Tugas Review Jurnal Rina Lestari S. 69080059 Children’s Social Behavior in Relations to Participation in Mixed-Age or Same-Age Classroom Diane E. McClellan & Susan J. Kinsey Tugas Review Jurnal Rina Lestari S. 69080059
Tujuan Penelitian Membandingkan perilaku prososial anak di dalam kelas “mixed-age” dengan “same-age”.
Latar Belakang Masalah Mengacu kepada studi-studi terdahulu yang mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga yang sangat penting untuk membentuk dan mengembangkan rasa kepemilikan, emosi dan ikatan sosial, dan nurturance (Coleman, 1987).
Latar Belakang Masalah Adanya studi yang hanya berfokus kepada pengaruh lingkungan kelas pada tingkah laku anak di sekolah, pertumbuhan kognitif dan akademik saja, tanpa memberi perhatian pada hubungan konteks ruang kelas terhadap perkembangan sosial selama usia sekolah dasar (Bronfenbrenner, 1970; Coleman, 1987; Parker & Asher, 1987). Kesenjangan yang terjadi pada “mixed-age” & “same-age” classroom.
Latar Belakang Masalah Adanya penelitian yang mendukung bentuk kelas “mixed-age” dapat meningkatkan kemampuan sosial anak, contohnya dalam berbagi pengalaman yang melibatkan aspek intelektual dan akademik (Goodlad & Anderson, 1987; Katz, Evangelou, & Hartman, 1990; McClellan, 1994). Definisi konseptual
Manfaat Penelitian Pendekatan model kelas “mixed-age” dapat meningkatkan kemampuan sosial anak, khususnya ketika guru membantu/encouragement adanya interaksi antar-usia/cross-age melalui program tutoring dan berbagi pengetahuan.(Katz, Evangleou, & Hartman, 1990; Ridgway & Lawton, 1965). Selain itu, pendekatan model kelas “mixed-age” dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran, contohnya dalam cooperative learning, project approach,dan atau learning centers. Definisi operasional
Tinjauan Pustaka Alur tinjauan pustaka diawali dari sejarah dimulainya konsep kelas “mixed-age” pada abad 19. (Goodlad & Anderson, 1987; Katz, Evangelou, & Hartman, 1990; Theilheimer, 1993). Sama seperti sekarang, anak-anak yang lebih besar mengajar/mentutor anak-anak yang lebih kecil, sehingga kelas terlihat seperti sebuah keluarga (Leight & Rinehart, 1992).
Tinjauan Pustaka Banyaknya sekolah yang mengadaptasi desain British Infant Schools. Sehingga konsep kelas “mixed-age” tidak banyak didukung dari pihak sekolah dan orangtua. Adanya salah kaprah dalam penerapan konsep kelas “mixed-age”. Adanya perbandingan antara konsep kelas “same-age” dan “mixed-age” dalam hal perilaku anak. Same-age: kecendrungan perilaku anak yang lebih agresive, tidak prososial. Mixed-age: kecendrungan anak lebih care/nurture kepada anak yg lebih kecil.
Tinjauan Pustaka Persentase sumber primer yang dipakai: 26/74 (35%). Contoh cara mengakhiri tinjauan pustaka dengan rangkuman/implikasi terhadap penelitian Keuntungan konsep kelas “mixed-age” yang dihasilkan melalui riset mengungkapkan bahwa anak mendapat kesenangan dan kenyamanan dalam belajar, contoh: lebih produktif dan menerapkan cooperative learning daripada individual learning.
Tinjauan Pustaka Mengacu kepada penelitian sebelumnya, konsep kelas “mixed-age” adalah salah satu aspek dari situasi kelas yang meningkatkan kemampuan sosial dan kognitif anak (Piaget, 1977; Tizard, 1986; Vygotsky, 1978).
Tinjauan Pustaka Contoh cara menegakkan hipotesis: Dasar dari penelitian ini adalah potensi implikasi sosial dari konsep kelas “mixed-age” dalam pendidikan yang didukung oleh Parker dan Asher’s (1987) dalam kajian pustaka mengenai pentingnya pengaruh teman/peers dalam perkembangan sosial anak.
Hipotesis Anak-anak yang mengikuti konsep kelas “mixed-age” selama 2 tahun atau lebih, akan lebih memperlihatkan perilaku prososial (positif) daripada anak-anak yang terdapat dalam kelas “same-age” yang memiliki perilaku yang lebih agresif (negatif).
Metode Metode penelitian menggunakan “teacher rating scale”. Meliputi 27 items yang Data yang diambil meliputi: Perilaku prososial anak Agresifitas anak Perilaku pertemanan di dalam kelas “mixed-age” dan kelas “same-age”.
Metode Subyek penelitian: 2 sekolah di Chicago (A&B) Siswa kelas 1 – 5 SD dari daerah pinggiran/suburban area. Status ekonomi: menengah/middle class (untuk sekolah A&B). 2 sekolah di Milwaukee (C&D) Siswa kelas 1 -5 SD dari daerah tengah kota/inner-city
Metode Sample: Total populasi: 566 subyek. Terdiri dari: 29 kelas Mixed-age: 275 anak Same-age: 291 anak Tidak termasuk 159 anak TK pada kelas“same-age” yang diberikan pre-tes, dan 203 siswa kelas 3 pada kelas “same-age” yang diberikan post-tes.
Instrumen Penelitian yang menggunakan “teacher rating scale” dilakukan oleh 29 guru yang menilai 566 siswa yang termasuk dalam kelas “mixed-age” atau “same-age”. Reliabilitas dalam menggunakan metode “teacher rating scale” mengacu kepada yang pernah dilakukan oleh Ladd dan Profilet (1996). Skala reliabilitas secara umum mulai dari range .85 - .92.
Instrumen Reliabilitas: Sub skala perilaku prososial reliabilitas alpha .88 Skala perilaku pertemanan reliabilitas alpha .92 Skala perilaku agresi verbal dan fisik reliabilitas alpha .86 Ada 27 butir pertanyaan dengan skala penilaian 1 – 4 (1= never dan 4=usually).
Prosedur Parameter penyeleksian sample: Semua kelas menggunakan pendekatan kurikulum yang terintegrasi antara reading, writing, language arts, science dan social studies. Semua kelas menggunakan hands-on approach dalam mengajar matematika. Pengecualian anak TK dan special need. Semua kelas disetiap sekolah mempunyai jadwal belajar yang sama
Prosedur Kelas“mixed-age” dan “same-age” pada sekolah A & B seimbang dalam SES, prestasi siswa, jenis kelamin. Kelas “mixed-age” di sekolah C, dan “same-age” di sekolah D berasal dari daerah dan etnis yang sama dan SES yang sama pula. Pengambilan data dilakukan saat musim semi. Guru diminta untuk menjawab sesuai dengan intuisi daripada mengobservasi setiap siswa sebelum menjawab pertanyaan. Tujuannya supaya guru tetap konsisten dalam merespon setiap pertanyan.
Prosedur Asesmen guru: setiap guru melengkapi survey informasi guru tentang karakteristik guru dan kelas. Pengisian survey dilakukan sepanjang musim semi. Guru-guru yang baru 1 tahun mengajar tidak ikut serta. Nama guru tidak tercantum dilembar respon. Semua guru responden diberi instruksi dan frame waktu yang sama dalam melengkapi lembar survey.
Prosedur Analisis Data & Variabel Kontrol. Variabel kontrol meliputi: Jenis kelamin anak Ras Umur Usia guru Pengalaman bekerja guru Aktivitas dalam proses pembelajaran beserta materi pembelajaran yang menunjang kesempatan siswa dalam bekerja secara kelompok atau individual. Variabel tersebut dihubungkan kepada perilaku sosial anak. Lihat tabel 1.
Hasil Hasil pada siswa TK dan kelas 1 – 5 Sebanyak 159 anak di nilai oleh guru-guru TK. Pertama-tama, kira-kira setengah dari anak TK masuk ke kelas “mixed-age” dan setengahnya lagi masuk ke kelas “same-age”. Tidak ada perbedaan yang mencolok pada level ini. Berdasarkan pada perbedaan statistik antara perilaku sosial dalam kelas “mixed-age”, terlihat perilaku prososial dan pertemanan lebih positif dan perilaku agresif yang berkurang.
Hasil Hasil pada siswa kelas 3 Di kelas 3, semua kelas pada sekolah B adalah kelas “same-age”. Pada figure 2, siswa yang masuk ke dalam kelas “same-age” cenderung berperilaku agresif ketika dibandingkan dengan siswa kelas “mixed-age”. Lihat tabel di word.
Diskusi Menurut Oden & Ramsey (1993) kegunaan penelitian mengenai kompetensi sosial anak seringkali dapat di negosiasikan, karena dalam mendisain penelitian ini tergantung situasi subyek dan minimnya informasi tentang variabel lain, contoh tipe kelas, keadaan anak di dalam masyarakat dan keluarga.
Diskusi Dari data-data yang ada, kelas “mixed-age” dapat memprediksi perilaku anak untuk lebih prososial, baik dalam berteman, dapat diterima dan menerima satu dengan yang lain, dan kurangnya perilaku agresi daripada siswa di kelas “same-age”.
Diskusi Limitasi Peneliti tidak dapat mengontrol perubahan yang disebabkan secara genetika dan karakteristik lingkungan sosial yang anak bawa ke dalam kelas. Namun, variabel-variabel tersebut dapat diidentifikasi di dalam kelas melalui eksperimen dan observasi secara kontinyu.
Abstrak Penelitian baru-baru ini yang menggunakan “teacher rating scale” meneliti tentang korelasi kemampuan sosial anak dan penerimaan satu anak dan yang lainnya, dapat dilihat melalui mengases perilaku sosial anak dalam kelas “mixed-age” dan “same-age”.