KULIAH-3
ANALISIS TRANSPORTASI
Land Use - Transportation Trips Land Value Transportation Needs Accessibility Transportation Facility
Kenapa “transportasi” harus direncanakan ? Adanya peningkatan aktivitas interaksi manusia. Terbatasnya jaringan jalan dan moda transportasi. Kebutuhan aksebilitas, efektivitas, efisiensi dan kenyamanan perjalanan, serta keselamatan perjalanan. Aspek sumber daya energi dan lingkungan. Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Peningkatan Aktivitas Manusia Kondisi ini dimulai dari perubahan dan perkembangan tata guna lahan. Kebutuhan transportasi menjadi berhubungan langsung dengan penyebaran dan intensitas tata guna lahan Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Terbatasnya Jaringan Jalan Pertambahan jaringan jalan dalam aspek kuantitas maupun kualitas tidak akan dapat mengikuti pertumbuhan aktivitas manusia. Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Kebutuhan perjalanan yang efektif, efisien, aman & nyaman Perjalanan orang/barang harus memiliki standar kualitas dan kuantitas untuk mencapai kondisi yang ketersediaan, aman, lancar, nyaman dan ekonomis. Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Aspek Sumber Daya Energi dan Lingkungan Menipisnya persediaan sumber BBM, meningkatnya harga minyak dunia dan memburuknya kualitas lingkungan telah menjadi problem global. Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Konsumsi BBM antar Moda
Kebutuhan BBM Berbagai Industri
Energy Share Outlook for Transportation (Indonesia)
Tujuan Perencanaan Transportasi Mencegah masalah transportasi di masa depan (kemacetan, tundaan, kecelakaan) Problem Solving untuk masalah transportasi Melayani kebutuhan transportasi Mempersiapkan kebijakan transportasi masa depan Menoptimalkan sumber daya untuk pencapaian tujuan transportasi. Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Posisi Perencanaan Transportasi dalam Kebijakan Transportasi Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Signifikasi Perencanaan Transportasi Adanya kesenjangan antara “harapan” dengan “kondisi sekarang” dalam kinerja suatu sistem transportasi yang menjadi masalah transportasi. Perlunya alternatif kebijakan solusi untuk pencapaian “harapan”. Peran model (model fisik, model matematis dan model grafis) sebagai alat bantu pendekat untuk menjawab kesenjangan dalam sistem transportasi. Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Klasifikasi Perencanaan Transportasi PERENCANAAN JANGKA PENDEK : Perencanaan Operasional (denah persimpangan, penyeberangan jalan, lokasi parkir, dll.). PERENCANAAN JANGKA MENENGAH : Perencanaan Taktis (manajemen lalu lintas, organisasi angkutan umum, dll.) PERENCANAAN JANGKA PANJANG : Perencanaan Strategis (struktur dan kapasitas jaringan jalan, keterkaitan transportasi dan tata guna lahan, dll.) Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi Lingkup Perencanaan STUDI PERENCANAAN PRASARANA TRANSPORTASI : masterplan pengembangan jaringan dan terminal, disain trase jalan, dll. STUDI KEBIJAKAN TRANSPORTASI : sistem sirkulasi lalu lintas, strategi pelayanan angkutan umum, dll. STUDI PERENCANAAN TRANSPORTASI YANG KOMPREHENSIF : studi kebutuhan prasarana, studi pengembangan sistem transportasi regional dan nasional. Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Tahapan Perencanaan Transportasi Formulasi Tujuan, Sasaran dan Lingkup Perencanaan. Prediksi Kondisi di Masa yang Akan Datang. Analisis Prediksi Kondisi di Masa yang Akan Datang. Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Model Perencanaan Transportasi Definisi Model Peranan Model dalam Perencanaan Transportasi Konsep Pemodelan dalam Transportasi Model Tata Guna Lahan Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi Definisi Model Model adalah representasi ringkas dari kondisi riil dan berwujud suatu bentuk rancangan yang dapat menjelaskan atau mewakili kondisi riil tersebut untuk suatu tujuan tertentu (Black, 1981) Model adalah suatu kerangka utama atau formulasi informasi atau data tentang kondisi nyata yang dikumpulkan untuk mempelajari atau menganalisis sistem nyata teresebut (Gordon, 1978) Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Peranan Model dalam Perencanaan Transportasi Model sebagai alat bantu (media) untuk memahami cara kerja sistem (Tamin, 1997) Untuk memudahkan dan memungkinkan dilakukannya perkiraan terhadap hasil-hasil atau akibat-akibat dari langkah-langkah/alternatif yang diambil dalam proses perencanaan dan pemecahan masalah pada masa yang akan datang. Untuk memudahkan menggambarkan dan menganalisis realita Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi Konsep Pemodelan Model Fisik : model miniatur bersekala atau prototipe suatu kondisi tertentu. Model Foto : model berbentuk gambar. Model Diagram : model deskripsi diagram. Model Matematika : model hubungan fungsional kuantitatif. Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
INTERAKSI SPASIAL TATA GUNA LAHAN – SISTEM TRANSPORTASI Pendekatan hubungan tata guna lahan dan sistem transportasi didekati secara kuantitatif dengan pemodelan sistem. Tujuan model adalah memperkirakan besarnya pergerakan menggunakan moda tertentu pada segmen jaringan transportasi. Model transportasi didasarkan konsep pelaku perjalanan dalam melakukan rangkaian keputusan dalam melakukan perjalanan, memilih tujuan, memilih jenis moda dan memilih rute. Model yang digunakan sebagai model kebutuhan transportasi bertahap (sequential transport demand model) Perkuliahan 1 - Perencanaan Transportasi
Land Use - Transportation Trips Land Value Transportation Needs Accessibility Transportation Facility
Land Use
PEMILIHAN MODA
4 MODEL POTENSIAL
G-MS D A D-MS A MS D D MS Trip End / Trip Interchange / 1 Variasi Four-Step Model G-MS D A G D-MS A G MS D G D MS G:Trip Generation MS : Modal Split D : Trip Distribution A : Trip Assignment A Trip End / Pre Distribution Model A Trip Interchange / Post Distribution Model
Model Pemilihan Moda: Terkait dengan perilaku pelaku perjalanan dalam memilih moda perjalanannya Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam Model Pemilihan Moda : pelaku perjalanan yang diharapkan akan menggunakan tiap-tiap moda yang tersedia
Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan moda (sebagai variabel bebas dalam Model Pemilihan Moda): Karakteristik sistem transportasi (misalnya durasi waktu mengemudi, tingkat pelayanan , biaya ) Karakteristik perjalanan (misalnya jarak perjalanan, waktu perjalanan) Karakteristik pelaku perjalanan (misalnya pendapatan keluarga, jumlah kepemilikan kendaraan, kepadatan daerah pemukiman)
Pelaku Perjalanan Trip Maker Transit-captive Modal Choice Private Modes Public Modes (Choice Riders)
Transit-captive subgroup : Orang-orang yang tidak memiliki akses terhadap kendaraan pribadi dan mobilitas mereka sangat tergantung pada sistem angkutan umum (diidentifikasi pada basis zona sebagai persentase dari Bangkitan perjalanan) Choice Riders subgroup : Orang-orang yang akhirnya memilih untuk menggunakan sistem angkutan umum, dalam kompetisinya dengan kendaraan pribadi di dalam Model Pemilihan Moda The total ridership of public transit = Transit captive + Choice Riders
Moda Transportasi dan pemilihan Sarana (moda)
Persamaan regresi Bangkitan Perjalanan untuk Trip End Model : T (auto) = a + b1 (Pop) + b2 (Auto) , where : : Trips (by mode) produced per household Pop : Number of population Auto : Auto ownership T
Postdistribution (trip-interchange) model Trip-interchange models digunakan setelah tahapan Distribusi Perjalanan Model ini digunakan di wilayah yang memiliki sistem angkutan umum yang bervariasi di setiap pasang O-D-nya. Sehingga pelaku perjalanan perlu tau terlebih dahulu tujuan perjalanannya baru dapat menentukan pilihan modanya.
Modal Split Models : The Simple Diversion-Curve Model Model yang telah dikalibrasi ini menggunakan Kurva Logit Bentuk-S yang menggambarkan persentase orang memilih angkutan umum.
Example of Diversion Curve
Multinomial Logit Model (untuk pemilihan The Multinomial Logit Model Multinomial Logit Model (untuk pemilihan moda) menghitung proporsi perjalanan yang akan memilih moda K : p (K) = e U K Σ e Ux x where p (K) : Probabilitas menggunakan moda - K UK : Utilitas moda K Ux : Utilitas moda x
Fungsi Utilitas dan Disutilitas Fungsi Utilitas merupakan ukuran derajat kepuasan orang yang diperoleh dalam memilih suatu pilihan (dalam hal ini pilihan moda) Fungsi Disutilitas menggambarkan biaya yang terkait dengan pilihan moda tertentu.
Contoh fungsi utilitas : U private auto = 6.2 + 2.4 X1-PA + 3.5 X2-PA U local bus = 3.4 + 3.1 X1-LB + 2.9 X3-LB U express bus = 4.3 + 2.9 X1-EB + 3.2 X3-EB dimana : X1 : Cost X2 : Convenience X3 : Level of service, associated with a mode PA : Private Auto LB : Local Bus EB : Express Bus
A calibrated study resulted in the following utility function : Example of Multinomial Logit Model A calibrated study resulted in the following utility function : UK = aK – 0.25 X1 – 0.032 X2 - 0.015 X3 where : X1 : Access plus egress time (minutes) X2 : Waiting time (minutes) X3 : Line-haul time (minutes) X4 : Out-of-pocket cost (cents) aK : Mode-spesific constant - 0.002 X4
During the target year, 5000 person-trips/day interchange between i and j will have a choice between private automobile (A) and a local bus system (B). The target year service attributes of the two competing modes have been estimated to be : Attribute Automobile Local Bus X1 5 10 X2 15 X3 20 40 X4 100 50 Assuming that the calibrated mode-spesific constant are - 0.12 for the automobile mode and -0.56 for the bus mode, apply the Logit model to estimate the target year market share of the two modes.
Solution : UA = 0.12 - 0.25 (5) - 0.032 (0) - 0.015 (20) - 0.002 (100) = - 0.745 UB = - 0.56 - 0.25 (10) - 0.032 (15) - 0.015 (40) - 0.002 (50) = - 1.990 p (A) = p (B) = e -0.745 e -0.745 + e -1.990 e -1.990 = 0.78 = 0.22 e -0.745 + e -1.990 The market share of each mode is : Qij (A) = (0.78) (5000) = 3900 trips/day Qij (B) = (0.22) (5000) = 1100 trips/day