NAMA: HAJAR SUTADI 20110520109 KELAS: C
RANGKUMAN FILM WAKIL RAKYAT
Awal mula film ini bermula ketika seorang office boy bernama Bagyo dianggap bertanggung jawab atas kekacauan dalam suatu rakernas sebuah partai besar yang menyebabkan pemimpin partai tersebut yaitu Zainudin terluka pada wajahnya akibat cakaran seekor kucing. Karena dituduh bertanggungjawab atas insiden tersebut Bagyopun harus rela kehilangan pekerjaannya. Kejadian tersebut berimbas pada rencana pernikahan antara Bagyo dan calon istrinya, Ani, pernikahan mereka terancam batal. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa ayah dari Ani yaitu Abdul memang tidak menyukai sosok Bagyo.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, kesulitan kembali datang kepada Bagyo. Uang yang akan digunakan Bagyo untuk ongkos orang tuanya datang melamar Ani ke Jakarta dicuri oleh sekelompok orang. Bagyo yang semakin frustasi tersulut emosinya untuk pergi mengejar penjahat-penjahat yang membawa kabur uangnya. Pada akhirnya Bagyo berhasil menemukan pencuri-pencuri tersebut di saat mereka sedang merampok seorang artis cantik bernama Atika. Perampokan tersebut berhasil digagalkan oleh Bagyo yang dengan gagah beraninya menghajar perampok-perampok tersebut walaupun pada akhirnya Bagyo harus tumbang karena dihantam menggunakan kayu.
Kejadian itu membawa dampak yang luar biasa dan tidak pernah diduga oleh Bagyo sebelumnya. Singkat cerita Bagyo yang dulu hanyalah orang biasa yang tidak terpandang kini disanjung bak seorang dewa. Namanya bergelora dimana-mana karena dianggap rela berkorban untuk menyelamatkan Atika yang tidak berdaya. Berita penyelamatan heroik yang dilakukan Bagyo menjadi headline berita dimana-mana.
Berkaitan dengan pemilu yang semakin dekat, nama Bagyopun terdengar oleh kuping salah satu partai politik papan atas peserta pemilu legislatif. Bagyo lalu diajak untuk bergabung di dalam partai tersebut karena dianggap sebagai figur yang bisa menggaet banyak masa. Pada akhirnya Bagyo tidak bisa meonolak ajakan yang dilontarkan ketua partai tersebut. Bagyopun resmi menjadi saloah satu kader dari partai peserta pemilu legislatif.
Kemudian dengan ditemani bekas anak buahnya sewaktu menjadi cleaning service, Bagyo berangkat ke sebuah daerah bernama desa Wadasrejo untuk memulai kampanyenya, desa tersebut adalah sebuah daerah terpencil yang rakyatnya hidup serba kekurangan. Ketika Bagyo sampai di desa tersebut, ia yang tidak memiliki latar belakang politik mengalami kesulitan untuk bisa menggaet masa karena warga desa tersebut rata-rata belum menerima akses informasi dari luar, sehingga nama Bagyo cukup asing ditelinga warga desa Wadasrejo.
Setelah lumayan lama tinggal di desa tersebut, ternyata Bagyo menmukan kenyataan lain yang lebih penting daripada nama besar dan popularitas. Masyarakat desa lebih tahu apa yang paling mereka butuhkan. Bagyopun terjepit antara kepentingan partai atau menolong wanita yang mengalami kesulitan saat akan melahirkan. Bagyo yang buta politik harus memilih antara merebut perhatian rakyat banyak atau menolong seorang wanita lemah di tempat yang jauh dari keramaian. Bagyo akhirnya menyadari bahwa warga desa lebih menghargai kejujuran dan ketulusan daripada kata-kata muluk yang diobral dalam sebuah kampanye politik.
Pesan-pesan yang bisa diambil: Kita bisa menyimpilkan bahwasanya apa yang dibutuhkan oleh rakyat saat ini bukanlah janji-janji politik yang diumbar oleh calon wakil rakyat pada saat kampanye apalagi hanya memanfaatkan popularitas untuk bisa meraih posisi, tetapi yang dibutuhkan sekarang adalah komitmen yang nyata dalam bentuk kejujuran dan ketulusan serta tindakan-tindakan nyata yang bisa membantu mensejahterakan rakyat. Oleh sebab itu para calon wkil rakyat harusnya mulai belajar untuk memahami secara langsung permasalahan yang ada pada Indonesia saat ini. Jangan sampai kita terjebak dalam paradigma yang menganggap bahwa suara rakyat bisa dibeli.