DISKUSI KELOMPOK TERARAH (FOCUS GROUP DISCUSSION) Dr. Haris Budi Widodo
Teknik DKT atau Focus Group Discussion (FGD) dikembangkan justru oleh orang-orang pemasaran untuk bidang industri. Pada awalnya moderator dalam teknik ini sering terdiri atas klinisi sehingga fokus sering pada psikodinamika pembeli (Morgan, 1988). Seperti juga terapi kelompok, FGD dapat digunakan untuk mengungkapkan motivasi yang mendasari perilaku pembeli. Di bidang pemasaran DKT digunakan untuk mengumpulkan pendapat tentang suatu produk.
Prawitasari (1991) telah pula menggunakan pendekatan ini untuk mengumpulkan pendapat tentang diare, di antara dokter, paramedik di Puskesmas, dan ibu-ibu yang mempunyai balita. DKT sangat berguna untuk mengumpulkan data yang tidak dapat diperoleh melalui angket. DKT ini sangat bermanfaat untuk melihat kepercayaankepercayaan yang ada di balik pengobatan diare, baik yang dilakukan oleh paramedik, dokter, maupun ibu-ibu.
Arti Diskusi Kelompok Terarah (DKT) Ada beberapa istilah untuk DKT. Ada yang mengatakan sebagai wawancara kelompok (Morgan, 1988). Yang sering digunakan adalah kelompok terarah. Menurut Krueger (1988) kelompok terarah adalah suatu tipe kelompok tertentu dalam arti tujuan, besarnya, komposisinya, dan prosedurnya.
Tujuan kelompok ini adalah untuk mengumpulkan tentang pendapat suatu kelompok mengenai suatu hal. Dalam bidang pemasaran tentu yang akan dikumpulkan adalah pendapat konsumen tentang suatu produk. Motivasi-motivasi anggota konsumen untuk membeli produk tersebut dapat pula diketahui.
Kelompok terarah biasanya terdiri atas tujuh sampai sepuluh orang. Biasanya mereka tidak mengenal satu sama lain. Mereka diseleksi karena mempunyai karakteristik yang sama sehubungan dengan topik yang dibicarakan di dalam kelompok. Menurut Prawitasari, (1991) DKT dapat terdiri atas delapan sampai maksimal dua belas orang. Lebih dari dua belas anggota, kelompok akan tidak efektif karena perhatian pemandu terlalu menyebar.
Krueger (1988) mengatakan bahwa anggota kelompok biasanya tidak mengenal satu sama lainnya. Prawitasari (1991) tidak mempersoalkan hal itu karena masyarakat Indonesia biasanya mengelompok dan sulit untuk memilih anggota yang tidak mengenal satu sama lainnya. Yang penting sebetulnya dalam kelompok terarah adalah homogenitas anggota. Homogenitas bukan harus memperhatikan jenis kelamin. Dalam terapi kelompok anggota yang homogen akan memudahkan kepemimpinan terapis terutama terapis yang baru (Prawitasari, 1991).
Homogen di sini berarti bahwa kelompok terdiri atas sekelompok orang yang mempunyai karakteristik tertentu. Misalnya remaja, orang tua, wanita, pria, ibu-ibu, sama minatnya, setara sosial ekonominya, dapat merupakan karakteristik yang merupakan kriteria homogenitas dalam kelompok terarah.
Prawitasari (1991) dalam penelitiannya menggunakan sekelompok ibu-ibu Prawitasari (1991) dalam penelitiannya menggunakan sekelompok ibu-ibu. Ini jelas homogen. Selain itu sekelompok paramedik dan dokter terdiri atas pria dan wanita merupakan kelompok lainnya yang terlibat dalam penelitian tersebut. Jadi homogenitas tersebut lebih tergantung pada tujuan kelompok terarah.
Seperti juga metode pengumpulan pendapat lainnya, kelompok terarah juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut Steward dan Shamdasani (1990) kelebihan kelompok terarah meiliputi beberapa butir di bawah ini. Kelompok terarah memberikan data yang berasal dari sekelompok orang dengan lebih cepat dan lebih murah dibandingkan dengan wawancara individual satu per satu. Kelompok ini juga dapat dikumpulkan relatif lebih mudah dan cepat dibandingkan survei yang sistematis dan besar.
Dalam kelompok terarah peneliti dan responden dapat berinteraksi secara langsung. Ini memberikan kesempatan untuk menanyai kembali, memperoleh kejelasan, dan tindak lanjut pertanyaan terdahulu dibandingkan dengan metode kuesioner. Kelompok juga memberi kesempatan peneliti untuk mengamati komunikasi nonverbal seperti ekspresi wajah, postur, gestur, maupun nada suara responden dalam menyampaikan pendapatnya. Komunikasi nonverbal ini penting karena itu memberikan informasi yang banyak tentang keadaan psikologis responden. Sering terjadi kesenjangan antara apa yang dikatakan dengan apa yang diungkapkannya secara nonverbal. Kepekaan ini penting bagi peneliti dalam kelompok terarah.
Format terbuka dalam kelompok terarah memberikan kesempatan untuk memperoleh data yang banyak dan kaya dalam kalimat-kalimat responden sendiri. Peneliti dapat memperoleh arti yang dalam, membuat hubungan antara satu pernyataan dengan pernyataan lainnya, dan menemukan nuansa samar-samar antara ekspresi dan arti.
Kelompok terarah memberikan kesempatan responden untuk mengemukakan pendapatnya setelah mendengar pendapat orang lain dalam kelompok. Hal ini tidak mungkin terjadi dalam wawancara individual. Kelompok terarah sangat lentur. Kelompok dapat digunakan untuk menguji berbagai macam topik dengan berbagai macam individu dan berbagai macam tempat.
Kelompok terarah merupakan salah satu alat yang tidak ada duanya untuk memperoleh data dari sekelompok anak-anak sampai pada individu yang buta huruf Hasil kelompok terarah mudah dimengerti. Peneliti dan pengambil keputusan dapat dengan cepat mengerti respon verbal responden. Hal ini tidak mungkin diperoleh dari instrumen lain yang mungkin membutuhkan analisis statistik yang rumit.
Selain kelebihan, Steward dan Shamdasani (1990) juga menyebutkan adanya keterbatasan kelompok terarah. Kedua ahli ini mengingatkan bahwa kelompok terarah bukan merupakan obat mujarab bagi setiap kebutuhan penelitian. Keterbatasan tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Kelemahannya: dibutuhkannya pemandu yang mempunyai keterampilan dalam interaksi sosial. Ia perlu mempunyai karakteristik tertentu seperti syarat pemimpin yang baik dalam terapi kelompok (Prawitasari, 1991).
Syarat tersebut antara lain adalah penerimaan tanpa penilaian, empati, kepekaan terhadap komunikasi nonverbal, tegas tetapi halus dalam memotong anggota yang sangat dominan, mendorong anggota yang pasif untuk memberikan pendapatnya, mengarahkan diskusi pada topik yang telah ditentukan sebelumnya. Syarat pemandu yang baik ini perlu dipenuhi untuk memperoleh data yang optimal.
Proses DKT Proses melakukan DKT meliputi persiapan, pelaksanaan, dan penyajian data. Persiapan DKT yang pokok meliputi tersedianya pemandu yang terampil. Tanpa pemandu yang baik kelompok terarah tidak akan memperoleh data yang diharapkan. Menurut Hardon, BrudonJakobowicz, dan Reeler (1992) moderator tidak perlu mempunyai kualifikasi akademik tinggi, tetapi ia harus mengetahui tujuan diskusi, dan mempunyai keterampilan komunikasi.
Keterampilan tersebut meliputi: mendorong semua partisipan untuk berdiskusi; memberikan stimulasi diskusi antara partisipan, terutama bila informasi baru diberikan, atau perspektif yang berbeda dikemukakan, membimbing kelompok dari topik satu ke topik lainnya. Pemandu juga tidak boleh menyatakan pendapatnya sendiri; tidak boleh bertindak sebagai seorang ahli, tetapi tetap mengendalikan jalannya diskusi.
Selain pemandu yang terampil tempat untuk diskusi juga harus ditentukan. Yang penting tempat tersebut netral. Artinya diskusi tidak dilaksanakan di Puskesmas bila topik yang akan dibahas adalah mengenai perlakuan petugas kesehatan terhadap pasien. Prawitasari (1991) melakukan kelompok terarah di sebuah restoran.
Persiapan lainnya meliputi pemilihan kelompok Persiapan lainnya meliputi pemilihan kelompok. Yang penting di sini adalah kelompok sebaiknya homogen. Misalnya kelompok umur, status sosial ekonomi, perlu sama untuk menghindari hirarkhi. Apabila tejadi kesenjangan hirarkhi dapat memungkinkan terjadinya pengaruh dari orang yang berstatus lebih tinggi. Selain anggota yang harus dipersiapkan lagi adalah topik yang akan dibahas dalam kelompok berikut tujuannya. Untuk itu perlu dibuat pedoman pemandu.
Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan beberapa hal Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan beberapa hal. Salah satunya adalah bahwa pemandu sudah harus berada di tempat sebelum kelompok dimulai. Setelah kelompok terkumpul, diskusi dapat dimulai dengan perkenalan. Di dalam perkenalan pemandu memperkenalkan diri berikut mengemukakan tujuan diadakannya diskusi. Setelah semua memperkenalkan diri, diskusi dapat dimulai.
Selama diskusi berlangsung sebaiknya ada pengamat yang dapat mengamati dan mencatat jalannya diskusi, terutama komunikasi nonverbal perlu dicermati. Selain itu supaya lengkap diskusi biasanya direkam. Untuk itu perlu ditanyakan persetujuan anggota untuk perekaman diskusi.
Hasil diskusi kelompok terarah dapat disajikan dalam berbagai cara bergantung pada tujuan DKT. Pertama kali yang perlu dilakukan adalah membuat transkrip verbatim (kata per kata yang diucapkan oleh responden) jalannya diskusi. Ini merupakan prosedur yang membutuhkan ketelatenan.
Berdasarkan rekaman pemandu, pengamat, ataupun orang lain yang ditugasi, dapat membuat transkrip. Selain transkrip ataupun ringkasan, dapat pula dilakukan pemotongan dan penambalan. Dalam cara ini peneliti memotong isi diskusi yang relevan dengan tujuan penelitian. Juga dapat dilakukan pemberian kode untuk tiap-tiap topik berikut isi diskusinya. Kemudian yang dapat dilakukan lagi adalah analisis isi.
Penyajian data dapat berupa ringkasan hasil diskusi Penyajian data dapat berupa ringkasan hasil diskusi. Dapat pula penyajian berupa kutipan-kutipan verbatim yang dikemukakan oleh anggota diskusi untuk menguatkan suatu pernyataan yang disimpulkan oleh peneliti. Seperti pada penelitian kualitatif lainnya, penyajian hasil DKT juga perlu disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Prawitasari (1991) menggunakan tabel penyajian hasil diskusi untuk memudahkan pembaca. Hanya saja cara ini banyak ditentang oleh peneliti yang murni menggunakan metode kualitatif. Biasanya hasil DKT dapat disajikan berupa narasi.
PETUNJUK PELAKSANAAN DISKUSI KELOMPOK TERARAH (DKT)
Gambaran Umum Metode DKT DKT adalah suatu metode kualitatif untuk mengumpulkan pendapat sekelompok orang yang mempunyai ciri-ciri sama. Jumlah peserta diskusi biasanya 6 sampai 12 orang. Mereka diminta, untuk mendiskusikan suatu topik dengan bantuan pemandu. Metode ini sangat tepat digunakan untuk mengungkapkan sikap, keyakinan, maupun motivasi dalam perilakunya terhadap suatu topik atau isyu yang sedang didiskusikan. Dengan kata lain metode ini dapat digunakan untuk menerangkan "bagaimana" dan "mengapa" perilaku tadi muncul terutama dalam topik atau isyu yang sedang didiskusikan.
Ciri-ciri yang sama pada peserta dapat meliputi umur (semua peserta dewasa, remaja, atau lanjut usia), jenis kelamin (pria saja atau wanita saja), status sosial-ekonomi (golongan bawah, menengah atau atas). Peserta dapat pula berciri suatu peran misalnya petugas Puskesmas, kader sehat, pasien yang berasal dari masyarakat dengan situasi geografis yang sama.
DKT dilakukan dalam suasana santai supaya peserta merasa nyaman, sehingga mereka mau mengungkapkan pendapatnya apa adanya tanpa takut memperoleh tekanan tertentu. Dengan pemandu yang terampil suasana ini akan terciptakan dengan cepat. Untuk itu pemandu perlu dilatih supaya terampil dalam memandu diskusi. Pemandu biasanya mempunyai pedoman dalam melaksanakan DKT. Pedoman biasanya dibuat sebelum diskusi dilakukan. Diskusi dapat dilakukan dengan kelompok lain yang berciri sama untuk memperoleh gambaran yang tepat dan ajeg. Tiap pertemuan biasanya berlangsung antara 60 sampai 90 menit.
Menentukan Topik Diskusi Langkah pertama yang harus diambil adalah permasalahan yang ada di masyarakat. Formulasi permasalahan penting untuk menentukan cara, pemecahannya, informasi yang ingin diperoleh, dan untuk tujuan apa. Setelah itu dapat ditentukan siapa yang akan menjadi sumber informasi.
Contoh dalam penerapan metode DKT masalah yang akan diutamakan adalah pelibatan masyarakat dalam peningkatan perilaku sehatnya. Untuk itu sumber informasi adalah masyarakat yang menjadi pasien di masing-masing Puskesmas. Topik yang akan dibahas adalah bagaimana melibatkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu dibahas lebih lanjut keinginan maupun kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan perilaku sehatnya.
Personel Dalam menerapkan metode DKT selain pemandu juga dibutuhkan pengamat dan pencatat jalannya diskusi. Pemandu akan memandu jalannya diskusi. Pengamat dan pencatat akan mencatat jawaban peserta mengenai topik yang sedang didiskusikan. Idealnya diskusi direkam, tetapi belum tentu tersedia alat rekaman.
Untuk mengatasi hal itu pengamat dan pencatat menulis singkatan atau inti jawaban masing-masing peserta. Jawaban tidak harus persis sama dengan apa yang diucapkan peserta. Yang penting pencatat tidak mengartikan sendiri ucapan peserta tetapi mencatat apa adanya. Pengamat, pencatat, dan pemandu nantinya akan merangkum jalannya diskusi.
Keterampilan Pemandu Pemandu diharapkan terampil di dalam memandu diskusi. Untuk itu pemandu harus menguasai beberapa ketrampilan berikut: Ketrampilan Memimpin. Peran pemandu adalah mengarahkan diskusi tetapi tidak mengambil alih peran peserta. Ia akan mengembalikan topik pembicaraan bila diskusi melenceng ke arah lain. Pendapat pribadi pemandu tidak boleh dikemukakan. Ia tidak boleh banyak bicara selain mengarahkan jalannya diskusi dan mendorong peserta yang pasif dan memotong dengan halus peserta yang terlalu dominan. Suara sebaiknya tenang, hangat, dan jelas. Sikap tubuhnya juga terbuka. Suara yang terlalu keras mungkin akan membuat peserta takut. Sikap tubuh yang tertutup seperti bersedekap akan membuat peserta merasa ditolak.
Memulai Diskusi. Pemandu memperkenalkan topik diskusi tanpa banyak berkotbah tenting topik tersebut. Ia harus mengenal masalah, supaya ia dapat menjawab pertanyaan dengan seksama. Sedikit humor penting dikemukakan supaya peserta tidak tegang. Memberi Semangat. Pemandu harus mengamati peserta dan menyadari peran serta dan reaksinya. Semua peserta harus diberi kesempatan yang sama selama diskusi. Ia perlu memberikan semangat dan dorongan bagi peserta yang pasif. Jangan biarkan beberapa peserta saja yang mendominasi diskusi.
Mendengarkan Aktif. Pemandu harus mendengarkan dengan cermat supaya diskusi dapat berjalan lancar. Ia akan dapat menyambung pembicaraan dengan cepat dantepat melalui mendengarkan dengan aktif Ia perlu menjaga supaya, diskusi tidak menjadi acara tanya jawab. Biarkan peserta aktif membicarakan topik yang sedang didiskusikan. Pemandu perlu tiap kali meringkas apa yang telah didiskusikan, sehingga, peserta dan pemandu sendiri ingat apa yang telah dibicarakan sebelumnya.
Membangun Hubungan. Percaya diri dan kepercayaan peserta terhadap pemandu sangat penting. Pemandu yang kurang yakin akan kemampuannya memimpin akan terlihat ragu-ragu dalam pembicaraan dan pengarahannya. Perhatian penuh terhadap pembicaraan peserta dapat diungkapkan melalui ringkasan pemandu yang dilakukan dengan tepat sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan. Kepercayaan peserta bahwa pemandu aktif mendengarkan dan mengarahkan akan menimbulkan hubungan yang balk antara, keduanya.
Mempertahankan Kelenturan Mempertahankan Kelenturan. Kelenturan dalam memandu penting diperhatikan pemandu. Ia perlu meperhatikan usul, perubahan, ataupun interupsi selama diskusi berlangsung. Pemandu perlu siap untuk mengubah gays memandu bila situasi menuntut demildan. Kadangkala ia, perlu tegas, kadang lembut. Kadangkala ia aktif mendorong semangat peserta, kadang ia membiarkan peserta, menentukan sendiri jalannya diskusi. Mengamati Komunikasi Nonverbal. Ekspresi wajah, gerak tangan, tubuh, dan nada, suara perlu diperhatikan baik-baik karena komunikasi nonverbal ini berisi informasi yang lebih mendalam tentang keadaan di dalam diri peserta. Pemandu perlu menanggapi peserta dengan tepat yaitu memerhatikan baik-baik komunikasi nonverbalnya. Kesenjangan antara apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan menunjukkan bahwa ada, sesuatu yang dialami peserta. Ia mengatakan bahwa, ia senang berada di kelompok tetapi wajahnya kecut atau memalingkan wajah bila peserta, lain bicara.
Tugas Pengamat Pengamat bertugas mengamati jalannya diskusi dan mencatat jawaban tiap-tiap peserta. la, perlu menggambarkan tempat tiap peserta dengan nama-namanya. Ia harus mencatat siapa mengatakan apa. Catalan lain yang sebaiknya dilakukan pengamat atau pencatat adalah sebagai berikut: Identifikasi kelompok yang berdiskusi. Tanggal pertemuan. Waktu pertemuan dari awal sampai akhir. Nama masyarakat termasuk lokasi dan uraian singkat tentang ciri-ciri masyarakat. Jumlah peserta dan karakteristik pribadi peserta. Dinamika kelompok yang meliputi uraian umum, tingkat partisipasi, peserta pasif, tingkat ketertarikan terhadap kelompok, kejemuan, kecemasan. Interupsi yang mungkin muncul selama diskusi. Kesan-kesan pribadi pengamat atau pencatat. Istilah-istilah yang mungkin muncul selama diskusi berlangsung tentang suatu topik. Diagram susunan duduk kelompok dalam lingkaran dan pemandu di tengah-tengah kelompok bukan di ujung meja.
Pedoman Pemandu Susunan pertanyaan adalah sebagai berikut: Pertanyaan umum harus ditulis lebih dulu karena ini penting untuk membuka diskusi dan membuat peserta mengungkapkan persepsi dan sikap umumnya. Urutan pertanyaan dari umum ke khusus. Pertanyaan khusus dibuat untuk mengungkapkan informasi penting dan menunjukkan perasaan ddan sikap peserta terhadap topik yang sedang dibicarakan.
Pertanyaan yang bersifat menggali dirancang untuk mengungkapkan lebih dalam informasi atau memperoleh kejelasan terhadap pernyataan maupun jawaban peserta sebelumnya.
Kata-kata dalam tiap pertanyaan harus jelas Kata-kata dalam tiap pertanyaan harus jelas. Untuk itu tulis pertanyaan dengan bahasa yang sederhana dalam kalimat yang pendek-pendek saja. Kata yang akan memojokkan orang dilarang untuk digunakan. Misalnya pertanyaan: "Anda sudah tahu kalau rumah pengap itu tidak sehat, mengapa Anda tidak membuat lebih banyak jendela", jelas akan membuat peserta malu dan mungkin marah. Pertanyaan sebaiknya terbuka, bukan pertanyaan dengan jawaban "ya" dan "tidak". MisaInya pertanyaan sebaiknya: "Kemukakan pendapat Anda tentang pelayanan Puskesmas kita, hal-hal apa saja yang mendukung pendapat Anda tersebut."
Tidak ada pedoman khusus untuk jumlah pertanyaan Tidak ada pedoman khusus untuk jumlah pertanyaan. Yang penting diingat adalah berapa jumlah peserta dan waktu yang akan digunakan untuk diskusi. Gunakan pedoman waktu satu jam untuk pertanyaan mengenai topik yang akan didiskusikan. Waktu setengah jam lainnya digunakan untuk perkenalan dan rangkuman diskusi.
Hasil DKT Pemandu beserta pengamat atau pencatat merangkum hasil diskusi. Jawaban peserta tidak harus ditulis kata per kata tetapi cukup diringkas sesuai dengan tiap pertanyaan yang diajukan. Hasil diskusi ditulis dalam butir-butir penting yang terangkum selama diskusi berjalan. Rangkuman ini cukup ditulis dalam satu atau dua halaman saja. Apabila ada pernyataan-pernyataan khusus yang diungkapkan oleh peserta dan ini penting sebagai masukan, sebaiknya pernyataan tersebut digaris bawahi. Juga istilah-istilah khusus peserta perlu ditulis apa adanya seperti yang diungkapkan peserta. lni dibutuhkan untuk validasi pengumpulan pendapat melalui metode DKT.