahun baru) Kenaikan harga secara umum kenaikan harga hanya pada salah atu jenis barang tidak termasuk kategori inflasi Penghitungan inflasi didasarkan pada sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat. Di Indonesia, total produk yang disurvei sebanyak 744 komoditas, di 45 kota; Rata-rata tiap kota bervariasi antara 283 s/p 399 komoditas. Bahan makanan Makanan jadi, minuman, rokok,dan tembakau Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi, dan olah raga Transpor, komunikasi,dan jasa keuangan.
Inflasi Indonesia dan beberapa negara Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Q1 Q4 Q2 Indonesia Malaysia Thailand Filipina Korea selatan Hongkong Taiwan Singapura 9,35 1,5 4,3 2,2 -3,7 1,3 1,4 12,55 1,2 0,8 3,9 3,2 -1,2 -1,7 0,6 10,00 1,7 1,6 2,6 -1,5 0,4 5,1 1,8 3,1 3,4 -1,9 -0,1 0,7 1,0 2,3 3,8 -2,1 0,9 6,4 2,1 2,9 7,9 3,0 0,2 8,8 8,5 7,8 5,3 7,1 2,5 2,4 -0,2 dikutip dari: Bramantyo Djohanputra, MBA, Ph.D., Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, h.149
Penghitungan Inflasi Penghitungan inflasi didasarkan atas perubahan harga: Inflasi = (P1 –P0)/P0 P1 : harga barang atau jasa di akhir periode P0 : harga barang dan jasa di awal periode Penghitungan inflasi dengan barang dan jasa yang banyak : Inflasi = ( IHK 1Januari 2008 - IHK 1 Januari 2007 )/ IHK 1 Januari 2007
Jenis Inflasi Menurut besarnya: Inflasi ringan ( dibawah 10%) Inflasi sedang ( antara 10% s/d 30%) Inflasi berat ( 30% s/d 100%) Hiperinflasi ( di atas 100%) Samuelson dan Nordhaus mengkategorikan: Low inflation (single digit inflation)di bawah 10% Galloping inflation (double digit bahkan triple digit inflation) 20% -- 200% Hiperinflation di atas 200%
Terjadinya Inflasi Berdasarkan sumber inflasi: Demand pull inflation, inflasi karena tarikan permintaan. Pada perekonomian yang berkembang pesat: Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi memproduksi barang tersebut. Untuk menyesuaikan permintaan barang dan jasa, pengusaha meningkatkan produksi barang dan jasa yang meningkatkan pula biaya produksi meningkatkan harga terjadi inflasi. Pada masa perang atau masa ketidakstabilan politik yang terus menerus: Belanja pemerintah > pajak yang diterima. Menutupi kelebihan pengeluaran, pemerintah mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluran pemerintah yang berlebihan menyebabkan permintaan agregat melebihi kemampuan ekonomi menyediakan barang dan jasa menyebabkan harga naik terjadi inflasi. Pertemuan 8
Cost Push Inflation, inflasi karena dorongan biaya. Ketika pendapatan nasional berada pada kesempatan kerja penuh, dan pada tingkat harga tertentu, perusahaan membutuhkan banyak tenaga kerja. Hal ini menimbulkan kenaikan upah dan gaji karena perusahaan berupaya mencegah perpindahan tenaga kerja Untuk memperoleh pekerja tambahan, perusahaan menawarkan upah dan gaji yang tinggi. Kenaikan upah dan gaji ini otomatis menaikkan biaya produksi yang berpengaruh pada meningkatnya harga barang terjadi inflasi. Inflasi diimpor Kenaikan barang-barang impor yang dibutuhkan perusahaan dalam faktor-faktor produksi dapat menaikkan ongkos produksi meningkatkan harga terjadi inflasi.
Inflasi merayap dan hiperniflasi Inflasi merayap: proses kenaikan harga-harga yang berjalan lambat. Hiperinflasi: proses kenaikan harga-harga yang berjalan sangat cepat. Pemerintah berupaya mengatasi inflasi dengan: Mengendalikan harga (menerapkan harga maksimum) Membuat peraturan mengenai larangan penimbunan barang Memberikan subsidi pada produsen Efek buruk inflasi: Inflasi tinggi menurunkan pertumbuhan ekonomi. Biaya terus meninggi, mengganggu kegiatan produktif sehingga pengusaha cenderung mengalihkan investasinya dengna membeli harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Akibatnya kegiatan produktif menurun, tenaga kerja dikurangi, pengangguran meningkat. Apabila produksi dalam negeri menurun (harga meningkat), impor akan lebih banyak dipilih. Sehingga impor > ekspor mengakibatkan ketidakstabilan aliran mata uang asing dan neraca pembayaran akan semakin memburuk.
Inflasi dan kemakmuran masyarakat Inflasi menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. Inflasi menurunkan nilai kekayaan yang berbentuk uang Memperburuk pembagian kekayaan.