LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGIS

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
LANDASAN PENDIDIKAN.
Advertisements

Bapak pendidikan nasional
HAKEKAT MANUSIA Fenomena logis 1. Manusia sejak lahir merdeka
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI INDONESIA
TAMANSISWA Taman Siswa berdiri pada tanggal 3 Juli 1922, Taman Siswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan.
Metodologi Penelitian
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.
SEJARAH, KEBUDAYAAN, IPTEK DAN MASALAH SOSIAL
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
“ dua aLiran pokok Pendidikan di Indonesia”
LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS :
Hakikat dan Landasan Pendidikan
Metodologi Penelitian
Etika Komputer Tinjauan Umum bahan utama: Etika Komputer Teguh Wahyono.
KONSEPSI DAN STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS NASIONAL
(2)KARAKTERISTIK IPS SD
Yohanes Oktovian Samosir PGSD Penjas B
Pengembangan Pembelajaran Berbasis Humaniora Suratno
Mengembangkan Pengetahuan
PENGETAHUAN Knowledge
BUDAYA AKADEMIK dan tri darma perguruan tinggi
KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU
1.3a Pendekatan saintifik. 1.3a Pendekatan saintifik.
PARADIGMA ILMU PENGETAHUAN
Filsafat, Ilmu dan Filsafat Ilmu
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
S I S T E M HASIL PROSES IQ, EQ, SQ Manajemen Sekolah KELUARAN Bekerja
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN
Landasan dan Asas Pendidikan
MENGAPA PENELITIAN ITU PERLU ???
Gimana Jadinya Negara Indonesia tanpa Ideologi Pancasila ?????
Pendidikan Administrasi Perkantoran 15 B
Landasan Pengembangan Kurikulum
IPS TERPADU LATAR BELAKANG
PERMENDIKBUD 2016 KEBIJAKAN BARU SUASANA BARU
KONSEPSI DAN STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS NASIONAL
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN “Asas-asas pendidikan”
KONSEP DASAR KURIKULUM
PERAN KELUARGA, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM PENDIDIKAN
BIMBINGAN KONSELING Sy LULU ASSAGAF, S.Psi.
PENGERTIAN DAN HAKIKAT IPS DALAM PROGRAM PENDIDIKAN
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) PPT
BIMBINGAN KONSELING.
ALIRAN, LANDASAN PENDIDIKAN, DAN PEMBANGUNAN NASIONAL
JABATAN PROFESIONAL DAN TANTANGAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
GAYA MENGAJAR La Tahang Fkip unhalu.
DASAR-DASAR PENDIDIKAN
TUGAS FILSAFAT ILMU.
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
BUDAYA AKADEMIK dan tri darma perguruan tinggi
LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGIS
Persiapan Guru sebagai Fasilitator dalam Memberikan
SILABUS SMK NEGERI I SINGKAWANG
STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA AKTIVITAS SISWA (PBAS)
Hakikat Manusia 9/16/ :07 PM.
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROFESI KEPENDIDKAN Program Studi SENI RUPA/PKO Angkatan 2013 dan 2014 Dosen.
LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA ILMU PENDIDIKAN.
ISD Sebagai Salah Satu MKDU. Pengertian ISD Ilmu Sosial Dasar : Yaitu ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial, khususnya masalah2 yg diwujudkan oleh.
ETIKA PROFESI.
DNJ //Landasan Pendidikan
KBK 2004 dan Kurikulum 2006 Sekolah Dasar Nanang Rijono.
Implementasi Kurikulum 2013
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGIS
Etika Komputer Tinjauan Umum bahan utama: Etika Komputer Teguh Wahyono.
TUGAS FILSAFAT ILMU 1 APA ILMU ITU? 2 Cabang-cabang Filsafat 3 Pokok Permasalahan yang dikaji Filasafat: 1.Apa yang disebut benar dan apa yang disebut.
Transcript presentasi:

LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGIS Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mempunyai kaitan yang erat. IPTEK menjadi bagian utama dalam isi pengajaran, dengan perkataan lain pendidikan ber-peran sangat penting dalam pewarisan pengembangan IPTEK Dari sisi lain setiap perkembangan IPTEK harus segera diako-modasi oleh pendidikan yakni dengan segera memasuk-kan hasil pengembangan IPTEK ke dalam isi bahan ajaran

Sebaliknya pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang IPTEK, utamanya ilmu-ilmu perilaku (psikologi, sosiologi, antropologi) Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.

Pengetahuan yang memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistemologis dan aksiologis secara konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu atau ilmu pengetahuan (science; kata sifatnya adalah ilmiah atau keilmuan, sedangkan ahlinya disebut ilmuawan. Pengetahuan meliputi berbagai cabang ilmu (ilmu-ilmu sosial atau social sciences, dan ilmu-ilmu alam atau natural sciences), humaniora (seni, filsafat, bahasa, dsb) serta wahyu keagamaan atau sejenisnya

Dilihat dari segi tujuan pokok sering dibedakan ilmu dasar (basic science) dan ilmu terapan (applied science). Ilmu dasar terutama digunakan demi kemajuan ilmu itu sendiri, Ilmu Terapan terutama digunakan untuk mengatasi masalah dan memajukan kesejahteraan manusia.

Hasil dari ilmu terapan harus dialihragamkan (ditranformasikan) menjadi bahan, alat, atau prosedur kerja; kegiatan ini disebut pengembangan (development). Tindak lanjut dan hasil kegiatan pengembangan disebut teknologi Landasan Ontologis dari ilmu berkaitan dengan objek yang ditelaah oleh ilmu adalah : Apakah yang ingin diketahui oleh ilmu, bagaimana ujud hakiki dari objek tsb, dan bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia?

Ilmu membatasi objeknya pada fakta atau kejadian yang bersifat empiris, yang dapat ditangkap oleh alat indra, baik secara langsung maupun dengan bantuan alat lain (mikroskop, teleskop, dsb Objek Ilmu selalu berkaitan dengan pengalaman manusia yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain Pengetahuan Ilmiah pada dasarnya merupakan abstrak yang disederhanakan dari fakta atau kejadian alam yang sangat kompleks.

Untuk itu ilmu mempunyai 3 asumsi tentang objek empiris yakni : Objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain yang memungkinkan dilakukan klasifikasi Objek dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan (kelestarian yang relatif) Adanya determinisme, bahwa suatu gejala bukan merupakan kejadian yang kebetulan tetapi mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap)

Landasan Epistemologi dari ilmu berkaitan dengan segenap proses untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yakni : Bagaimana prosedurnya, apakah yang harus diperhatikan agar diperoleh kebenaran, cara/teknik/ sarana apa yang membantu untuk mendapatkannya? Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang disebut metode keilmu-an. Seperti IPTEK itu sendiri, metode keilmuan itu juga meng-alami perkembangan sebagai akumulasi pendapat manusia yang kini dikenal sebagai Model Induktif-Hipotetiko-Deduktif

Landasan Aksiologis dari ilmu berkaitan dengan manfaat atau kegunaan pengetahuan Ilmiah itu, yaitu : Untuk apa pengeta-huan ilmiah itu digunakan, bagaimana kaitannya dengan nilai-nilai moral? Ilmu telah berjasa mengubah wajah dunia dalam berbagai bidang serta memajukan kesejahteraan manusia. Namun kita juga menyaksikan bagaimana ilmu digunakan untuk mengancam martabat dan kebudayaan manusia. Oleh karena itu ilmu sering disebut netral, ilmu bebas dari nilai baik atau buruk, dan sangat tergantung dari nilai moral si empunya ilmu (ilmuwan), manusia pemilik ilmu yang harus menentukan apakah ilmunya itu bermanfaat bagi manusia atau sebaliknya.

Ilmu atau ilmu pengetahuan dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat dari informasi itu Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah IPTEK merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yag telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia.

Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula bidang keilmuan yang tercata adalah bangsa Mesir Purba dimana banjir tahunan Sungai Nil menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri, dan kegiatan survei Pengembangan Ilmu yang menonjol berturut-turut oleh bangsa Babylonia, Hindu, Yunani kuno, Arab di zaman permulaan Islam dan bangsa-bangsa di Eropa menyebar ke seluruh penjuru dunia. Perkembangan ilmu tersebut meliputi aspek ontologis, epistemologis, maupun aksiologis, serta makin lama perkembangan itu makin dipercepat.

Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan : Penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi, dan penerapan teknologi, serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-religius. Langkah terakhir diperlukan untuk menentukan apakah hasil IPTEK dapat diterima masyarakat dan apakah dampaknya tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur dari masyarakat Lembaga pendidikan utamanya pendidikan jalur sekolah, haruslah mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan IPTEK

cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat Bahan ajaran seyogyanya hasil perkembangan IPTEK mutakhir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi, maupun cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat Relevansi bahan ajaran merupakan satu tuntutan yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Peserta didik seyogyanya sedini mungkin mengalami sosialisasi ilmiah meskipun dalam bentuk yang masih sederhana. Pembentukkan ketrampilan dan sikap ilmiah sedini mungkin tsb secara serentak akan meletakkan dasar terbentuknya msayarakat yang sadar IPTEK dan calon-calon pakar IPTEK kelak kemudian hari

AZAS-AZAS POKOK PENDIDIKAN Azas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yangmenjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahapperancangan maupun pelaksanaan pendidikan Khusus untuk pendidikan di Indonesia terdapat sejumlah azas yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan. Azas tersebut bersumber baik dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidik-an di Indonesia.

Ada tiga azas yang dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan, baik masa kini maupun masa depan, oleh karena itu setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga azas tersebut agar dapat menerapkannya dengan se-mestinya dalam penyelenggaraan pendidikan sehari-hari Azas Tut Wuri Handayani Azas tsb kini menjadi semboyan Depdikbud, pada awalnya merupakan salah satu dari “Azas 1922” yakni tujuh buah azas dari Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1922).

Sebagai azas pertama Tut Wuri handayani merupakan inti dari Sistem Among dari perguruan itu. Azas atau semboyan tut wuri handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara itu mendapat tanggapan positip dari Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.

Kini ketiga semboyan tsb telah menyatu menjadi satu kesatuan azas, yakni : Ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi contoh) Ing madya mangun karsa (jika ditengah-tengah, membangkitkan kehendak, hasrat atau motivasi dan Tut wuri handayani (jika di belakang, mengikuti dengan awas) Latar belakang keberlakuan awal dari azas tut wuri hadayani perlu dikemukakan ketujuh azas Perguruan Tinggi taman Siswa

Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum. Bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah, yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat

Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh- Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh- penuhnya lahir maupun batin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dari siapa pun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan batin. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keiklasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.

Azas tut wuri handayani merupakan inti dari azas pertama (butir a) yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (zelf-veschikkingsrecht) dengan mengingat persatuan dalam perikehidupan umum. Dari azas pertama jelas bahwa tujuan yang hendak dicapai Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai (tata dan tentram, orde on Vrede). Dari azas ini lahir “Sistem Among” dimana guru memperoleh sebutan “pamong”, yaitu sebagai pemimpin yang berdiri dibelakang dengan bersemboyan “tut wuri handayani” yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa.

Azas Belajar Sepanjang Hayat Azas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education) Pendidikan seumur hidup merupakan a consept (P. Lengrand, 1970) yang new significance of on old idea (Dave, 1973) tetapi universally acceptable definition is difficult (Cropley, 1979). Oleh karena itu UNESCO Institute for Education (UIE Hamburg) menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang :

Meliputi seluruh hidup setiap individu Mengarah kepada pembentukkan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sitematis pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap individu Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk yang formal, non formal dan informal

Dalam latar belakang pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua misi yakni membelajarkan peserta didik dengan efisien dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat. kurikulum, yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat harus dirancang dan di implementasi dengan memperhatikan dua dimensi :

Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi : disamping keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan, harus pula terkait dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Termasuk dlm dimensi ini adalah : Keterkaitan antara kurikulum dengan masa depan peserta didik, termasuk relevansi bahan ajaran dengan masa depan dan pengintegrasian masalah kehidupan nyata dalam kurikulum

Kurikulum dan perubahan sosial-kebudayaan: kurikulum seyo-gyanya memungkinkan antisipasi terhadap perubahan sosial-kebudayaan itu karena peserta didik justru akan hidup dalam sosial-kebudayaan yang telah berubah setelah menamatkan sekolahnya “The forcasting curriculum” yakni perancangan kurikulum berdasarkan suatu prognosis, baik tentang perilaku peserta didik pada saat menamatkan sekolahnya, pada saat hidup ia dalam sistem yang sedang berlaku, maupun pada saat ia hidup dalam sistem yang telah berubah di masa depan.

Keterpaduan bahan ajaran dan pengorganisasian pengetahuan, terutama dalam kaitannya dengan struktur pengeta-huan yang sedang dipelajari dengan penguasaan kerangka dasar untuk memperoleh keterpaduan ide bidang studi itu Penyiapan untuk memikul tanggung jawab, baik tentang dirinya sendiri maupun dalam bidang sosial/pekerjaan, agar kelak dapat membangun dirinya sendiri dan bersama-sama membangun masyarakatnya.

Pengintegrasian dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik, yakni pengalaman di keluarga untuk pendidikan dasar, dan demikian seterusnya. 6) Untuk mempertahankan motivasi belajar secara permanen, peserta didik harus dapat melihat kemanfaatan yang akan didapatnya dengan tetap mengikuti pendidikan itu, seperti kesempatan yang terbuka baginya, mobilitas pekerjaan, pengembangan kepribadiannya dsb.

Termasuk dalam dimensi horizontal antara lain : 2. Dimensi horizontal dari kurikulum sekolah yakni keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Termasuk dalam dimensi horizontal antara lain : Kurikulum sekolah merefleksi kehidupan di luar sekolah; kehidupan di luar sekolah menjadi objek refleksi teoritis di dalam bahan ajaran di sekolah, sehingga peserta didik lebih memahami persoalan-persoalan pokok yang terdapat di luar sekolah Memperluas kegiatan belajar ke luar sekolah; kehidupan di luar sekolah dijadikan tempat kajian empiris, sehingga kegiatan belajar mengajar terjadi di dalam dan diluar sekolah

Melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan belajar-mengajar, baik sebagai narasumber dalam kegiatan belajar di sekolah maupun dalam kegiatan belajar di luar sekolah. 3. Azas Kemandirian dalam Belajar Kedua azas sebelumnya secara langsung erat kaitannya dengan azas kemandirian dalam belajar Azas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar

Azas sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila dida-sarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru maupun orang lain Perwujudan azas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain : informator, organisator, dsb. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tsb. Sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu.

Pengembangan kemandirian dalam belajar seyogyanya dimulai dalam kegiatan ekstrakurikuler, yang dikembangkan dan diman-tapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler Latar perguruan tinggi; dimulai dalam kegiatan tatap muka, dan dikembangkan dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap muka atau intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang akan menjadi dasar pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentuk-bentuk kegiatan terstruktur dan mandiri, atau kegiatan ko dan ekstrakurikuler

Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan kemandirian dalam belajar yaitu CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang merupakan salah satu pendekatan yang memberi peluang itu, karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah, umpamanya melalui lembaga kerja Beberapa jnis kegiatan belajar mandiri akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian dalam belajar, seperti belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dsb

Keseluruhan upaya itu akan terlaksana dengan semestinya apabila setiap lembaga penidikan, utamanya sekolah didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. PSB memberi peluang tersedianya berbagai jenis sumbe rbelajar, di samping bahan pustaka di perpustakaan, rekaman elektronik, ruang-ruang belajar (tutorial) sebgai mitra kelas dsb.