Bilik Tafakur
Bilik Tafakkur Allah SWT berfirman: إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآَيَاتٍ ِلأُولِي الْأَلْبَابِ(190)الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.(QS. Ali Imran 190-191).
Dalam ayat tersebut kita diwajibkan agar selalu bertafakkur tentang kebesaran allah, tentang apa saja yang yang terkandung didalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang.Oleh karena itu, untuk membangkitkan umat Islam kembali, kebiasaan tafakkur ini harus dihidupkan lagi.
Menjadikan Hidup Punya Makna “Bersegerahlah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal : kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahi segala-galanya, atau menunggu datangnya Dajjal padahal ia adalah sejelek-jelek yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat adalah sesuatu yang sangat berat dan sangat menakutkan.” [HR. At-Turmudzi].
kapan kita harus tunduk, patuh dan taat kepada aturan Allah SWT itu kapan kita harus tunduk, patuh dan taat kepada aturan Allah SWT itu? Marilah kita mengingat perkataan Rosulullah Dalam sebuah hadits: “Bertaqwalah engkau dimanapun engkau berada!” [HR. Turmudzi]. Jadi jawabannya sangat tegas, yaitu setiap saat. Sungguh sabda Rosulullah SAW itu sangat gamblang untuk dipahami. Kita juga harus mengingat bahwasannya Allah SWT itu menghisab seluruh perbuatan manusia. Allah tidak hanya akan menghisab aktivitas kita ketika dimasjid saja atau sedang di pengajian. Sebaliknya, Dia Dzat Maha Tahu akan meminta pertanggungjawaban manusia dimanapun saja dan kapan saja, baik di kamar mandi, di tengah rumah, di kendaraan, di jalan, di pasar, di kampus, di ruang pengadilan, di gedung-gedung pemerintahan, dan di semua tempat lainnya. Semua perbuatan akan diminta pertanggungjawabannya apakah sesuai dengan Islam atau tidak, apakah sesuai dengan visi dan misi hidup didunia yaitu ibadah, ataukah tidak.
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahanam itu kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai qulub(akal dan hatinya) tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat (kebenaran dan kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah), mereka itu seperti binantang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itu orang-orang yang lalai” Kini saatnya memproklamirkan: hidupku untuk ibadah! Hanya dengan langkah begini hidup menjadi punya makna. Bila tidak, apa bedanya dengan hidup hewan. Na’udzu billahi min dzalik.
Hakekat Cinta Kepada Allah cara untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT: yaitu, selalu menjaga keimanan dan berperilaku sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw. Seorang yang mencintai Allah SWT akan berusaha dengan segenap tenaga untuk menerapkan aturan-aturan Allah SWT, baik yang berhubungan dengan masalah ekonomi, politik, dan sosial budaya.
Rahasia Rizki Rezeki seseorang telah ditetapkan oleh Allah swt, baik rezeki yang halal maupun yang haram. Timbul pertanyaan: “Kenapa saya harus dihisab atas rezeki yang haram, sedangkan Allah telah menetapkannya untuk saya?”. Jawabannya adalah, Allah swt memberikan kemampuan manusia untuk memilih rezeki halal atau haram, sedangkan orang-orang yang beriman tidak akan menjulurkan tangannya meraih rezeki yang haram. Jika ia dalam kesusahan, maka dia akan tetap bersabar dan selalu berusaha (ikhtiar) untuk meraih rezeki yang halal. Wahai manusia, makanlah oleh kalian apa saja yang halal dan baik yang terdapat dibumi. (Qs. Al-Baqarah [2]: 168).
Rezeki kita akan menuju kepada 3 arah saja: Segala sesuatu yang dimakan dan akan menjadi kotoran (makanan, minuman, obat, dan lain-lain) Segala sesuatu yang digunakan dan akan menjadi sampah (pakaian, sepatu, kendaraan, dan lain-lain) Segala sesuatu yang diinfaqkan dan akan menjadi tabungan akhirat
Berbuat Taat Untuk Meraih Kebahagiaan manusia itu lemah dan terbatas. Seluruh perbuatannya akan dihisab oleh Allah Dzat Maha Cepat Hisab-Nya, sementara Allah SWT Maha Tahu atas seluruh perbuatan manusia termasuk isi hatinya, malaikatpun mengawasinya. Untuk itu perlu memahami bagaimana hukum Allah mengatur kehidupan dia didunia dengan kita mengkaji Islam dengan istiqomah. Karenanya, setiap muslim yang ingin berbahagia akan selalu berupaya untuk mendalami Islam dan menerapkannya.
Islam Sebuah Sistem Kehidupan Untuk mengatur kehidupan ini, dapat diuraikan dalam 3 bagian: 1. Hubungan manusia dengan Tuhannya a. Aqidah: bagaimana manusia mengenal Tuhannya (Tauhid), Muhammad saw utusan-Nya, Al-Quran sebagai kalamullah, dan lain-lain. b. Ibadah: shalat, puasa, zakat, haji, dzikir, shadaqah, dan lain-lain. 2. Hubungan manusia dengan dirinya a. Akhlaq: sikap moral, sabar, kasih sayang, dan lain-lain. b. Math’umat (makanan): keharaman babi, khamr, dan lain-lain. c. Malbusat (pakaian): menutup aurat 3. Hubungan manusia dengan manusia lainnya a. Mu’amalat: perdagangan, industri, kesehatan, sosial, pendidikan, dan lain-lain. b. ‘Uqubat (sanksi): sanksi terhadap pelanggaran syari’at Islam seperti: had, qishash/jinayat, ta’zir dan mukhallafat
Bagaimana Membentuk Kepribadian Islam Langkah Menyusun Kepribadian Islam langkah pertama yang harus diintroduksikan dan ditanamkan pada diri seseorang adalah aqidah Islam. Langkah kedua, bertekad menjadikan aqidah Islam sebagai landasan dalam berfikir menilai segala sesuatu dan dijadikan landasan dalam bersikap dan berperilaku. Dengan tekad itu, telah seorang memiliki cara berfikir Islami (aqliyah Islamiyah) dan sikap jiwa Islami (nafsiyah Islami). langkah ketiga, seorang muslim itu membina cara berfikir Islaminya dengan meningkatkan pengetahuannya tentang ilmu-ilmu Islam, baik aqidah Islamiyah itu sendiri, Al Qur’an, As Sunnah, Tafsir ayat-ayat Al Qur’an, Fiqh, hadits, siroh, bahasa Arab dan lain-lain yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas cara berfikirnya yang senantiasa menghubungkan segala sesuatu yang difikirkannya dengan informasi Islam.
Kemukjizatan Al-Qur’an Pertama, sebagai mukjizat abadi Nabi Muhammad saw. Kedua, sebagai pedoman hidup (minhajul hayah) kaum muslimin. Ketiga, sebagai media ibadah kaum muslimin. Aktivitas Untuk Mendapatkan Petunjuk dalam Al-Qur’an 1. Membaca Al-Qur’an 2. Memahami Al-Qur’an 3. Mengamalkan Al-Qur’an 4. Mengajarkan Al-Qur’an
Istiqamah Dalam Mengemban Dakwah Secara bahasa, istiqâmah bermakna i’tidâl (lurus). Sedangkan menurut syariat dan perbuatan Rasul istiqâmah berarti afdhal ash-shalah (shalat yang paling utama) atau penyerahan dan peleburan diri yang sempuma di dalam Islam, baik pemikiran maupunperasaannya, terikat dengan ajarannya dan mendakwahkannya
Istiqamah kepada Allah ditempuh dengan cara: selalu mentauhidkan-Nya, menolak selain-Nya, dan hanya meminta pertolongan kepada-Nya; senantiasa bertawakal dengan sebenar-benarnya dan berserah diri kepada-Nya dalam semua urusan; selalu memohon ampunan, rahmat, pertolongan, kemuliaan, dan kebaikan bagi seluruh umat-Nya dan para pengemban dakwah; senantiasa tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya untuk menghilangkan seluruh keburukan yang menimpa Islam dan penganutnya; serta secara kontinu berzikir dan bersyukur kepada-Nya di saat malam dan siang—atas segala kenikmatan yang telah diberikan kepada segenap makhluk-Nya, atas Kitab dan Sunnah Rasul-Nya, atas keterikatan dengan hukum Islam, dan sebagainya.
Metode Islam untuk mendapatkan sifat istiqamah di dalam Islam dan dakwah adalah sebagai berikut: Pertama: Mengidentifikasi pemikiran yang mendalam dan pemikiran rusak yang diwariskan dari masa kemunduran. Kedua :dijadikan sebagai parameter (timbangan) untuk menghukumi fakta yang ada. ketiga : memahami fakta secara mendalam untuk mendapatkan tujuan-tujuan yang ingin diraih tanpa terpengaruh sedikit pun oleh berbagai pemikiran, hukum, pandangan, dan patokan-patokan yang bertentangan dengan Islam.
sekian dan terima kasih wassalam