MENJADI SUFI YANG MODERAT Oleh : SYAMSUL HUDA
Ada segolongan uma Islam yang belum merasa puas dg pendekatan diri kepada Tuhan melalui ibadat sholat, puasa, dan haji. Mereka itu ingin lebih dekat lagi dengan Tuhan. Jalan menuju ke sana diberikan oleh Al-Tasawwuf.
Al-Tasawwuf atau Sufisme ialah istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan mistisisme dalam Islam. Tujuan dari mistisime, baik yang di dalam maupun yang di luar Islam, ialah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan.
Intisari dari mistisisme, termasuk di dalamnya tasawwuf, adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan TAuhan, dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran itu selanjutnya mengambil bentuk rasa dekata sekali dengan Tuhan dalam arti bersatu dengan Tuhan yang dalam istilah Arab disebut ittihad dan istilah Inggris (mystical union).
Bagaimanapun, faham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, yang merupakan ajaran dasar dalam mistisisme, terdapat dalam Al-Quran dan Hadis. Perhatikan QS. Al-Baqarah, 2:186. Jika hamba-hambaKu bertanya padamu tentang diriKu, Aku adalah dekat, Aku mengabulkan seruan orang memanggil jika ia panggil Aku.
Perhatikan pula QS, al-Baqarah, 2:115. Timur dan Barsat kepunyaan Allah, maka kemana saja kamu berpaling, di sana (kamu jumpai) wajah Tuhan. Kemudian dalam QS. Qaf, 50:16. Sebenarnya Kami ciptakan manusia dan Kami tahu apa yang dibisikkan dirinya kepadanya. Kami lebih dekat kepadanya dari pada pembuluh darahnya sendiri.
Perhatikan Hadis berikut. Siapa yang kenal pada dirinya, pasti kenal pada Tuhan. Dengan kata lain: carilah Tuhan dalam dirimu sendiri. Perhatikan juga Hadis ini: Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Kuciptakanlah makhluk dan merekapun kenal padaKu melalui diriKu.
Menurut hadis tersebut Tuhan dapat dikenal melalui makhluknya tetapi pengetahuan yang lebih tinggi untuk mengenalNya ialah mengetahui Tuhan memlalui diri-Nya. Jadi dari ayat-ayat dan hadis-hadis tersebut di atas dapat membawa pada timbulnya aliran- aliran sufi dalam Islam tanpa pengaruh dari luar.
Telah dibayangkan di atas bahwa mistisisme, termasuk dalamnya tasawwuf, erat kaitannya dengan keadaan menjauhi hidup duniawi dan kesenangan materiil. Hal ini dalam istilah tasawwuf disebut zuhud (ascetisism). Mempunyai sifat zuhud merupakan langkah pertama dalam usaha mendekati Tuhan. Orang yang mempunyai sifat ini disebut zahid (ascetic). Setelah ini berubah orang meningkat menjadi sufi (mystic)
Al-Hasan Al-Basri (642 M M). Ia pernah mengatakan :” Aku zahid terhadap dunia ini karena ingin dan rindu pada akhirat ”. “ Bersikaplah terhadap dunia ini seolah-olah engkau tak pernah berada di atasnya, dan bersikaplah terhadap akhirat seolah- olah engkalu tidak akan keluar-keluar dari dalamnya ”. “ Juallah hidup duniamu untuk memperoleh hidup akhirat, pasti keduanya akan engkau peroleh. Tetapi janganlah jual hidup akhiratmu untuk memperoleh hidup dunia, pasti keduanya akan lenyap dari tanganmu ”. “ Berbahagialah orang yang tidak mementingkan kepentingan dirinya, dan bersikap sabar semata-mata karena Allah dan bukan karena ingin masuk surga ”.
SUFISME dalam iSLAM MODERAT Memperhatikan Syariat (Fikh). Menghidari Amaliah Bid’ah. Transendensi Tuhan Terhdap Diri Manusia. FALSAFI Sedikit Longgar Terhadap Syariat (Fikh); Kurang (unt tdk mengatakan) melakukan amaliah bid’ah. Emanensi Tuhan dalam diri manusia.
TERIMAKSIH ATAS PERHATIAN DAN MOHON MAAF ATAS SEGALA KEKUARANGANNYA “ WA L-LOHU A’LAM BI S-SHAWAB” Al-faqir, syamsul huda 8 Mei 2011