Media Relations Love & Hate Relationship Between Media and PR Practitioners Diyah Hayu Rahmitasari, M.Comms
Awal Kelahiran dan Sejarah Perkembangan PR sangat menyadari arti penting media, karenanya, di awal perkembangannya banyak jurnalis yang direkrut untuk jadi PR karena dianggap lebih paham seluk beluk media Indeed, in 20 th century, public relations practices got its start as an adjunct to journalism, with former press people, such as Ivy Lee, hired to refine the image of well to do clients
Why Media Relations? Media and PR have a symbiotic, sometimes contentious relationship (Sriramesh & Verčiič, 2003, hal. 11) Media and PR should maintain a solid working relationship based on mutual respect for each other’s work (Wileax & Nolte dalam Sriramesh & Verčiič, 2003, hal. 11) Cutlip, Center & Broom menyebut media relations sebagai cara yang ekonomis dan efektif untuk berkomunikasi secara luas
The Purposes To use the media for publicity purposes To serve the media by providing them with information subsidies
Media Power To influence public opinion To shape public discourse Media play a powerful role in influencing how individual countries are perceived globally TVRI menyiarkan Asean Games
Basic Principles Framing Gatekeeping Nilai Berita Unsur Berita Real reality vs Media reality There’s no such thing called Objectivity Media interest Media context Tugas utama jurnalis adalah menyampaikan informasi yang tidak hanya event-centered atau conflict-centered
Dalam mendesain strategi media relations, ada 3 faktor yang harus dipertimbangkan: Media Control Media Outreach (Media Saturation) Media Access
Media control: Memahami siapa yang mengontrol media dan seberapa ketat kontrol tersebut. Media Access: the extent to which the variety segments of a society can approach the media to disseminate messages they deem important apakah segmen-segmen masyarakat, seperti aktivis atau kelompok kepentinga tertentu memiliki akses ke media Media Outreach (Media Saturation): Memahami seberapa jauh keterjangkauan dari media, kaitannya dengan buta huruf, dan kemampuan ekonomi
Media Control di Indonesia Before 1998 Sebagai perpanjangan tangan pemerintah Memperkuat status quo After 1998 Demokratis? (hanya dalam hal “bebas untuk” bukan “bebas dari”) kaitannya dengan penghilangan SIUP dan pelonggaran syarat untuk mendirikan organisasi/institusi media
Media Ownership di Indonesia Media ownership dipengaruhi oleh beberapa prinsip dasar yang ditentukan oleh sistem politik dan level ekonomi negara: cross media ownership dan keterbatasan akses
Peta Kepemilikan Media di Indonesia Hanya dikuasai oleh 13 perusahaan raksasa saja. MNC Group dimiliki oleh Hary Tanoesoedibjo mempunyai 20 stasiun televisi, 22 stasiun radio, 7 media cetak dan 1 media online Kompas Gramedia Group milik Jacob Oetama memiliki 10 stasiun televisi, 12 stasiun radio, 89 media cetak dan 2 media online Elang Mahkota Teknologi milik Eddy Kusnadi Sariaatmadja mempunyai 3 stasiun televisi dan 1 media online (SCTV & Indosiar) Mahaka Media dipunyai oleh Abdul Gani dan Erick Tohir mempunyai 2 stasiun televisi, 19 stasiun radio, dan 5 media cetak (Republika, Jak TV) CT Group dipunyai Chairul Tanjung memiliki jaringan 2 stasiun televisi, 1 media online.
Beritasatu Media Holdings/Lippo Group yang dimiliki James Riady mempunyai 2 stasiun televisi, 10 media cetak dan 1 media online Media Group milik Surya Paloh memiliki 1 stasiun televisi dan 3 media cetak Visi Media Asia (Bakrie & Brothers) milik Anindya Bakrie mempunyai 2 stasiun televisi dan 1 media online Jawa Pos Group milik Dahlan Iskan dan Azrul Ananda mempunyai 20 stasiun televisi, 171 media cetak dan 1 media online MRA Media milik Adiguna Soetowo dan Soetikno Soedarjo memiliki 11 stasiun radio, 16 media cetak (HardRock, iRadio) Femina Group milik Pia Alisyahbana dan Mirta Kartohadiprodjo mempunyai 2 stasiun radio dan 14 media cetak (U-FM) Tempo Inti Media milik Yayasan Tempo memiliki 1 stasiun televisi, 1 stasiun radio, 3 media cetak dan 1 media online Media Bali Post Group (KMB) milik Satria Narada mempunyai 9 stasiun televisi, 8 stasiun radio, 8 media cetak dan 2 media online
Di Level Lokal KR Group (SKH Kedaulatan Rakyat, Koran Merapi Pembaruan, SKM Minggu Pagi, KR Radio Pikiran Rakyat Group (Pikiran Rakyat, Galamedia, Pakuan, Priangan, Fajar Banten, Radio Parahyangan, Percetakan PT Granesia Bandung) Suara Merdeka Group (Suara Merdeka, Wawasan, Cempaka, Harian Tegal, Harian Pekalongan, Harian Semarang, Harian Banyumas dll.) Bisnis Indonesia Group (Bisnis Indonesia, Solopos, Harian Jogja, Solopos FM) serta grup perusahaan daerah lain.
Negara Maju Pemilik media adalah wirausaha kapitalis yang menanamkan modal News as commodity Rely on advertisement not revenue from subscription Negara Berkembang Pemilik media adalah para tokoh politik atau dari kalangan elit
Memiliki media tidak selalu berarti mengontrol media: di banyak negara berkembang, ada badan pengawas yang bebas kepentingan (selain kepentingan publik/masyarakat) yang bertugas mengatur dan mengontrol KPI
Asumsi PR Perlu berita Perlu uang Hanya ingin mengorek busuk-busuknya perusahaan (bad news) Jurnalis Perlu pemberitaan Perlu citra Pasti ada sesuatu yang disembunyikan
Social Media Technology changes our notions about media. Nowadays, audiences become more fragmented, choosing even smaller niche media for their own unique need, as opposed to be part of undifferentiated mass. Audiences are more active, choosing two way media that permit interactivity Konsep “jurnalis” sendiri sudah berubah menjadi siapapun dengan kamera dan akses internet blogger dan citizen journalism
What does it take to be a good Media Relations practitioner? Sense and sensibility Plan and backup plan
Karakteristik Media Cetak Prosesnya butuh waktu yang lama Harus membeli Membutuhkan tingkat literacy tinggi Lebih mendalam Lebih jelas Bisa disimpan
Karakteristik Radio Imajinatif Aktual dan Faktual Personal (Bahasa tutur) Fleksibel Relevan dan Berdampak Luas Fokus dan Antidentil Bisa dinikmati secara multitasking Proses pemberitaan lebih cepat Cocok untuk penguatan pesan Pesan hanya diresepsi sambil lalu Lokal emosional
Karakteristik Televisi Unlike most other mass media, television is “free” (supported by a privately impose tax on all goods). Unlike radio, which many see as the media form closest to television, television both shows and tells. Television tells its stories to people of all age groups all at the same time. Television presents its message to a heterogeneous audience. (Gerbner dan Conolly dalam Siregar, 2001). Television consumes more time and more attention of more people than other media and leisure activities combined Television requires no mobility. Television does not require literacy. Unlike print, it provides information about the world to the poorly educated and the illiterate.
Karakteristik Media Online Search engine optimization to ensure that the organization they represent can be found by those interested in them Sangat cepat tapi akurasi dipertanyakan Membutuhkan piranti khusus Tingkat penetrasi internet di Indonesia masih rendah terutama di daerah-daerah pedesaan
Perusahaan yang memiliki media/press center di web-nya: Shell, Total, Exxonmobil, Greenpeace dll