PENYIMPANGAN PERILAKU YANG MEMBAHAYAKAN ORANG LAIN

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KDRT Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Advertisements

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sebagai Salah Satu Bentuk Penyimpangan Sosial
MATERI (10) STRATIFIKASI SOSIAL
Keluarga Inti
KEKUASAAN DI DALAM KELUARGA
Telaah Kritis Menuju Kehidupan
Perilaku Menyimpang (SOS 311)
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Teori Labeling Para penganut Teori Labeling memandang para kriminal bukan sebagai orang yang bersifat jahat yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan yang.
Isyu-isyu penting dalam teori Kepribadian.
Perilaku Menyimpang (SOS 311) Semester genap 2011/2012
PSIKOLOGI dalam PERADILAN DIBUAT DAN DIPRESENTASIKAN DALAM PENDIDIKAN & PELATIHAN CALON HAKIM, TA 2005, Kampus Pengayoman Gandul.
TEORI PERILAKU MENYIMPANG KONTEMPORER (Teori Labeling & Konflik)
Teori Komunikasi Organisasi
TEORI PERILAKU MENYIMPANG KONTEMPORER: TEORI ANOMI
Penanganan korban dalam Kasus-Kasus Pilihan oleh LPSK
sexualitas&gender-joycecs
Tema dan Perspektif Sosiologi
Pengertian Sex dan Gender
BAHASA DAN BUDAYA Bahasa memungkinkan manusia untuk menyampaikan budaya dari satu budaya ke budaya lainnya. Setiap interaksi komunikasi antarbudaya paling.
PENYESUAIAN DIRI DALAM PERKAWINAN
Etika & Perilaku Organisasi
PERILAKU MENYIMPANG SEBAGAI KAJIAN MULTI DISIPLIN
URBANISASI DAN PENYIMPANGAN PERILAKU
Pengertian PERDAGANGAN (TRAFFICKING) PEREMPUAN dan ANAK
PERILAKU MENYIMPANG: SUBKULTUR MENYIMPANG
MENGELOLA PERBEDAAN “MENUMBUHKAN POTENSI SETIAP KARYAWAN”
KONFLIK PADA DUNIA KERJA
Pertemuan 3 Charisma Ayu Pramuditha, B. Tech Mgt, MHRM
Pembentukan Sikap Dan Tingkah Laku
BAB 06 PERILAKU MENYIMPANG
PERSPEKTIF SOSIOLOGI BAHASAN 2. Secara garis besar tema yang dapat dikategorikan ke dlm perspektif Sosiologi: 1. Stratifikasi sosial 2. Gender dan jenis.
KRIMINALITAS Kriminalitas atau kejahatan bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir,warisan) juga bukan merupakan warisan biologis.
PENYIMPANGAN SEKSUAL DAN KEJAHATAN SEKSUAL
PERILAKU MENYIMPANG DAN MASALAH SOSIAL
KONFORMITAS dan PERILAKU MENYIMPANG
Penyimpangan Sosial By Amalia Husnayaini
Pendidikan Kewarganegaraan
Teori – Teori Sosial Pip, Jones (2009).
PERTEMUAN 7 (OCT, 15TH, Yeni Widyastuti)
CULTURAL DEVIANCE THEORIES (TEORI-TEORI PENYIMPANGAN BUDAYA)
Manajemen Strategi: Pengantar
Misi Perusahaan Tanggung Jawab Sosial & Etika ( Bab 2,3 )
SOSIOLOGI DESAIN TIU: Setelah mengikuti Mata Kuliah Sosiologi Desain, mahasiswa mengerti tentang proses pemikiran dan perwujudan hasil karya yang terkait.
PERLINDUNGAN ANAK DARI KEKERASAN SEXUAL Dra
PERILAKU INDIVIDU Program Studi Sistem Informasi
Perbedaan Individu (Pertemuan ke-4)
Wanita dan Hukum Seks dan Gender.
MANFAAT KRIMINOLOGI DAN VIKTIMOLOGI BAGI HUKUM PIDANA
Perkembangan Sosioemosional masa kanak-kanak akhir (Usia Sekolah)
LP WANITA DAN PERMASALAHANNYA
BUDAYA POLITIK DI I N D O N E S I A
PASAR KONSUMEN dan Perilaku Pembelian Konsumen
Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi
PERILAKU MENYIMPANG DAN MASALAH SOSIAL
SIKAP DAN TINGKAH LAKU. TINGKAH LAKU MANUSIA DAN LINGKUNGAN SOSIAL (HUMAN BEHAVIOR AND SOCIAL ENVIRONMENT)
SMP Kelas 3 Semester 1 BAB V
Agoes Dariyo, M.Si, Psi Fak. Psikologi UEU
SOSIALISASI
DASAR-DASAR PRILAKU KELOMPOK
Konsep Pemidanaan Anak Dalam RKUHP
BAB 06 PERILAKU MENYIMPANG
KONFLIK SOSIAL Tondi Hasan, S.Sos.
STIKES ABI SURABAYA KONSEP BERUBAH.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.  KDRT adalah salah satu bentuk kekerasan berdasar asumsi yang bias gender tentang relasi laki-laki dan perempuan,  KDRT.
Teori – Teori Sosial Pip, Jones (2009).
Konsep gender Dalam kesehatan Reproduksi perempuan
Sejarah Perjuangan HAM Di Indonesia
URBANISASI DAN PENYIMPANGAN PERILAKU
Transcript presentasi:

PENYIMPANGAN PERILAKU YANG MEMBAHAYAKAN ORANG LAIN SOSIOLOGI PERILAKU MENYIMPANG DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITASAIRLANGGA http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/

Penyimpangan perilaku yang terkategori sebagai tindakan yang membahayakan orang lain cenderung disebut sebagai kejahatan Seseorang atau sekelompok orang dianggap telah melakukan kejahatan atau berbuat kriminal ketika secara hukum mereka dianggap telah melakukan pelanggaran terhadap hak hidup manusia dan sudah barang tentu melanggar hukum formal

Penjahat Klasifikasi penjahat berdasarkan jenis kejahatannya dapat dilakukan dengan cara membedakannya berdasarkan sistem perilaku (behavioral system), artinya pembedaan itu dilakukan berdasarkan perluasan kejahatan yang dilakukannya, sehingga kejahatan itu akhirnya dijadikan sebagai karir bagi dirinya. Secara sosiologis pengertian karier berkaitan dengan tindakan atau aktivitas yang terus menerus dilakukan, dan menjadi pola serta bagian dari pengembangan diri individu Karier menjadi penjahat berbeda dengan karier sebagai penyimpang yang nonkriminal. Perbedaan itu dapat ditelusuri dari norma-norma yang dianut atau diyakininya dan bagaimana ia memandang perilaku yang dianggap sebagai kejahatan

Karir kriminal melibatkan peran keteraturan hidup yang dibangun di seputar aktivitas kejahatan, yaitu: Berusaha mengidentifikasi dirinya dengan kejahatan atau penjahat Memiliki komitmen terhadap kejahatan sebagai suatu aktivitas atau bagian dari peran sosial Memiliki hubungan yang luas dengan aktivitas kejahatan dan penjahat lain Mempelajari keahlian dalam kejahatan termasuk pengenalan teknik-teknik kejahatan yang lebih kompleks dan tindakan kejahatan yang lebih rumit

Semakin baik seseorang mengenali kejahatan, semakin sering ia melakukan kejahatan Semakin baik ia melakukan kejahatan maka ia akan mengkonsepkan dirinya sebagai seorang penjahat Karier non-kriminal tidak mempunyai identifikasi atau komitmen seperti itu, tidak mempunyai konsep diri sebagai penjahat dan tidak mempunyai kemajuan dalam teknik atau tindakan kejahatan Kebanyakan pelaku kejahatan kekerasan pribadi adalah pelaku kejahatan non karier atau penjahat penyimpangan primer Sementara pelaku kejahatan properti atau harta benda, kebanyakan adalah pelaku karier atau penjahat penyimpangan sekunder

Bentuk-bentuk Kejahatan Nonkarir Penyerangan Pembunuhan Perkosaan

Karakteristik Pelaku Pembunuhan dan Penyerangan Semua kejahatan terhadap pribadi seseorang umumnya menggunakan kekerasan dalam mencapai sasarannya, baik dalam bentuk ungkapan verbal, perkelahian atau sexual intercourse Pelaku umumnya tidak memiliki karier penjahat dalam kejahatan jenis ini. Perilaku kejahatan jenis ini nampaknya tidak terpikirkan sebelumnya dalam hidup mereka Kebanyakan kejahatan pembunuhan dimulai dengan penyerangan yang mematikan.

Pembunuhan bukan hanya perilaku individu Ia cenderung terpola dalam masyarakat dalam berbagai cara Tingkat pembunuhan cenderung tinggi di satu kelompok daripada kelompok lainnya pada waktu2 ttt dan pada situasi2 ttt Pembunuhan sebagai cara penyelesaian konflik antarpribadi berbeda2 menurut waktu, wilayah dan daerah setempat, ras, kelas sosial dan umur. Penggunaan kekerasan untuk memenangkan perselisihan yang sering berakhir dalam penyerangan dan pembunuhan (terjadi di Eropa beberapa abad lalu)

Di Sardinia, penggunaan kekerasan khususnya pembunuhan diatur dalam seperangkat norma atau seperangkat kode etik yang bertentangan dengan dengan Hukum Pidana di Italia Norma dan kode etik itu dipelajari dan secara sosial ditegakkan oleh sekelompok orang Tingginya tingkat pembunuhan berhubungan dengan gaya hidup kumuh, dimana penggunaan kekerasan disetujui sebagai cara penyelesaian perselisihan Kejahatan kekerasan lebih banyak terjadi di kelas sosial bawah (McClintock, 1963: 131-132 dalam Siahaan, 2010)

Pembunuhan juga terjadi di berbagai macam kelas sosial. Studi tentang pembunuhan pada masyarakat kelas menengah dan atas menemukan bahwa polanya berbeda dengan yang ditemukan pada kelas bawah Di kelas menengah dan atas, pembunuhan cenderung direncanakan oleh pelakunya dan tidak ada keterlibatan alkohol pada kasus2 tsb (Green and Wakefield, 1979 dalam Siahaan, 2010) Sementara hasil penelitian Wolfgang (1958) pada kelas bawah di Philadelphia menemukan dua pertiga kasus pembunuhan disertai dengan penggunaan alkohol

Kejahatan kekerasan terhadap pribadi di perkotaan umumnya lebih tinggi dilakukan oleh kalangan anak muda Kebanyakan korban dan pelakunya dalam usia muda antara 15 – 24 tahun Orang cenderung menyerang dan membunuh orang lain yang mempunyai umur, jenis kelamin, ras dan kondisi sosial yang sama dengannya

Kekerasan adalah suatu bentuk interaksi, maka kondisi yang kondusif bagi interaksi sosial juga kondusif bagi timbulnya kekerasan terhadap pribadi Misalnya, pembunuhan dan penyerangan lebih banyak terjadi pada akhir minggu daripada hari-hari lainnya

Kekerasan dalam Pembunuhan/Penyerangan Analisis terhadap tindak kekerasan dapat ditelusuri dari relasi antara pelaku kekerasan itu sendiri dengan para korbannya. Kekerasan seringkali dilakukan sebagai upaya untuk melakukan penguasaan atau untuk mendapatkan kembali posisi yang lebih berkuasa atau orang atau pihak lain (Hepburn, 1973 dalam Siahaan, 2010)

Wofgang dan Faracutti (1982) : populasi ttt, misalnya kelas sosial atau kelompok etnik ttt mempunyai sikap menerima thd penggunaan kekerasan. Sikap ini diatur dalam sekumpulan norma yang diwariskan Dukungan terhadap suatu kebudayaan kekerasan dapat disimpulkan dari tingkat kekerasan yang terjadi di dalam kelompok.

Orang yang mendukung norma kekerasan akan lebih mudah menterjemahkan situasi ttt yang membutuhkan penggunaan kekerasan

Fenomena Perkosaan Tidak ada pemerkosa yang tipikal Perkosaan dapat terjadi dalam beragam situasi yang berbeda Pelaku perkosaan adalah orang yang tidak kenal dan juga orang yang dikenal oleh korban (dan terjadi di tempat2 yang dikendalikan oleh orang yang dikenal korbannya) Seperti pembunuhan, perkosaan paksa adalah perilaku kejahatan interasial (dalam ras yang sama), yang melibatkan pelaku dan korban dari ras yang sama (Randall dan Rose, 1984 dalam Siahaan, 2010) Korban perkosaan mengenal pelaku dengan baik Kebanyakan pelaku tidak mempunyai catatan kriminal perkosaan Bentuk perkosaan yang perlu diwaspadai adalah date rape

Perkosaan: Representasi Politik Kekuasaan Pergerakan perempuan menyetarakan perkosaan dengan kejahatan lainnya Banyak ahli mengatakan bahwa perkosaan paksa adalah perilaku politik Mereka menganggap perkosaan adalah pemaksaan kekuasaan suatu kelompok (laki-laki) kepada kelompok lain (perempuan) Dalam konteks ini, perkosaan digambarkan sebagai perilaku untuk mengontrol dan memastikan kelanjutan penekanan terhadap perempuan dan berlangsungnya dominasi masyarakat laki-laki

Hukum mengambil alih apa yang dikenal dengan pendekatan paternalistik terhadap perempuan Perempuan dipandang sebagai pihak yang membutuhkan perlindungan dan tempat berlindung dari berbagai kenyataan hidup yang membahayakan Berbagai perubahan hukum telah terjadi seiring dengan semakin sensitifnya penanganan masalah perkosaan Penanganan kasus perkosaan sebelumnya lebih banyak menginterogasi korban, dewasa ini cara penanganannya dilakukan oleh polisi perempuan dengan cara-cara yang simpatik dan sikap empati

Teori Perkosaan Pendekatan psikologis dan psikiatris terhadap perkosaan menjelaskan perilaku pemerkosa sebagai adanya faktor agresi tersembunyi dalam dirinya. Ada pula yang mencoba menggabungkan pendekatan perilaku kekerasan yang dipelajari dengan dorongan situasional yang menghasilkan suatu perkosaan (Gibson, Linden, dan Johnson, 1980 dalam Siahaan, 2011) Teori-teori masih diperdebatkan karena perubahan peran seksual, pengaruh latar belakang keluarga dan harapan dalam hubungan perkosaan masih kabur

Teori yang banyak diterima untk menjelaskan perkosaan adalah teori subkebudayaan kekerasan (amir, 1971 dalam Siahaan, 2010) Teori ini merupakan penjelasan terhadap pembunuhan dan penyerangan, tetapi dapat diaplikasikan terhadap perkosaan Pelaku umumnya memiliki karakteristik yang mirip dengan para pelaku pembunuhan atau penyerangan, misalnya berusia muda, berkulit hitam dan berasal dari kelas bawah di pusat kota (diidentifikasi oleh Wolfgang and Faracuti (1982) dalam subkebudayaan menyimpang)

Pola-pola subkebudayaan menentukan frekuensi terjadinya kejahatan kekerasan Penyebaran kekerasan tsb bervariasi dalam lingkungan bertetangga di kota-kota dan kelas sosial, pekerjaan, jenis kelamin, ras dan umur Variasi ini menggambarkan subkebudayaan kekerasan atau sistem norma kelompok (Wolfgang dan Faracutti, 1982) : populasi ttt, misalnya kelas sosial atau kelompok etnik ttt mempunyai sikap menerima terhadap penggunaan kekerasan Sikap ini diatur dalam sekumpulan norma yang diwariskan secara budaya Dukungan thd suatu kebudayaan kekerasan dapat disimpulkan dari tingkat kekerasan yg terjadi dlm kelompok

Larry Barons dan Murray A Larry Barons dan Murray A. Straus dalam tulisannya Anticipated Reactions to Deviance in a South American City memaparkan 4 kelompok teori berkaitan dengan perkosaan: Ketidakadilan gender Pornografi Nilai budaya yang berlebihan Disorganisasi sosial

Reaksi Masyarakat pada Kejahatan Pribadi Secara sosiologis, kejahatan pembunuhan adalah yang paling berat mendapatkan sanksi atau reaksi dari masyarakat Biasanya para pelaku tidak meneruskan kariernya sebagai pembunuh dan jarang sekali terdapat peningkatan residivisme jenis pembunuhan Pelaku penyerangan sewaktu-waktu dapat saja melakukan perbuatan yang sama dan residivisme untuk jenis kejahatan ini cukup tinggi Reaksi masyarakat lebih buruk terhadap kejahatan penyerangan Tingkat sanksi nonformal lebih tinggi dibandingkan sanksi terhadap jenis kejahatan lainnya