Resolusi Konflik dan Proses Perdamaian Y. Tri Subagya
Konflik dan Kekerasan Konflik terjadi di setiap aras, di dalam dan di antara individu, komunitas, negara dan budaya. Konflik bersifat alami. Konflik dialami oleh orang dari berbagai latar belakang, budaya, kelas, kebangsaan, umur dan jender setiap hari. Yang paling penting bukanlah apakah konflik itu baik atau buruk tetapi adalah bagaimana kita menghadapinya (Brand Jacobsen, 2005).
Konflik adalah keniscayaan dalam kehidupan sosial Konflik memerlukan pengelolaan yang tepat Perlu menghentikan dan mencegah konflik menjadi kekerasan
Tipe-tipe konflik Konflik oleh karena kepentingan atau kebutuhan yang berbeda Konflik karena hubungan social Konflik struktural Konflik identitas
Rasa Tidak Aman Orang cenderung mencari rasa aman ketika beberapa kondisi di bawah ini terjadi: Institusi negara lemah kapasitas kelembagaan lemah Pecah konflik Mekanisme pengelolaan yang membawa krisis legitimasi negara
Ketimpangan Ketimpangan dapat dipandang dari berbagai dimensi, diantaranya: partisipasi politik, asset ekonomi, pendapatan, angkatan kerja, pendidikan Ketimpangan disuarakan di antara kelompok yang memiliki karakteristik berbeda seperti etnik, agama atau ras. Ketimpangan dalam kondisi tertentu berpengaruh pada kelompok yang paling rentan khususnya perempuan dan anak-anak.
Akar Kekerasan Ada empat faktor yang secara umum menjadi penyebab kekerasan Ada sifat bawaan dalam sistem negara secara internasional Budaya kekerasan yang dominant Keyakinan bahwa kekerasan tidak bisa dihindari Empat variable kunci: rasa tidak aman, ketimpangan, kepentingan yang bersifat pribadi, persepsi
Tipe-tipe yang menonjol dari Kekerasan Kekerasan Langsung yang menggunakan kekuatan ( mis: senjata kimia, biologi, nuklir) oleh negara atau kelompok untuk mencapai tujuan mereka ( baik ideology, budaya, atau ekonomi maupun politik) Kekerasan Struktural yang berlangsung melalui kebijakan institusional dan praktek prosedural yang menciptakan ketidak adilan, peminggiran hingga mencederai orang.
Hubungan HAM dan Pengelolaan Konflik Pelanggaran HAM adalah gejala dan penyebab terjadinya kekerasan Pengabaian yang terus menerus atas HAM merupakan penyebab struktural kekerasan dengan intensitas yang tinggi Penghormatan institusional atas HAM dan akomodasi secara struktural atas keberagaman yang mendasar dari pengelolaan konflik
Proses Perdamaian Proses perdamaian merupakan serangkaian tindakan, pertemuan, aktivitas yang diambil oleh kelompok yang berkonflik dan orang di wilayah yang terkena imbasnya untuk menuju penyelesaian secara terbuka serta penerimaan secara social, ekonomi, politik dan akar-akar penyebab konflik yang melahirkan pertempuran.
Proses perdamaian yang efektif akan memperhitungkan dan menyentuh tujuh elemen: jender, generasi, politik, militer, ekonomi, budaya, social, nasional, batas-batas kewilayahan dan sumber daya alam.
Pendekatan dalam Pengelolaan / Resolusi Konflik Dialog atas dasar kepentingan dan kebutuhan Mediasi Resolusi Konflik secara Transformatif Rekonsiliasi Metode yang didasarkan kearifan lokal apabila hal tersebut tidak menjadi akar atau memperparah konflik
Tidak ada metode tunggal dalam mengatasi konflik, tetapi pendekatan dan metodologi yang digunakan semestinya Bermakna bagi orang atau partisipan yeng terlibat dan terkena imbas oleh konflik tersebut ( pendekatan mustinya tidak sekedar mengambil begitu saja dari komunitas atau negara lain dalam menyelesaikannya) Praktis dengan menyajikan perangkat efektif dan resources bagi orang yang bekerja dalam menyelesikan konflik secara konstruktif Partisipatoris dengan melibatkan orang-orang untuk mengambil peran sebagai agen, pengambil keputusan, pemandu dan pelaku dalam proses mentransformasikan konflik tersebut Berakar dari tradisi, budaya masyarakat setempat dan menampung kebutuhan yang mereka identifikasikan sendiri.
Intervensi Pihak Ketiga Menciptakan forum yang kredibel, ruang netral bagi dialog awal dan menjaga momentumnya. Mendefinisikan kembali posisi pihak-pihak yang terlibat dalam konflik berdasarkan interest dan kebutuhan mereka Bekerja dengan memperhatikan realitas politik dan bertindak dengan bantuan dan dukungan dari orang-orang yang dihormati dalam komunitas tersebut dan pemimpinnya.
Bekerja dalam konteks regional dan jangan terpaku pada persoalan-persoalan yang bersifat minor saja. Menjaga komunikasi dengan media yang membawa opini (baik local maupun internasional) Mendorong pemecahan masalah secara lokal (kearifan local) dari proses-proses yang ada.
Beberapa pengalaman dan proses yang digunakan di tingkat akar rumput untuk membantu pembangunan perdamaian. Pemetaan konflik Mengidentifikasi mengapa dan bagaimana konflik itu berlangsung Merefleksikan secara kritis kekuatan dan kelemahan metode intervensi untuk konflik secara spesifik
Pemetaan konflik Petakan semua actor, kelompok dan organisasi termasuk actor di semua tingkat yang terlibat, terpengaruh serta berperan di dalam konflik tersebut Petakan semua isu, tujuan dan interest setiap pihak; bagaimana anda memandang mereka dan bagaimana mereka memandang mereka sendiri Periksa jejaring hubungan antar item di atas, termasuk hubungan (a) antara para aktornya; (b) permasalahan dan (c) actor dengan issue lain yang berkembang
Dalam membuat pemetaan tersebut, perlu dieksplorasi lebih dalam sebanyak mungkin gagasan dan apa yang dilakukan oleh berbagai actor di setiap aras dalam mengusahakan perdamaian dan mentransformasikannya. Kita perlu melihat juga secara konkrit setiap usulan dalam mengembangkan cara atau stategi dan apa yang dibutuhkan untuk mengimplementasikannya. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari apa saja yang pernah dilakukan di wilayah tersebut dan belajar dari pengalaman di wilayah lain dalam menyelesaikannya.
Peran kelembagaan di tingkat lokal memiliki pengetahuan yang lebih mendalam mengenai isu dan permasalahan regional dan local, budaya serta hubungan mampu berfungsi dalam situasi yang kacau manakala pemerintah tidak dapat menjalankannya memiliki akses dan legitimimasi di tingkat akar rumput tidak membawa permasalahan /kepentingan dari pihak luar
Status dan Peran Perempuan di Wilayah Konflik Survival atas kebutuhan dasar Membangun kepercayaan dan dialog lintas komunitas Mengembangkan legitimasi melalui jaringan dan advokasi Melawan status quo Melawan impunitas Melibatkan perempuan dalam Pengambilan Keputusan Menggerakkan sumber dayanya untuk mendorong usaha perdamaian.
Prinsip dan Landasan Fokus pada penderitaan para korban (suara perempuan dan nasib anak-anak) Usahakan untuk mengintegrasikan kembali, bukannya memberi penghargaan kepada para penyerang Keluarga dan komunitas memainkan peran
Aktivitas yang Bisa Dilakukan dalam Membangun Perdamaian Mendorong terbangunnya visi yang sama dalam menghentikan kekerasan dan menyelesaikan konflik Memfasilitasi kelompok-kelompok perdamaian Mencatat sejarah lisan Menampilkan citra visual Menggunakan seni yang kreatif dalam memediasikan resolusi konflik Bekerja dengan remaja (khususnya remaja dari kedua belah pihak)