KOMPLIKASI POST PARTUM Lilis Komariah, S.Kp, M.Kes, Sp.Mat
(perdarahan pasca persalinan) HEMORAGIC POST PARTUM (perdarahan pasca persalinan) Perdarahan >500 CC yg terjadi setelah anak lahir. Perdarahan primer : 24 jam pasca persalinan Perdarahan sekunder : >24 jam pasca persalinan Kemungkinan penyebab : Atonia uteri Perlukaan jalan lahir Pelepasan plasenta dari uterus Tertinggalnya sebagian plasenta dalam uterus Kelainan proses pembekuan darah Tindakan yang salah untuk mempercepat kala 3
Penatalaksanaan : Segera setelah bayi lahir, injeksi ergometrin/ oksitosin IM untuk kontraksi uterus Hentikan perdarahan sementara dengan kompressi bimanual Pasang tampon uterovaginal dengan kasa gulung panjang, pertahankan 12 – 24 jam - Jika ada sisa plasenta yang sulit dikeluarkan kolaborasi untuk laparatomi/histerektomi
INFEKSI NIFAS Adalah infeksi yang terjadi melalui traktus genitalis setelah persalinan. Suhu >380C pada hari ke 2 – 10 post partum. Faktor predisposisi : Kurang gizi/malnutrisi Anemia Hygiene buruk Kelelahan Proses persalinan bermasalah : partus lama/ macet, korioamnitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi Periksa dalam yang berlebihan
Metritis Infeksi uterus setelah persalinan. Bila pengobatan kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, syok septik, penyumbatan tuba dan infertilitas. Penatalaksanaan : - Pemberian antibiotik dosis tinggi - Pemberian anti tetanus profilaksis - Bila curiga sisa plasenta, lakukan pengeluaran - Bila ada pus, lakukan drainase. - Bila tak ada perbaikan, dilakukan laparatomi untuk mengeluarkan pus.
b. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara. Bila ibu menyusui bayinya : - Susukan sesering mungkin - Kedua payudara disusukan - Kompres hangat payudara sebelum disusukan - Masase payudara - Sangga payudara - Kompres dingin payudara diantara waktu menyusui - Bila demam, berikan paracetamol - Evaluasi setelah 3 hari
Bila ibu tidak menyusui : - Sangga payudara - Kompres dingin payudara untuk mengurangi bengkak dan rasa sakit - Pemberian antipiretik - Jangan dimasase - Pompa dan kosongkan payudara
c. Mastitis Adalah infeksi pada payudara yang disebabkan oleh kuman staphilococcus Aureus Hemolitik Insiden : 1% pada wanita post partum > sering pada yg pertama kali memberikan ASI > sering unilateral, terjadi setelah ASI terbentuk. Lokasi : Dibawah areola mammae Ditengah areola mammae Diantara payudara dan otot
Patofisiologi : Luka pada puting ↓ Terinfeksi staphilococcus aureus Inflamasi parenkim & jaringan interstitiel Edema payudara Aliran ASI terhambat Pembentukan abses
Gejala : Tahap awal : Febris, nyeri pada area, kemerahan dan tegang Tahap lanjut : Payudara membesar dan bengkak, keras, kulit kemerahan, nyeri, ter- bentuk pus, febris Pencegahan : Antenatal care dan perawatan puting susu selama kehamilan dan laktasi Bila ada luka pada puting, jangan menyusui dengan mammae tersebut sampai luka sembuh
Penatalaksanaan : Masase dan kompres payudara dengan air dingin Pemberian ASI dari mamae yang terinfeksi di- hentikan Laktasi dipelihara dengan mengosongkan payu- dara setiap 4 jam Lakukan pemberian ASI dengan tepat Pemberian antibiotika, analgetik dan antipiretik Bila terjadi abses, dilakukan insisi radial sejajar dengan jalannya ductus lactiferus agar tidak memotong saluran ASI Pemasangan drain/tampon untuk mengeluarkan pus.
d. Tromboflebitis femoralis adalah perluasan/invasi mokroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah yang mengenai vena-vena paa tungkai. Keadaan umum tetap baik, suhu subfebris selama 7-10 hari, kemudian naik pada hari ke 10 – 20, di- sertai dengan menggigil dan nyeri sekali Tanda-tanda pada kaki yang terkena: . Kaki sedikit fleksi dan rotasi keluar, sukar ber- gerak, lebih panas dari kaki yang lain. . Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas . Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
. Dapat terjadi spasmus arteri : kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun . Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda Homan) Penanganan : Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres. Setelah mobilisasi kaki tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki panjang yang elastik selama mungkin. Jangan menyusui dulu Pemberian antibiotik dan analgetik
ATONIA UTERI Terjadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada daerah Bekas perlekatan plasenta terbuka lebar. Faktor risiko : Polihidramnion, kehamilan kembar, makrosomi Persalinan lama Persalinan terlalu cepat Persalinan dg induksi atau akselerasi oksitosin Infeksi intra partum Paritas tinggi
Lakukan penanganan kala 3 secara aktif, yaitu : Menyuntikkan oksitosin 10 unit IM Penegangan tali pusat terkendali Mengeluarkan plasenta secara benar Melahirkan plasenta dengan hati-hati Masase uterus Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan pasca persalinan : kelengkapan plasenta, kontraksi uterus, perlukaan jalan lahir
Langkah-langkah penanganan atonia uteri : Lakukan massase fundus uteri segera setelah plasenta dilahirkan 2. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah 3. Mulai lakukan kompressi bimanual interna. Jika uterus berkontraksi, keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi, teruskan kompressi bimanual interna hingga 5’ 4. Minta keluarga untuk melakukan kompressi bimanual eksterna 5. Berikan metil ergometrin 0,2 mg IM/IV 6. Berikan IVFD RL dan oksitosin 20 unit/500 CC 7. Mulai lagi kompressi bimanual interna atau pasang tampon utero vagina
8. Buat persiapan untuk merujuk segera. 9. Teruskan cairan intravena hingga ibu mencapai tempat rujukan. Bila kondisi tak membaik, kemungkinan di- lakukan laparatomi/histerektomi. Kompressi bimanual interna: Letakkan satu tangan pada dinding perut, usaha kan untuk menahan bagian belakang uterus sejauh mungkin. Letakkan tangan yang lain pada korpus depan dari dalam vagina, kemudian tekan kedua tangan untuk mengkompressi pembuluh darah di dinding uterus.
RETENSIO PLASENTA Adalah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Plasenta adhesiva : plasenta yang belum lahir & masih melekat di dinding rahim karena kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta. Plasenta akreta : Plasenta yang belum lahir & masih melekat di dinding rahim karena villi korialisnya menembus desidua sampai miometrium
Plasenta inkarserata : Plasenta yang sudah lepas dari dinding rahim tetapi belum lahir karena terhalang oleh lingkaran konstriksi di bagian bawah rahim. Melalui periksa dalam/tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum, dan bila lebih dari 30 menit maka dapat dilakukan plasenta manual
Prosedur plasenta manual : Pasang infus NaCl Lakukan desinfektan pada tangan, vulva termasuk daerah seputarnya. Labia dibeberkan dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan dimasukkan secara obstetrik ke dalam vagina - Tangan kiri menahan fundus, tangan kanan dgn posisi obstetrik menuju ke ostium uteri & terus ke lokasi plasenta dengan menyusuri tali pusat
Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan tersebut dipindahkan ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas. Dengan sisi tangan kanan sebelah kelingking, plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta yang sudah terlepas dan dinding rahim dengan gerakan sejajar dengan dinding rahim. Setelah seluruh plasenta terlepas, plasenta di- pegang dan perlahan-lahan ditarik keluar. Setelah plasenta dilahirkan, periksa kelengkapan plasenta, lakukan kompressi bimanual uterus dan disuntikkan ergometrin 0,2 mg IM/IV sampai kontraksi uterus baik.