SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI Abad 18 abad botanikal (Somberg, 1996). Sejarah Mesir kuno dan Yunani membukukan adanya farmakope, yang mencakup kompendium dan dosis obat bahan alam (Bogner, 1996). Hingga awal abad 19, semua obat bersifat toksik, karena dapat menyembuhkan atau sekaligus menyebabkan kematian. Ilmu tentang pengobatan selalu dikaitkan dengan “empirisme” dan “mantra”. Cara pembuatan obat bersifat sangat primitif sehingga perbedaan antara obat dan racun menjadi sangat tipis. Deklarasi Paracelcus pun menjadi tepat, bahwa yang membedakan antara obat untuk pengobatan dengan racun adalah dosisnya (Weatherall, 1990).
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI Hingga paruh kedua abad 19 beberapa ditemukan secara kebetulan sebagai sebuah keajaiban, antara lain quinin, digitalis, kokain, antipirin, dan aspirin. Era 1920 hingga 1940 penemuan penisilin secara spektakular oleh Alexander Fleming. Dekade 1950an teknologi dan instrumentasi baru, dikombinasikan dengan pengetahuan tentang fisiologi tubuh manusia serta pengaruh struktur DNA terhadap manusia konsep pengembangan obat berbasis bioteknologi. Dalam tahun 1960an yang merupakan “the pharmaceutical decade of the century” (Frey and Lesney, 2000), pengetahuan dan pemahaman tentang DNA sebagai materi genetik mulai banyak dibicarakan. Itu sebabnya ketika genderang perang terhadap penyakit kanker mulai ditabuh di era 1970an karena dianggap menjadi penyebab utama kematian manusia, penemuan obat baru mulai bergeser ke arah rekayasa genetika. Industri bioteknologi pun lahir di dekade ini.
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI Dekade 1980an Konsep biologi molekuler sangat kental mewarnai bangkitnya industri farmasi di berbagai belahan dunia pada. Orientasi industri farmasi mulai bergeser dari “try and see empirical approach” ke arah konseptualisasi molekul secara lebih tepat. Era komersialisasi penemuan obat pun dimulai. Penemuan obat berbasis bioteknologi yang relatif mahal membuat cukup banyak industri farmasi terpaksa gulung tikar karena bangkrut akibat kegagalan inovasinya. Strategi aliansi pun dilakukan untuk meningkatkan nilai tawar. Berdalih efisiensi, di dekade 1990an beberapa industri farmasi kelas menengah dan atas dimerjer menjadi industri raksasa yang disegani. Peran obat sebagai komoditas komersial semakin tidak terhindarkan, dan ini berlangsung terus hingga saat ini. Di penghujung abad 20, di tengah persaingan global yang sangat ketat, mulai lahir berbagai industri farmasi raksasa berkelas “multibillion-dollar industry”.
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI Tahun 1937 100 orang meninggal karena kerusakan ginjal akibat mengkonsumsi sulfanilamid yang dilarutkan dalam dietilen glikol Tahun 1938 Food, Drug, and Comestic Act berdiri uji toksisitas preklinik wajib untuk dilakukan 1950-an kloramfenikol dapat menyebabkan anemia aplastik 1960 FDA memulai untuk mengumpulkan laporan-laporan mengenai adverse drug reactions pembuatan sistem monitoring 1960 Drug utilization studies penelitian deskriptif penggunaan obat oleh dokter angka kesalahan peresepan dan penyebabnya 1961 ”thalidomide disaster” in utero exposure to thalidomide ”phocomelia”
THALIDOMID Sedatif hipnotik yang dikembangkan di Jerman Barat sekitar tahun 1954 untuk mengatasi insomnia (D’Amato et al., 1994). Namun dalam perjalanannya obat ini banyak disalahresepkan pada ibu hamil untuk mengatasi gejala mual dan muntah dalam waktu 3 tahun setelah dipasarkan, obat tersebut telah dikonsumsi secara besar-besaran di 46 negara di dunia (Matthews &McCoy, 2003). Belum genap 6 tahun menguasai pasar obat dunia Bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pada saat hamil mengkonsumsi thalidomide ditemukan cacat, baik dalam bentuk amelia (tidak memiliki tangan dan kaki), fokomelia (lengan dan kaki tidak lengkap), bibir sumbing (labioschisis), tanpa langit-langit (palatoschisis), tanpa mata (anophthalmus), tanpa telinga (anotia), tanpa tempurung kepala (anencephali), hingga abnormalitas berbagai organ tubuh (Matthews & McCoy, 2003). Pada pertengahan tahun 1962 thalidomide ditarik dari peredaran di seluruh dunia. Yang paling tragis, untuk menghentikan tragedi obat ini diperlukan waktu yang amat panjang, yaitu 8 tahun, dengan korban lebih dari 10.000 bayi cacat di seluruh dunia (Clark et al., 2001).
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI 1962 uji preklinik untuk toksikologi dan farmakologi 3 fase dalam uji klinik Fakta Diethilstilbestrol kanker leher rahim dan vagina baru terungkap 70-an, 20 tahun setelah dipasarkan 1980an penemuan-penemuan efek samping obat perubahan dari adverse effect studies menjadi adverse event studies sistem untuk mendukung studi farmakoepidemiologi Bab 10-25
SEJARAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI 1990an perubahan dari studi adverse reaction studi efek obat yang menguntungkan, studi mengenai akibat secara ekonomi penggunaan suatu obat, studi mengenai pengaruh obat terhadap kualitas hidup pasien 1990an perhatian terhadap aspek etika dan kerahasiaan bab 26