Departemen dan Cabang
Pencatatan Kegiatan di dalam Departemen Pemilihan struktur Organisasi dan pembagian kegiatan dipengaruhi oleh faktor-faktor: Besar serta volume kegiatan usaha perusahaan. Macam kegiatan usaha. Letak geografis dari kegiatan usaha. Yang terpenting, pimpinan memerlukan laporan akuntansi yang berfungsi sebagai alat pembantu untuk perencanaan dan pengawasan terhadap usaha masing-masing. Laporan setiap aktivitas departemen hanya sebatas Laporan Laba/Rugi. Penerapan departemenisasi dalam catatan akuntansi tiap perusaah berbeda.
Dalam perusahaan dagang, jumlah laba kotor merupakan data terpenting dalam Laporan L/R analisa dan kontrol mengenai biaya serta membantu pimpinan dalam mengarahkan aktivitas perusahaan agar dapat dicapai laba maksimal. Sebelum mencapai laba kotor dibuat terlebih adhulu pos-pos yang mempengaruhi laba kotor, yang dapat dilakukan dengan cara: Setiap departemen membuat perkiraan, dimana setiap transaksi langsung dicatat pada pos-pos yang telah disediakan per setiap departemen. Memakai satu perkiraan untuk tiap pos, kemudian pada waktu disusun laporan laba rugi akan dialokasikan ke setiap departemen.
Pos-pos penting yang harus dibagi-bagikan ke dalam setiap departemen untuk menetapkan laba kotor, antara lain: Persediaan barang dagangan Pembelian Penjualan Potongan tunai Retur penjualan dan potongan harga
Akuntansi untuk Kontor Pusat (KP) dan Cabang (KC) di Dalam Negeri
Untuk memperluas pemasaran dengan tujuan meningkatkan laba, maka salah satu alternatifnya yaitu mendirikan cabang maupun agen. Perbedaan antara cabang dan agen adalah sbb Keterangan Kantor Cabang Agen Persediaan Barang dagang ada, baik dibeli dari luar maupun kiriman dari Kantor Pusat tidak ada, tapi hanya ada brg sample dr KP Penjualan kpd pihak ketiga Dilakukan oleh Kantor pusat Syarat penjualan ditentukan Oleh Kantor Cabang (desentralisasi) Beban operasional dan Modal kerja ditentukan oleh KP, tapi agen hanya mengurus kas kecil
PT. ABADI bergerak dibidang distributor OHP PT. ABADI bergerak dibidang distributor OHP. Pada tanggal 1 Oktober 2001 membuka agen di ATK. Sistem pencatatan persediaan periodikal. Kantor Pusat mencatat operasi agen dengan metode “R/L agen dihitung tersendiri”. Menggunakan sisitem dana tetap untuk kas kecil. Transaksi salama bulan Oktober 2001 adalah sbb : Kantor Pusat mengirim kas kepada agen sebesar Rp. 1.000.000,-. Penjualan melalui Agen secara kredit seharga Rp. 5.000.000,- Penagihan oleh kantor pusat atas piutang usaha agen Rp. 5.000.000 Beban yang dibayar oleh kantor pusat Rp. 1.000.000 Agen mempertanggungjawabkan pengeluaran dan menerima dana kas kecil sebesar Rp. 200.000,- Harga pokok barang yang dijual melalui agen adalah Rp. 2.500.000,- Diminta: buat jurnal dalam buku kantor pusat
Penyelesaian: (a) Dana kerja-agen ATK 1. 000. 000 Kas 1. 000 Penyelesaian: (a) Dana kerja-agen ATK 1.000.000 Kas 1.000.000 (b) Piutang Usaha 5.000.000 Penjualan-agen ATK 5.000.000 (c ) Kas 5.000.000 Piutang Usaha 5.000.000 (d) Beban-beban – agen ATK 1.000.000 Kas 1.000.000
(e) Beban-beban – agen ATK 200.000 Kas 200.000 (f) Harga Pokok Penj – agen ATK 2.500.000 Pengiriman brg dag – agen ATK 2.500.000 Akuntansi Cabang dengan Sistem Desentralisasi: Masalah Umum yang dibahas dalam akuntansi cabang meliputi : Pengiriman uang. Pengiriman barang dagang. Ongkos angkut barang dagang. Aktiva tetap. Pembebanan beban operasi.
Masalah pengiriman uang ke cabang. Kantor Pusat mengirim uang tunai Rp. 10.000.000,- ke Kantor Cabang ‘B’ Jurnal pada buku Kantor Pusat. Kantor Cabang ‘B’ 10.000.000 Kas 10.000.000 Jurnal pada buku Kontor Cabang ‘B’ Kas 10.000.000 Kantor Pusat 10.000.000
Kantor Cabang mengirim uang tunai Rp. 2. 000. 000,- ke Kantor Pusat Kantor Cabang mengirim uang tunai Rp. 2.000.000,- ke Kantor Pusat. Jurnal pada buku Kontor Pusat. Kas 2.000.000 Kantor Cabang ‘B’ 2.000.000 Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’ Kantor Pusat 2.000.000
Masalah pengiriman barang dagang sistem pencatatan periodik. Kantor Pusat mengirim barang dagang ke Kantor Cabang-B dan di nota sebesar Harga Pokok Rp. 40.000.000,-. Jurnal pada buku Kontor Pusat. Kantor Cabang – B 40.000.000 Pengiriman BD ke KC ‘B’ 40.000.000 Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’ Pengiriman BD dari KP 40.000.000 Kantor Pusat 40.000.000
Sistem pencatatan Perpetual; Jurnal pada buku Kontor Pusat Sistem pencatatan Perpetual; Jurnal pada buku Kontor Pusat. Kantor Cabang - B 40.000.000 Persediaan 40.000.000 Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’ Persediaan 40.000.000 Kantor Pusat 40.000.000 Berdasarkan contoh di atas, Kantor Cabang mengirim kembali barang dagang kepada Kantor Pusat sebesar Rp. 10.000.000,- . Pengiriman BD ke KC ‘B’ 10.000.000 Kantor Cabang B 10.000.000
Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’ Kantor Pusat 10. 000 Jurnal pada buku Kantor Cabang ‘B’ Kantor Pusat 10.000.000 Pengiriman BD dari KP 10.000.000 Sistem pencatatan Perpetual; Jurnal pada buku Kontor Pusat. Persediaan 10.000.000 Kantor Cabang-B 10.000.000 Kantor Pusat 10.000.000 Persediaan 10.000.000
Masalah Ongkos angkut barang dagang. Ongkos angkut yang timbul dari pengiriman barang dagang antar pusat dan cabang dapat ditanggung oleh Kantor Pusat maupun Kantor Cabang tergantung kebijaksanaan manajemen. Ongkos angkut ditanggung jawab tanpa menambah harga perolehan barang. Contoh : Kantor Pusat mengirimkan barang dagang ke Kantor Cabang ‘B’ dan dinota sebesar Harga Pokok yaitu Rp. 40.000.000,-. Kantor Pusat membayar ongkos Rp. 2.000.000,- dan ditanggung oleh Cabang. Pihak manajemen cabang tidak membebankan ongkos ini pada Harga Pokok barang yang diterimanya. Gunakan sistem pencatatan periodikal.
Jurnal pada buku Kantor Pusat. Kantor Cabang ‘B’ 42.000.000 Pengiriman BD ke KC ‘B’ 40.000.000 Kas 2.000.000 Jurnal pada buku Kontor Cabang ‘B’ Pengiriman BD dari KP 40.000.000 Biaya angkut 2.000.000 Kantor Pusat 42.000.000 Bila pada contoh diatas, ongkos ditanggung oleh cabang dan dibebankan pada Harga Pokok. Pengiriman BD ke KC ‘B’ 40.000.000
Jurnal pada buku Kontor Cabang ‘B’ Pengiriman BD dari KP 42.000.000 Kantor Pusat 42.000.000 Bila pada contoh (a) di atas, ongkos ditanggung oleh Kantor Pusat. Jurnal pada buku Kantor Pusat. Kantor Cabang ‘B’ 40.000.000 Biaya angkut 2.000.000 Pengiriman BD ke KC ‘B’ 40.000.000 Kas 2.000.000 Pengiriman BD dari KP 40.000.000 Kantor Pusat 40.000.000
Masalah Aktiva Tetap Contoh 1. Aktiva tetap untuk operasi cabang dapat dicatat pada buku KP ataupun KC tergantung kebijaksanaan KP. 1/1-2011 KP mengirim AC yang dibeli tanggal 1/7-98 untuk dipakai di KC ‘B’, Harga Perolehan AC Rp. 5.000.000,- Akumulasi Penyusutan Rp. 1.250.000,-. 1/3-2011 KP membeli komputer untuk operasi KC ‘B’ secara tunai Rp. 12.000.000,-. 1/4-2011 KC ‘B’ membeli kendaraan secara tunai Rp. 60.000.000,-. Jurnal pada buku KP yaitu : 1/1-2011 Tidak ada jurnal
1/3-2011 Komputer 12. 000. 000 Kas 12. 000. 000 1/4-2011 Kendaraan 60 1/3-2011 Komputer 12.000.000 Kas 12.000.000 1/4-2011 Kendaraan 60.000.000 KC ‘B’ 60.000.000 Jurnal pada buku KC ‘B’ yaitu : 1/1-2011 Tidak ada jurnal 1/3-2011 Tidak ada jurnal 1/4-2011 KP 60.000.000 Kas 60.000.000
Contoh di atas bila aktiva tetap dicatat pada buku KC ‘B’ adalah : Jurnal pada buku KP: 1/1-2011 KC ‘B’ 3.750.000 Akum. Peny. AC 1.250.000 AC 5.000.000 1/3-2011 KC ‘B’ 12.000.000 Kas 12.000.000 1/4-2011 Tidak ada jurnal
Jurnal pada buku KC ‘B’ 1/1-2011 AC 5. 000. 000 Akum. Peny. AC 1. 250 Jurnal pada buku KC ‘B’ 1/1-2011 AC 5.000.000 Akum. Peny. AC 1.250.000 KP 3.750.000 1/3-2011 Komputer 12.000.000 KP 12.000.000 1/4-2011 Kendaraan 60.000.000 Kas 60.000.000
Pembebanan beban operasi KP mengirim nota atas pembebanan beban penyusutan aktiva tetap yang dipakai KC ‘B’ dimana aktiva tetap dicatat pada buku KP. Berdasarkan contoh 1 terdahulu pada tanggal 31 Desember 2011 KP mengirim nota dengan rincian sbb : Penyusutan AC 2.500.000 Penyusutan Komputer 5.000.000 7.500.000 Maka jurnal pada buku KP yaitu : KC ‘B’ 2.500.000 Akumulasi Penyusutan AC 2.500.000 Akumulasi Penyusutan Komputer 5.000.000
Jurnal pada buku KC ‘B’ yaitu : Beban Penyusutan AC 2. 500 Jurnal pada buku KC ‘B’ yaitu : Beban Penyusutan AC 2.500.000 Beban Penyusutan Komputer 5.000.000 KP 7.500.000