KERAJAAN SRIWIJAYA
NAMA asli Pulau Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah “Pulau Emas”. Pendeta I-tsing (634-713) dari Cina, yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti “negeri emas”. Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa (”pulau emas”) atau Suwarnabhumi (”tanah emas”). Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti "kemenangan".
Faktor yang mendorong munculnya Sriwijaya sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara Letaknya yang sangat strategis di jalur perdagangan. Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui Asia Tenggara. Runtuhnya Kerajaan Funan di Indocina. Dengan runtuhnya Funan memberikan kesempatan kepada Sriwijaya untuk berkembang sebagai negara maritim menggantikan Funan. Sriwijaya mempunyai kemampuan untuk melindungi pelayaran dan perdagangan di perairan Asia Tenggara dan memaksanya singgah di pelabuhan-pelabuhan.
Ekonomi Selain sebagai negara yang agraris, Sriwijaya juga merupakan negara maritim yang berkuasa di perairan Asia Tenggara. Sriwijaya mengalami 2 masa perlembangan: Kerajaan Sungai, dengan pusat di sungai Kampar. Awalnya mata pencaharian utama adalah pertanian, tetapi akhirnya dapat memaksa kapal-kapal asing singgah diperairannya. Kerajaan Laut, dapat menguasai daerah-daerah penting untuk perdagangan nasional dan internasional. Sriwijaya merupakan pusat perdagangan dan juga pelabuhan transito di Asia Tenggara.
Politik 1. Ekspansi Sriwijaya Dilakukan dengan tujuan untuk penguasaan perdagangan. Karena itu daerah yang dikuasainya adalah daerah-daerah yang penting untuk menguasai perdagangan. Daerah yang dikuasainya adalah: Tulangbawang, Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Kra, Jawa Tengah
2. Kejayaan Sriwijaya Bukan lagi merupakan negara senusa, tetapi antar nusa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama Indonesia.
Agama Sriwijaya merupakan pusat Agama Budha Mahayana di wilayah Asia Tenggara, salah seorang guru yang terkenal adalah Syakyakirti. Para penziarah Budha sebelum ke India singgah dulu di Sriwijaya. Di sinilah mereka mempersiapkan diri sebelum ke India. Musafir Cina yang sampai dua kali datang ke Sriwijaya sebelum ia pergi ke India adalah I-tsing.
Bukti bahwa Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di Asia Tenggara Dalam relasinya dengan India, raja-raja Sriwijaya membangun bangunan suci agama Budha di India. Fakta ini tercantum dalam dua buah prasasti, yaitu prasasti Raja Dewapaladewa dari Nalanda, yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 M; dan prasasti Raja Rajaraja I yang berangka tahun 1044 M dan 1046 M. Prasasti pertama menyebutkan tentang Raja Balaputradewa dari Suwarnadwipa (Sriwijaya) yang membangun sebuah biara; sementara prasasti kedua menyebutkan tentang Raja Kataha dan Sriwijaya, Marawijayayottunggawarman yang memberi hadiah sebuah desa untuk dipersembahkan kepada sang Buddha yang berada dalam biara Cudamaniwarna, Nagipattana, India.
Di Telaga Batu banyak batu-batu yang bertuliskan siddhayatra yang berarti perjalanan suci. Di Bukit Siguntang terdapat sebuah arca Budha besar yang diperkirakan berasal dari abad 6 M. Di Muara Takus dekat Sungai Kampar terdapat percandian Budha Catatan I-Tsing
Sebab-Sebab Kemunduran Kerajaan Sriwijaya Perubahan keadaan alam di Palembang yang membuat letak palembang semakin jauh dari laut menyebbkan palembang tidak strategis lagi kedudukannya sebagai pusat perdagangan Serangan Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M, ketika itu yang berkuasa di Sriwijaya ialah Sri Sudamani Warmadewa. Walaupun serangan ini tidak berhasil, tetapi telah melemahkan Sriwijaya. Serangan dari Kerajaan Colamandala yang diperintahkan oleh Raja Rajendracoladewa pada tahun 1023 dan 1030. Serangan ini ditujukan ke semenanjung Malaka dan berhasil menawan raja Sriwijaya. Serangan ketiga dilakukan pada tahun 1068 M dilakukan oleh Wirarajendra, cucu Rajendracoladewa. Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275-1292, yang diterima dengan baik oleh Raja Melayu (Jambi), Mauliwarmadewa, semakin melemahkan kedudukan Sriwijaya. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai yang mengambil alih posisi Sriwijaya. Serangan Kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada pada tahun 1477 yang mengakibatkan Sriwijaya menjadi taklukan Majapahit