DISKUSI TOPIK RETINOPATI

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA
Advertisements

Ayudhia Kartika Monika Besti Yolanda Oktrian
Diskusi Topik Mata Tenang dan Visus Turun Mendadak
HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)
Hipertensi (Darah Tinggi)
JANTUNG.
PEMBULUH DARAH DAN TEKANAN DARAH
Diabetes Mellitus (DM)
Peredaran darah manusia
Diabetes Melitus Suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan.
FARMAKOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER
PENDAHULUAN Makula: penglihatan fokus / detail  membaca, menyetir.
PSSS 3 : Mata Tenang Visus Turun Perlahan
Gagal Jantung Akibat Obesitas Masalah kegemukan atau obesitas nyatanya tak hanya mencederai estetika bentuk tubuh, tapi juga sejumlah fungsi organ tubuh.
Beberapa Penyakit Metabolik
Penyakit Arteri Perifer
PSSS 3 Mata Tenang Visus Turun Perlahan
Diskusi Topik: ABLASIO RETINA
ANGINA PECTORIS.
Sistem Kardiovaskular dan Gizi
TUGAS AA “ PENYAKIT JANTUNG KORONER ( PJK ) “
Kelompok 1A: Inten Nurhasadina Nafa Maulidina Novita Amelia
KETOASIDOSIS DIABETIKUM
SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA
SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA
COLABORATIVE LEARNING
Presentasi Kasus: Retinopati Diabetik Proliferatif
Wahai Penggemar Makan Enak, Awasi Ginjalmu!
GANGGUAN PADA SISTEM PEREDARAN DARAH
LANJUTAN GANGGUAN SIRKULASI
XI – IPA 1 Penyakit Peredaran Darah Bunga Aprini Iskandar
PENYAKIT GINJAL Kelompok 10 : Nisatin Asila (D )
Irma Nur Amalia, S.kep.,Ners., M.Kep
PSSS 3 Mata Tenang Visus Turun Perlahan
Kehamilan disertai penyakit
Penyakit dan gangguan pada darah
Histologi FKG Unair Surabaya
STANDAR ASUHAN KEHAMILAN OLEH:ANISA SYOLIHIN NIM:140046
Penyakit Pembuluh Darah Perifer
Anatomi Pembuluh Darah
JANTUNG KORONER Tessa Ayu Koropit.
Anatomi Pembuluh Darah
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
PATOFISIOLOGY SEMESTER IV KE - 12.
FARMAKOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER
FARMAKOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER
Anatomi Pembuluh Darah
Askeb 1 Oleh : atikah mayang sari Nim :
Oleh : Anhari Raushanfikri Bagus Arlianto Putra Kevin Augusto Asyrafi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR
Assalamualaikum Kelompok 7 Ika Apriani Riza Sativa
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
ASSALAMMU’ALAIKUM WR. WB
Retinopathy of Prematurity
Kelainan pada sistem darah
HUBUNGAN PENYAKIT PERIODONTAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
Modul “Penurunan Ketajaman Penglihatan”
SEROSIS HEPATIS Ariana. D
ARTERI | VENA | KAPILER | TEKANAN DARAH |
SISTEM PEREDARAN DARAH
Askep klien VENTRIKEL SEPTAL DEFEK (VSD)
Drastya Amalia Nurul Ghina Qonita Kamila Anindita
Dr. Yusmardiati Apa itu TEKANAN DARAH TINGGI? Meningkatnya tekanan darah dalam jangka waktu lama dengan Tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg. Meningkatnya.
HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)
PENYAKIT DEGENERATIF. Apa itu PENYAKIT DEGENERATIF?  Merupakan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan.
Apa itu TEKANAN DARAH TINGGI? Meningkatnya tekanan darah dalam jangka waktu lama dengan Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. Meningkatnya tekanan darah.
Kehamilan di sertai penyakit rubella dan hepatitis
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
Hipertensi Geriatrik. Definisi Hipertensi didefinsikan sebagai kenaikan tekanan darah arterial. Pasien dengan nilai diastolic blood presure (DBP) 140.
Apa itu TEKANAN DARAH TINGGI? Meningkatnya tekanan darah dalam jangka waktu lama dengan Tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg. Meningkatnya tekanan darah.
Transcript presentasi:

DISKUSI TOPIK RETINOPATI Jeane Andini, 0906487846 Wahyu Permatasari, 0906639972

Fungsi Retina Retina merupakan suatu struktur yang kompleks. Fungsi  fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut)  menangkap cahaya  mengubah rangsangan cahaya menjadi menjadi impuls saraf  dilanjutkan ke saraf optik ke korteks visual. Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Sirkulasi retina Arterial system Arteri retina sentral: arteri akhir yang memasuki nervus opticus. Lapisan: Intima : lapisan paling dalam, satu lapis endotelium Internal elastic lamina: antara intima dan media Media: sebagian besar otot polos Adventitia : paling luar, jaringan ikat longgar Arteriol retina: berasal dari arteri retina sentral yang mengandung otot polos Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Venula besar: mengandung otot polos Kapiler: terdiri atas sel endotel dan perisit (autoregulasi sirkulasi mikrovaskular, kemampuasn kontraktilitas) Sistem vena : Venula kecil: memiliki struktur yg sama dengan kapiler namun lebih besar Venula besar: mengandung otot polos Vena: otot polos dan jaringan elastis Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

retinopati Retinopati  kelainan pada retina yang tidak disebabkan oleh radang. Dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain penyakit sistemik. Cotton wall patches  gambaran eksudat pada retina akibat penyumbatan arteri prepapil  terjadi daerah nonperfusi di dalam retina. Terdapat beberapa macam  retinopati diabetikum, retinopati hipertensi, retinopati prematuritas, retinopati anemia, dan lain-lain. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.

Retinopati diabetikum

Pendahuluan Retinopati diabetik merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada usia produktif di negara barat (20 – 65 tahun) Faktor resiko retinopati: Hiperglikemia kronik Hipertensi Hiperkolesterolemia Merokok nefropati Pasien dengan DM tipe I akan mengalami awitan penyakit 3-5 tahun. Untuk penderita DM tipe II dapat datang dengan sudah mengalami retinopati atau retinopati merupakan keluhan pasien. Perkembangan retinopati menjadi lebih cepat saat kehamilan. Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Skrining Kapan? Maksimal 3 tahun sejak diagnosis DM tipe I ditegakan, ketika didiagosis DM tipe II, dan setiap tahunnya. Pada wanita hamil dengan DM: trisemester pertama, diulang setiap 3 bulan sampai persalinan. Fotografi tujuh bidang merupakan gold-standard. Pilihan lain fotografi dua bidang 45 derajat (makula dan diskus) Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Patogenesis Kapilaropati : degenerasi dan kehilangan perisit, proliferasi sel endotel Perubahan haematologi : deformasi eritrosit dan pembentukan rouleaux, peningkatan agregasi platelet, peningkatan viskositas plasma Oklusi mikrovaskular : neovaskularisasi Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Klasifikasi Retinopati Diabetik Retinopati Nonproliferatif Mikroangiopati progresif  kerusakan/sumbatan pembuluh darah kecil Retinopati Proliferatif Neovaskularisasi Advanced Diabetic Eye Diseased Tractional retinal detachment Perdarahan vitreous yang persisten Neovaskular glaukoma Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Retinopati Nonproliferatif Merupakan suatu mikroangiopati progresif  kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah kecil. Kelainan awal : penebalan membran basal endotel dan berkurangnya jumlah perisit  terbentuknya kantung  mikroaneurisma. Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Mikroaneurisma Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Klasifikasi RD Non Proliferatif RDNP Ringan Mikroaneurisma RDNP Sedang Mikroanerisma luas Perdarahan intraretina (dot/blot) Cotton wool RDNP Berat Kelainan mikrovaskular intraretina (IRMA) Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Perdarahan Retina Anonymous. Diseases of the Retina. http://web1.ncoptometry.org/nonpro.aspx. 2012 [cited on March 18, 2013]. Anonymous. Vitreus and Retina. Available on: http://dro.hs.columbia.edu/fshem.htm. 2003. [cited on March 18, 2013].

Hard Eksudat Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Retinopati Proliferatif Pembentukan pembuluh-pembuluh darah baru  kebocoran protein serum Kelainan awal: pembuluh darah baru pada diskus optikus (NVD) atau bagian retina lainnya (NVE). Risiko tinggi: Neovaskularisasi pada diskus optikus yang meluas > 1/3 diameter diskus NVD disertai perdarahan vitereous NVE > ½ diameter diskus Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Retinopati Proliferatif Neovaskularisasi yang terbentuk berproliferasi ke permukaan posterior vitreous  rapuh  rusak  perdarahan viterous  penurunan penglihatan mendadak Neovaskularisasi  perubahan menjadi fibrosa  fibrovaskular rapat  traksi vitreoretina  ablasio retina Neovaskularisasi iris (rubeosis iris) Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Tatalaksana Pengendalian hiperglikemia, hipertensi, dan hiperkolesterolemia. Terdapat edema makula  focal laser (lesi setempat) atau grid laser (lesi setempat). Micropulse laser memberikan hasil sama efektif dengan jaringan parut lebih sedikit. Penyuntikan intravitreal triamcinolone atau anti-VEGF. Fotokoagulasi laser pan-retina (PRP)  menurunkan insidensi gangguan penglihatan. Pasien nonproliferatif berat dengan gula darah yang sulit dikrontrol Vitrektomi dilakukan segera pada perdarahan vitreous luas pasien DM tipe I, ablasio retina, Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93

Retinopati Hipertensi

pendahuluan Retinopati hipertensi  kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi. Dari penelitian epidemiologi sejak tahun 1990 didapatkan bahwa kelainan ini banyak ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Retinopati hipertensi  arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina dan perdarahan retina. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011. Levanita, S. Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008-Agustus 2010. [Skripsi]. Medan: Fakultas Kedokteran Sumatera Utara;2010.

patogenesis Peningkatan tekanan darah persisten Spasme pembuluh darah retina Peningkatan tekanan darah persisten Penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika media dan hialinisasi Spasme arteriol yang lebih berat, arteriovenous nicking, perubahan refleks cahaya Progresi sklerosis dan hialinisasi  copper wire  lebih lanjut: silver wire Dinding arteriol diinfiltrasi lemak & kolesterol  sklerosis Retinopati hipertensi Gambaran perdarahan dan eksudat (cotton wool patches)  pada makula  star figure

University of Maryland Medical Center. Hypertensive Retinopathy University of Maryland Medical Center. Hypertensive Retinopathy. Available from: http://www.umm.edu/patiented/articles/000576.htm. [cited on March18, 2013].

Klasifikasi menurut RSCM Tipe 1 Fundus hipertensi dengan retinopati (+/-), sklerosis (-), terdapat pada orang muda. Arteri menyempit dan pucat, arteri meregang dan percabangan tajam, perdarahan (+/-), eksudat (+/-) Tipe 2 Fundus hipertensi retinopati sklerosa senil (+/-), terdapat pada orang tua. Pembuluh darah tampak mengalami penyempitan, pelebaran dan sheating setempat. Perdarahan retina (+/-), edema papil (-). Tipe 3 Fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteriosklerosis, terdapat pada orang muda. Penyempitan arteri, kelokan bertambah fenomena crossing, perdarahan multipel, cotton wool patches, makula star figure. Tipe 4 Hipertensi yang progresif. Edema papil, cotton wool patches, hard eksudat, dan star figure exudate yang nyata. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.

Klasifikasi menurut Scheie Stadium I Terdapat penciutan setempat pada pembuluh darah kecil. Stadium II Penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, dengan kadang-kadang penciutan setempat sampai seperti benang, pembuluh darah arteri tegang, membentuk cabang keras. Stadium III Lanjutan stadium II, dengan eksudat cotton, dengan perdarahan yang terjadi akibat diastol di atas 120 mmHg, kadang-kadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan. Stadium IV Seperti stadium III dengan edema papil dengan eksudat star figure, disertai keluhan penglihatan menurun dengan tekanan diastol kira-kira 150 mmHg. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.

Diagnosis dan tatalaksana Diagnosis  anamnesis dan pemerisksaan fisik. Pemeriksaan penunjang funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan tonometri. Pemeriksaan laboratorium  menyingkirkan penyebab lain retinopati selain dari hipertensi. Tatalaksana  mengatasi hipertensi  perubahan gaya hidup dan kombinasi dengan terapi medikamentosa. Penurunan tekanan darah  diharapkan dapat mencegah perburukan yang disebabkan oleh kondisi iskemik yang dapat merusak nervus optikus. Levanita, S. Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008-Agustus 2010. [Skripsi]. Medan: Fakultas Kedokteran Sumatera Utara;2010. Theng Oh K. Ophthalmologic Manifestation of Hypertension. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1201779-overview. [cited on March 18, 2013].

Retinopati prematuritas

pendahuluan Retinopati prematuritas  suatu retinopati vasoproliferatif yang mengenai bayi prematur dan bayi berat lahir rendah yang terpapar oksigen konsentrasi tinggi. Vaskularisasi retina baru terbentuk pada usia empat bulan setelah gestasi. Vaskularisasi yang inkomplit sangat rentan terhadap kerusakan akibat oksigen. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology [ebook]. 17th Ed. USA: The McGrawHill Company; 2007. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

patogenesis Avaskular retina  memproduksi VEGF (Vascular Endothel Growth Factor) yang pada utero merupakan stimulus bagi migrasi pembuluh darah pada pembentukan retina. Kelahiran prematur  produksi VEGF akan ditekan oleh hiperoksia dan migrasi pembuluh darah terhenti  peningkatan kebutuhan metabolik pada mata yang tumbuh menyebabkan produksi VEGF yang berlebihan  komplikasi neovaskular dari retinopati prematuritas. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Deteksi dini Deteksi dini retinopati prematuritas  American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy of Ophthalmology (AAO) pada tahun 2006 merekomendasikan bahwa bayi dengan berat lahir < 1500 gram atau usia gestasi kurang dari 32 minggu, dengan atau tanpa terapi oksigen dan bayi dengan berat lahir 1500-2000 gram atau usia gestasi lebih dari 32 minggu dengan keadaan klinis yang tidak stabil dan membutuhkan alat penunjang paru-jantung. Rundjan L. Deteksi Dini dan Tatalaksana Retinopati pada Prematuritas. Available from: http://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=754&IDEdisi=70. [cited on March 18,2013]

tatalaksana Pada 80% kasus terjadi regresi spontan melalui proses involusi, atau oleh evolusi dari vasoproliferatif ke fase fibrosis yang meninggalkan sedikit residu. Tatalaksana  dengan laser fotokoagulasi, agen intravitreal anti-VEGF (bevacizumab), lens-sparing pars plana vitrectomy. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011

Terima Kasih 