filsafat ilmu Kajian –kajian filsafat Ilmu (module 03) Prof. Dr. Palmawati Taher Guru Besar Ilmu Hukum
Filsafat Ilmu Pengertian Filsafat Ilmu Filsafat ilmu terdiri dari dua kata yaitu kata filsafat dan kata ilmu. Masing-masing memiliki makna yang berbeda dan hakikat yang berlainan. Kata filsafat yang berati cinta kebijaksanaan.
Kata ilmu atau science berasal dari bahasa latin scientia yang berarti mengetahui (to know) atau belajar (to learn). Kata ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang sesuatu, atau bagian dari pengetahuan. Ilmu adalah sebagian dari pengetahuan yang memiliki persyaratan tertentu.
Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila memenuhi syarat sebagai berikut: Sistematis General Rasional Objektif Menggunakan metode Dapat dipertanggung jawabkan (Maufur, 2008: 32-34).
Menurut Michael V. Berry, filsafat ilmu adalah penelaahan tentang logika interen dan teori-teori ilmiah, dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah. Menurut A. Cornelius Benyamin, bahwa filsafat ilmu adalah studi sistematis mengenai sifat dan hakikat ilmu, khususnya yang berkenaan dengan metode, konsep, kedudukan di dalam skema umum disiplin intelektual.
Pengertian filsafat ilmu tercakup tiga telaah yaitu: Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan tentang konsep, wacana, dan postulat dan upaya untuk membuka dasar-dasar empiris, rasional dan pragmatis. Filsafat ilmu adalah studi gabungan dari berbagai macam studi untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.
Objek Filsafat Ilmu Filsafat ilmu memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara umum.
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih perhatian terhadap masalah mendasar, sehingga perlu menjawab beberapa persoalan berikut: Pertanyaan Landasan Ontologi. Ontologi menjelaskan dan atau menjawab pertanyaan apa. Objek apa yang ditelaah ? Bagaimana wujud dan hakiki dari objek tersebut? Bagaimana korelasi antara objek dengan daya tangkap manusia yang menghasilkan ilmu.
Pertanyaan Landasan Epistemologi Epistemologi menjelaskan atau menjawab pertanyaan bagaimana. Bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendapat pengetahuan yang benar? Apa kriterianya? Cara apa yang membantu dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?.
Pertanyaan Landasan aksiologi Aksiologi menjelaskan atau menjawab pertanyaan untuk apa. Untuk apa pengetahaun yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara pengguna tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan metode yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana korelasi antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral? (Jujun S. Suriasumantri, 2009:33).
Pendekatan Filsafat Ilmu Agar studi filsafat tidak menjadi historis melainkan sistematis, fungsional, dan komparatif, maka perlu pendekatan-pendekatan sehingga membuka wawasan yang lebih luas. Beberapa penulis mengomentari tentang pendekatan filsafat ilmu, seperti Parson (Ismaun: 2004) dalam studinya melakukan lima pendekatan yaitu:
Pendekatan received view yang secara klasik bertumpu pada aliran potivisme yang berdasar pada fakta-fakta. Pendekatan menampilkan diri dari sosok rasionality yang membuat kombinasi antara berpikir empiris dengan berpikir struktural dalam matematika. Pendekatan fenomenologik yang tidak hanya pengalaman langsung, melainkan pengalaman yang mengimplikasikan penafsiran dan klasifikasi.
Pendekatan metafisik, yang bersifat intransenden Pendekatan metafisik, yang bersifat intransenden. Moral merupakan sesuatu yang objektif universal. Pragmatisme, meskipun bukan pendekatan tetapi menarik untuk disajikan karena dapat menyatukan antara teori dan praktik. Selain itu terdapat juga pendekatan lain yang penting unutk ditelaah yaitu pendekatan deduksi dan pendekatan induksi.
Lingkupan Filsafat Ilmu menurut para Filsuf Lingkup filsafat ilmu dari para filsuf menurut The Liang Gie (2000) sebagai beriktu: Peter Angeles, mengemukakan filsafat ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi yaitu: Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangnya.
Telaah tentang keterkaitan di antara berbagai ilmu. Telaah tentang akibat-akibat pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoretis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan. A. Cornelius Benjamin filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam tiga bidang, sebagai berikut:
Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari sistem perlambang ilmiah. Penjelasan mengenai konsep dasar, praanggapan, dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional, atau pragmatis yang menjadi tempat tumpuannya. Aneka telaah mengenai keterkaitan di antara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti idealisme, materialisme, monisme, atau pluralisme.
Edward Madden, merumuskan lingkup filsafat ilmu ke dalam tiga bidang kajian, yaitu: probabilitas, induksi, dan hipotesis. Ernest Nagel Filsuf ini menyimpulkan bahwa filsafat ilmu mencakup tiga bidang kajian, yaitu: pola logis yang ditunjukkan oleh penjelasan dalam ilmu, pembuktian konsep ilmiah, dan pembuktian keabsahan kesimpulan ilmiah.
Permasalahan Filsaft Ilmu Gambaran permasalahan filsafat ilmu dari beberapa filsuf ilmu adalah sebagai berkut: B. Van Fraassen dan H. Margenau Menurut kedua ahli ini, permasalahan utama dalam filsafat ilmu stelah tahun enam puluhan adalah:
Metodologi. Hal-hal yang diperbincangkan ialah mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas, dan teori pengukuran. Landasan ilmu-ilmu. Ilmu-ilmu empiris hendaknya melakukan penelitian mengenai landasannya dan mencapai sukes seperti landasan matematika.
Filsuf ini mengajukan dua permasalahan, yaitu: Ontologi. Permasalahan utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas teoretis (The Liang Gie, 2000:78). Victor Lenzen Filsuf ini mengajukan dua permasalahan, yaitu: Struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah. Pentingnya ilmu bagi paraktik dan pengetahuan tentang realitas (The Liang Gie, 2000:79).
The Liang Gie (2000). Seluruh problem dalam filsafat ilmu dapat ditertibkan menjadi: Problem epistemologis tentang ilmu; Problem metafisis tentang ilmu; Problem metodologis tentang ilmu; Problem logis tentang ilmu; Problem etis tentang ilmu; Problem estetis tentang ilmu.
Dari beberapa pendapat mengenai problem filsafat ilmu dapat ditarik benang merahnya, yaitu: Apakah konsep dasar dari ilmu? Apakah hakikat dari ilmu Apakah batas-batas dari ilmu.
Fungsi, Arah dan Manfaat Filsafat Ilmu Menurut Franz Magnis Suseno (199:21), fungsi filsafat ilmu sangat luas dan mendalam, yaitu: Untuk membantu mendalami pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu atau asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya secara sisematis dan historis.
Sebagai kritik ideologi, artinya kemampuan menganalisis secara terbuka dan kritis argumentasi-argumentasi agama, ideologi dan pandangan dunia. Sebagai dasar metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dalam mempelajari studi-studi ilmu khusus. Sebagai dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual pada umumnya dan khususnya di lingkungan akademis.
Memberikan wawasan lebih luas dan kemampuan analitis dan kritis tajam untuk bergulat dengan masalah-masalah intelektual, spiritual, dan ideologis. Secara singkat fungsi filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan dan sebagai peneratas pengetahuan. Artinya filsafat telah memberi arah kepada ilmu pengetahuan dalam merumuskan konsep dan teori untuk membangun konsep ilmiah,
Arah filsafat ilmu dapat dipahami dari beberapa pendapat, antara lain: Dengan filsafat telah berkembang berbagai ilmu baruyang sangat penting bagi kelangsungan dan peradaban manusia di muka bumi. Arah filsafat ilmu dapat dipahami dari beberapa pendapat, antara lain: Filsafat ilmu diarahkan pada pembekalan pemahaman terhadap wawasan ; Filsafat ilmu diarahkan untuk lebih memanusiakan diri atau membangun diri sendiri;
Diarahkan agar mempertahankan sikap yang objektif dan mendasarkan pendapat atas pengetahuan yang objektif , tidak hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati dan antipati saja; Agar berpikir secara holistis dalam menyelesaikan suatu permasalahan , tidak egoisme; Agar dapat berpikir kritis, mandiri, dan tidak tergantung orang lain.
Manfaat Belajar Filsafat Ilmu Mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum mengandung manfaat sebagai berikut:
Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Artinya, seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga terhindar dari sikap solipsistik (pendapatnya yang paling benar).
Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggung jawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
Implikasi mempelajari filsafat ilmu adalah sebagai berikut: Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuwan memiliki landasan berpikir yang kuat. Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading” yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya (sosial kemasyarakatan).