PROGRESS REPORT CLINICAL PATHWAY

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Rekam Medik dan Kesehatan Sebuah Rumah Sakit
Advertisements

PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI
FARMASI RUMAH SAKIT.
Dr. Bambang Hariyana, M.Kes
KOMPUTERISASI SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT
TUGAS PBD 1 KELOMPOK : NO NAME.
REVIEW MANAJEMEN OBAT DI RS
PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURES
PELAYANAN KEFARMASIAN DI ERA SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Pelaksanaan Pelayanan JKN di PELAYANAN KESEHATAN St. Carolus
Elis Dewi Novianti, AMd.Keb
PEMBAHASAN EVALUASI IMPLEMENTASI TARIF INA-CBG’S
Evaluasi Penggunaan Obat
KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS PELAYANAN KEFARMASIAN
Bayu Teja Muliawan Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian
Intan Silviana Mustikawati, SKM, MHP
Agenda panitia rekam medik bulan september 2014
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian
Progres Pengembangan Instrumen Akreditasi Spesialis Dokter dan Dokter Gigi Jakarta, 08 April 2015.
PENGISIAN FORMULIR REKONSILIASI OBAT SAAT ADMISI DI REKAM MEDIK
2. Studi Farmakoepidemiologi Analisis
ALUR INFORMASI & PELAYANAN
REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
Kebutuhan Jumlah Pegawai
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL TENTANG FORMULARIUM
PAFI JABAR 2017 Nova Petrika Maulana Mantik, S.Farm.,Apt
TELUSUR SISTEM MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT
Menerapkan manajemen dan administrasi di bidang Farmasi
VISI MENJADI RUMAH SAKIT KEBANGGAAN
PENATAAN REKAM MEDIS LilyWidjaya.
Sistem Informasi Kesehatan
Materi 4 Manajemen Rumah Sakit AKK – smt 7
Team verifikasi terpadu klaim BPJS Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Hananto Andriantoro.
INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT
Sistem Pembayaran Ina-CBGs
Dr. drg. Haris Budi Widodo, M.Kes., A.P., SIP.
Mengapa ini Perlu Dilakukan?
PENGUMPULAN DATA UNTUK PELAPORAN RUMAH SAKIT
PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA STAF MEDIK
METODE PERHITUNGAN KEBUTUHAN SDMK BERDASRKAN PERMENKES RI NOMOR 33 tahun 2015 tentang pedoman penyusunan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan.
PIC INDIKATOR & PIC PENGUMPUL DATA MENGHADAPI SURVEI
dr. Hervita Diatri, SpKJ (K)
Komite Medis Workshop Penetapan Clinical Pathway RSCM, 28 Januari 2016
Peran Departemen dalam Implementasi Standar & Mutu Pelayanan
ROADSHOW SOSIALISASI JENJANG KARIR JABATAN FUNGSIONAL DOSEN DI FKUI
Penyusunan Formularium RS
PELAYANAN GIZI PASIEN RAWAT INAP RAWAT JALAN.
Menyusun Clinical Pathway tahun 2016
LILY WIDJAJA, Amd.PK., SKM., MM.
Penetapan Indikator Prioritas Rumah Sakit
KOLABORASI PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT
PELAYANAN DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSCM
Persiapan Uji coba instrumen Kd dan Kg SPESIALIS 2015
INDIKATOR PELAYANAN KESEHATAN
Masukan dari Diskusi Kelompok Rawat Inap
Benarkah Sirsak Penyembuh Kanker?
PANITIA FARMASI DAN TERAPI
Oleh : I G.K.Wijasa,Drs MARS
Berpikir Tentang Akreditasi...
Kebijakan Pemerintah dalam Menjaga Ketersediaan Obat dalam JKN
SOP PENDAFTARAN & PENERIMAAN PASIEN LAMA RAWAT JALAN
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
Program Kerjasama RSUPN dr
MMIK INFORMASI KESEHATAN
MMIK STANDAR PENILAIAN
Universidade Nacional Timor Loro‘sae Faculdade Medicina e Cienca da Saúde (Departemento Medicina) Docente : Denylay 1.
Kebutuhan Jumlah Pegawai
Agus Suryanto Direktur Utama
MANAJEMEN DATA KLINIS Materi 3 MK Mandatkes.
TANTANGAN RUMAH SAKIT DAN PERAN KEPERAWATAN DI ERA JKN WORKSHOP ARSSI JATINEGARA, TANGGAL 21 S/D 22 SEPTEMBER 2018.
Transcript presentasi:

PROGRESS REPORT CLINICAL PATHWAY POKJA CLINICAL PATHWAY TIM CASEMIX RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo 2014

DAFTAR JUMLAH CLINICAL PATHWAY 2014 No NAMA DEPARTEMEN CP LAMA PENGIRIMAN CP BARU JUMLAH CP SUDAH BELUM 1 Ilmu Penyakit Dalam 15   16 2 Ilmu Kesehatan Anak 3 Obstetri Ginekologi 9 10 4 Ilmu Bedah 5 Bedah Saraf 6 Ortopedi dan Traumatologi 20 7 Urologi 8 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 13 Mata √ Psikiatri 11 Neurologi 12 Rehabilitasi Medik 14 Gizi Klinik THT 59 Radioterapi Gigi Mulut 17 Akupuntur 18 Forensik dan Medikolegal 19 PJT UPT HIV Total CP 199 204

PROGRESS REPORT 199 CP baru yang telah dikumpulkan telah mendapatkan masukan dari unit – unit penunjang, yaitu : 1. Departemen Gizi Klinik 2. Departemen Patologi Klinik 3. Instalasi Farmasi 4. Instalasi Gizi

Lanjutan Progress Report Untuk tim tarif RSCM, merekomendasikan agar nama tindakan dalam cinical pathway tersebut dapat disesuaikan dengan nama-nama tindakan yang terdapat dalam buku tarif RSCM, sehingga dapat diketahui unit cot untuk tindakan tersebut. Direncanakan penyelenggaraan workshop/ pelatihan penyusunan Cost Of Treatment dari clinical pathway yang telah terkumpul pada bulan Mei 2014.

Evaluasi Clinical Pathway Indikator Outcome : LOS pasien rawat inap, Kunjungan pasien di poliklinik serta pelaksanaan Operasi dengan CP NO Judul Clinical Pathway STANDAR (≤ HARI/ KUNJUNGAN) CAPAIAN 1 Stroke Iskemik 8 Hari 7.28 2 AMI 7 Hari 8.46 3 TOF 9.99 4 Sectio Caesarea 4 Hari 3.45 5 Katarak Poliklinik 2 kali Kunjungan 1.83 6 Katarak OK 24 Jam 3.39 Formula : Jumlah total LOS atau Kunjungan pasien yang pengelolaannya menggunakan clinical pathway dibandingkan dengan Jumlah seluruh pasien yang pengelolaannya menggunakan clinical pathway

Evaluasi Clinical Pathway Indikator proses : kesesuaian Implementasi CP NO Judul Clinical Pathway STANDAR (100%) CAPAIAN 1 Stroke Iskemik 100% 77.17% 2 AMI 44.90% 3 TOF 55.32% 4 Sectio Caesarea 97.23% 5 Katarak Poliklinik 76.83% 6 Katarak OK 86.35%

Evaluasi Penggunaan Obat Pasien JKN

Kebijakan RSCM dalam peresepan pasien JKN Obat yang diresepkan adalah obat yang tercantum dalam Formularium Nasional (Fornas) dengan harga yang termurah. Jika tersedia produk generik maka digunakan obat generik. Obat di luar Fornas (Formularium RS) hanya dapat digunakan jika mempunyai bukti ilmiah yang kuat Pada masa transisi, pasien rawat jalan dapat diresepkan obat penyakit kronis (berdasarkan Formularium Nasional) sesuai indikasi medis sampai kontrol berikutnya apabila penyakit belum stabil, maksimum untuk 1 (satu) bulan.

Kebijakan RSCM dalam peresepan pasien JKN

ELECTRONIC PRESCRIBING Manfaat: Meningkatkan keselamatan pasien Mempercepat pelayanan Mempercepat proses tagihan Obat yang masuk dalam Fornas diberi logo “FORNAS” Untuk memudahkan dokter meresepkan obat Fornas

Restriksi dalam peresepan Antibiotika Obat mahal Obat baru dan tidak ada di Formularium RS

Peresepan Antibiotika Lini 1: dapat diresepkan oleh semua dokter Lini 2: resisten atau pasien alergi dengan antibiotika lini 1, tercantum dalam pedoman terapi dari Departemen Medik. Lini 3: dapat diresepkan setelah ada hasil kultur dan mendapat persetujuan tim PPRA

Formulir permintaan obat non formularium

PENYIAPAN (DISPENSING) OBAT Dalam proses penyiapan obat oleh petugas farmasi diberlakukan substitusi generik, artinya petugas farmasi diperbolehkan memberikan salah satu dari sediaan yang zat aktifnya sama dan tersedia di RSCM contoh : dokter meresepkan Kaltrofen (isi: Ketoprofen), tetapi ketoprofen yang tersedia di RSCM saat itu adalah Pronalges, maka petugas farmasi dibolehkan memberikan Pronalges Substitusi terapeutik adalah penggantian obat yang sama kelas terapinya tetapi berbeda zat kimianya, dalam dosis yang ekuivalen, dapat dilakukan oleh petugas farmasi dengan terlebih dahulu minta persetujuan dokter penulis resep/konsulen.

PERSENTASE PENGGUNAAN OBAT FORNAS PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2014 Persentase R/ Fornas dibandingkan R/ seluruh obat yang digunakan 86% Persentase nilai rupiah obat Fornas dibandingkan nilai rupiah seluruh obat yang digunakan 70%

Kendala Pada Pasien Rawat Inap Dokter sulit untuk dihubungi saat akan kelengkapan administrasi yang kurang (acc Tim Pengendali, hasil lab, protokol terapi Penghentian terapi pasien tidak diinformasikan kepada petugas farmasi  perbekalan farmasi menumpuk di ruangan  retur menjadi tinggi / biaya perawatan menjadi tinggi Persetujuan tim pengendali terlambat untuk PF yang akan segera digunakan

Kendala Pada Pasien Rawat Jalan Masih ada resep yang dikosongkan tanggalnya Tanggal resep tidak sesuai dengan tanggal SEP Berkas administrasi belum lengkap, contoh: protokol kemoterapi harus disertakan. Produk herbal, vitamin kombinasi (kecuali vit B kompleks) dan suplemen tidak ada di Fornas  jangan diresepkan Pasien diberi informasi tentang obat merek tertentu yang lebih baik  tidak sesuai dengan kebijakan RSCM tentang substitusi obat oleh farmasi