Pengelolaan Jalan Nafas dan intubasi

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
P3K OFF. OLIVIA CHRISTINE M. OFF. RAYMOND SIAGIAN STAGE 3.
Advertisements

KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
PENANGANAN HENTI JANTUNG
FIRST AID “Pertolongan Pertama Selamatkan Jiwa” Anchi PP KSR Dasar
Dr.H.Asril Zahari Sp.B KBD
BAB 12 KERACUNAN Tujuan instruksional :
RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP )
Bab 9 Masalah Bedah yang sering dijumpai
Bab 9 Masalah bedah umum.
Peredaran darah manusia
RESUSITASI CAIRAN Ns. Herlina S.Kep.
PALANG MERAH INDONESIA KECAMATAN CINAMBO KOTA BANDUNG
LUKA BAKAR.
PENGKAJIAN FISIK PADA ANAK DIARE
KERACUNAN YULIATI, SKp,MM.
Sudden cardiac arrest n CPR
REAKSI ALERGI OBAT DAN PENANGANANNYA
BANTUAN HIDUP DASAR YULIATI, SKP,MM.
Heri Widiarso, S.Kep, Ns, MNur Bidang Perawatan RS Bethesda Yogyakarta
CARA PENYUNTIKAN VAKSIN RABIES
SELAMAT DATANG PMI DAERAH MAKASAR.
RESUSITASI JANTUNG PARU
MANAGEMENT JALAN NAFAS
DASAR – DASAR ANESTESIA I
Prinsip perawatan pasien medik
DIFTERIa.
RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOCARDIUM
Syok.
PRISKILA APRILIA HAMBER
TUJUAN PEMBERIAN PERTOLONGAN
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
BANTUAN HIDUP DASAR & RESUSITASI JANTUNG PARU
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
ASUHAN BAYI BARU LAHIR BERMASALAH
KEGAWAT DARURATAN PADA TRAUMA ABDOMEN
Airway & Breathing Management
SYOK OBSTETRIK KELOMPOK 7.
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
Disusun oleh: NOPIA NUR HAYATI
PELATIHAN RUTIN IV SYOK HIPOVOLEMIK & SINKOP
PENILAIAN PENDERITA.
BHD (Bantuan Hidup Dasar) atau BLS (Basic Life Support)
Dr.Yuliani M Lubis, SpTHT-KL
- FIRST AID - PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
PROSEDUR MEMBEBASKAN JALAN NAPAS
RJP RESUSITASI JANTUNG PARU
Resusitasi jantung PARU (RJP ) ROSMALIANA. PURBA.S.Kep, Ns Disampaikan Oleh :
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
BANTUAN DASAR PADA KASUS NON TRAUMA
TRAUMA ABDOMEN.
SYOK YULIATI, SKp,MM.
GANGGUAN KESADARAN (PERUBAHAN STATUS MENTAL)
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
LUKA BAKAR. Penyebab : -Termal ( suhu > 60 C ) -Kimia ( asam / basa kuat ) -Listrik -Radiasi.
Pendahuluan Anak merupakan kelompok pasien yang unik pada pertolongan gawat darurat Mempunyai masalah dan perlakuan yang berbeda dibanding dewasa Perlengkapan.
dr. Imtihanah Amri, M.Kes, Sp.An
LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )
CEREVASKULER ATTACK (CVA)
Syok anafilaktik PKM ANREAPI. Syok Suatu sindrom klinik yang mempunyai cici-ciri berupa : Hipotensi Takikardi Hipoperfusi (urine
-FIRST AID- PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN dr. Margaretha.
Dr.Hendry Widjaja,MARS. Tujuan Utama : Mempertahankan penderita tetap hidup Membuat keadaan penderita tetap stabil Mengurangi rasa nyeri,
M. Siauta. CMPK Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa mampu melakukan tindakan Irigasi Lambung CMPK Setelah mempelajari pokok bahasan ini,
Luka Bakar (Combutio) dr. Ketut Aditya Rahardja Puskesmas Lindi.
DEFINISI  Syok merupakan kegagalan sirkulasi tepi menyeluruh yang mengakibatkan hipotensi jaringan.  Kematian karena syok terjadi bila kejadian ini.
AGD DINKES Prov. DKI JAKARTA. S H O C K merupakan kondisi mengancam jiwa yang terjadi saat tubuh tidak mendapatkan aliran darah yang adekuat Kumpulan.
Transcript presentasi:

Pengelolaan Jalan Nafas dan intubasi YULIATI, SKp,MM

Jalan Nafas Bawah (mekanisme respirasi)

Jalan Nafas Atas

Managemen Jalan Nafas Cari tanda obstruksi jalan nafas!! Kesulitan bernafas:nafas cuping hidung, retraksi Pasien terlihat gelisah, melawan Suara tambahan Perbaiki segera dengan manuver: Chin lift Jaw thrust Keluarkan debris/suction Gunakan alat bantu jalan nafas: Nasal airway Oral airway

Obstruksi jalan nafas INTUBASI?? Bekuan darah, gigi Jaringan lunak & Tulang Bengkak Posisi kepala Benda asing INTUBASI??

Indikasi Intubasi Mengatasi obstruksi jalan nafas Gagal nafas Menjaga jalan nafas dari aspirasi isi lambung, darah dan debris Untuk kepentingan ventilasi dan oksigenasi

Parameter Objektif Indikasi Intubasi GAGAL NAFAS LABORATORIK KLINIS PaO2 (tekanan parsial oksigen arteri) < 70 mm Hg PaCO2 (tekanan parsial karbon dioksida arteri) > 55 m Hg (kecuali pd PPOK) Dengan fraksi O2 ≤ 0.6 Takipnoe atau bradipnoe Takikardia Gelisah Penurunan kesadaran

STATICS S Scope : laringoskop dan stetoskop

Blade Magill Macintosh

STATICS T TUBE Dewasa ukuran 7,0; 7,5 atau 8,0 Anak > 2 thn : Uk. Tube = 4 + umur/4

STATICS A AIRWAY OROFARINGEAL AIRWAY, NASOFARINGEAL AIRWAY, SUNGKUP MUKA, KANTUNG TEKANAN POSITIF, RESERVOIR

STATICS AIRWAY (OROFARINGEAL AIRWAY, NASOFARINGEAL AIRWAY) Ukuran antara 0 – 6 Diukur dari sudut bibir sampai angulus mandibula

STATICS T TAPE

STATICS I INTRODUCER

STATICS C CONNECTOR

STATICS S SUCTION

STATICS LAIN-LAIN Jelly Spuit cuff Anestetik lokal (xylocain spray) Handscoen

Persiapan Langkah intubasi Periksa suplai Oksigen Periksa kelengkapan statics Posisikan pasien “ Sniffing Position” sehingga mulut, faring dan laring menjadi satu aksis. Jika pasien suspek trauma servikal, diperlukan penolong untuk menahan kepala pasien tetap pada posisi netral.

Bagaimana mengetahui kemungkinan sulit intubasi? Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik Jarak Thyromental ≤ 6 cm Klasifikasi Mallampati dan Mc Cormack

Riwayat Penyakit Rheumatoid Arthritis Ankylosing Spondylitis Cervical Fixation Devices Klippel-Fiel Syndrome: leher pendek, vertebra servikal kurang dari 7, vertebra servikal menyatu. Riwayat pembedahan besar daerah leher Pierre Robin Syndrome: rahang kecil, tidak memiliki reflex menelan, lidah lebih mengarah ke belakang Acromegaly: penebalan rahang, struktur jaringan lunak wajah

Pemeriksaan fisik Semua hal yang menyebabkan terbatasnya gerakan leher Jaringan parut akibat pembedahan didaerah leher atau luka bakar Kyphosis Trauma, terutama daerah leher dan kepala Obstruksi : tumor, benda asing, kehamilan,dll

Pierre Robin Syndrome Klippel-Fiel Syndrome

Klasifikasi Mallampati

Klasifikasi Mc Cormack

VENTILASI

Sniffing Position

Intubasi

Langkah Intubasi Preoksigenasi pasien dengan oksigen 100% Pegang laringoskop pada tangan kiri, buka mulut pasien, lalu masukkan laringoskop melalui sudut kanan bibir, lalu pindahkan ke arah tengah sambil mendorong lidah ke arah kiri. Angkat blade, dengan arah tegak lurus, hingga terlihat faring posterior. Identifikasi epiglotis, lalu letakkan ujung blade pada valecula, dan angkat sesuai aksis gagang. Identifikasi trakea, kartilago aritenoid dan pita suara. Masukkan tube sepanjang blade ke dalam trakea hingga 2 s/d 3 cm melewati pita suara. Kembungkan cuff.

Kalo begini???

Atau begini..??

Setelah gagal insersi ETT

Tekanan positif melalui Endo-Tracheal Tube

Cek kedalaman ETT Berikan ventilasi, lihat pergerakan dinding dada, dengarkan suara nafas pada dada dan epigastrium. Bandingkan kesimetrisan suara nafas kanan dan kiri. Tandai nomor kedalaman ETT, dan fiksasi ETT.

The American Society of Anesthesiology (AMA)has noted: “… there is strong agreement among consultants that preparatory efforts enhance success and minimize risk.” And “…The literature provides strong evidence that specific strategies facilitate the management of the difficult airway “ Thus Identifying a potentially difficult airway is essential to preparation and developing a strategy.

Komplikasi Trauma langsung pada bibir, gigi, gusi Trauma pada jalan nafas  serak, nyeri menelan, nyeri tenggorok. Fraktur/subluksasi vertebra servikal Infeksi Ruptur trakea Obstruksi tube Edema pita suara Paralisis pita suara

Pertanyaan ?

Terima Kasih

SYOK

Pengertian Syok adalah kumpulan gejala dan tanda yang diakibatkan oleh karena gangguan perfusi jaringan, yaitu aliran darah ke organ tubuh tidak dapat mencukupi kebutuhannya.

Two wide bore iv cannulae Fast NS 1L LR 1 L LR 1L Two wide bore iv cannulae Fast Raise the legs O2 via a mask Monitor BP&Pulse Catheterise & measure Urine output

Klasifikasi Syok Hipovolemik Kardiogenik Distributif Obstruktif

Syok Hipovolemik (volume loss) Kehilangan darah (perdarahan) Kehilangan plasma (luka bakar, dermatitis eksfoliatif) Kehilangan cairan dan elektrolit (muntah, diare, peritonitis, obstruksi GIT)

Syok Kardiogenik (pump function dissability) Disritmia Gagal Jantung (pompa) Disfungsi katup akut (Regurgitasi) Ruptur Septum

Syok Obstruktif (CO decreased) Tension pneumothoraks Tamponade jantung Kelainan pembuluh darah paru (emboli massif, Hipertensi Pulmonal) Trombus di atrium kiri Kelainan katup obstruktif

Syok Distributif (systemic hypotension) Sepsis Anafilaktik Neurogenik Insufisiensi Adrenal akut Obat vasodilator

Gejala Syok Gelisah Ketakutan Mual – Muntah Haus Pusing

Tanda Syok Keringat dingin Akral dan kulit dingin Gangguan kesadaran Tachypneu Tachycardia Tekanan darah rerata yang rendah Produksi urin menurun Sianosis perifer

Pengenalan syok Nadi : cepat dan kecil, pada syok yang sangat berat nadi mungkin tidak akan dapat diraba lagi. Otak : bila kekurangan darah, maka terjadi gangguan fungsi otak. Sedikit; gelisah dan ketakutan. Syok berat; kehilangan kesadaran, koma sebelum meninggal.

Pengenalan syok Paru-paru : Terjadi keadaan dimana sel-sel mengalami hipoksia, kekurangan oksigen. Tubuh akan bereaksi dengan membuat pernafasan menjadi lebih cepat. Pernafasan juga menjadi lebih dangkal.

Pengenalan syok Kulit : perabaan akan dinginnya kulit ini dilakukan terutama pada daerah tangan atau kaki.

Kristaloid, koloid/darah Kristaloid, koloid,darah Derajat Syok Hemoragik Klas I Klas II Klas III Klas IV Darah hilang /cc < 750 750 - 1500 1500-2000 > 2000 Darah hilang /% BV <15 15 - 30 30 - 40 > 40 Nadi < 100 > 100 > 120 > 140 Tekanan darah N ↓ Respirasi 14 -20 20 -30 > 35 Produksi urine/cc > 30 20 - 30 5 - 15 Tdk ada Kesadaran Agak gelisah gelisah Gelisah & bingung Bingung & letargik Cairan pengganti kristaloid Kristaloid, koloid/darah Kristaloid, koloid,darah

Penanganan : prinsip Atasi syok Cari Penyebab Hilangkan Penyebab

Penanganan : tatalaksana Tindakan ABC (BHD) Meningkatkan penghantaran O2 ke jaringan Meningkatkan curah jantung & TD Resusitasi cairan. Kontraktilitas  Inotropik, SVR  Vasopresor Tindakan atau penanganan sesuai dengan jenis syok Monitoring

Penanganan : Airway Menjaga/membuka jalan nafas * Tanpa alat Head tilt, chin lift, jaw thrust. * Dengan alat Orofaring tube, nasofaring tube, endo tracheal tube, cricothyrotomi.

Penanganan : breathing Pemberian bantuan nafas/oksigenisasi: . Bernafas spontan  oksigen nasal atau masker . Tidak bisa bernafas atau bisa bernafas tetapi tidak adekuat  menggunakan bag and mask atau ambu bag  Intubasi  ventilator.

Penanganan : circulation Memperbaiki sirkulasi darah 1. Posisi syok Pasien ditidurkan mendatar, kaki diletakkan lebih tinggi daripada kepala kurang lebih 45  2. Pemberian cairan Buat akses vena, berikan cairan kristaloid atau koloid 3. Kontraktilitas  Inotropik, SVR  Vasopresor 4. Transfusi  bila kehilangan darah dalam jumlah besar

Penanganan Tindakan atau penanganan sesuai dengan jenis syok Hemoragik  menghentikan perdarahan  balut tekan Anafilaktik  Adrenalin 1:1000 SC Tension Pneumothoraks  thorakosintesis Tamponade Jantung  cardiosintesis

Penanganan Bawa ke Pusat Pelayanan Kesehatan Monitoring * ABC * Posisi Syok * Produksi urin * Kembalinya kesadaran * Kateterisasi vena sentral

Komplikasi Syok Hipoperfusi Multi Organ Hipoksia Multi Organ Gagal Multi Organ Kematian

Prognosis Lamanya syok berlangsung Beratnya syok Kecepatan penanganan yang benar Kondisi sebelumnya Penyakit penyerta

Terapi cairan dr Boy SpAn

TUJUAN RESUSITASI CAIRAN RESTORASI PERFUSI JARINGAN & PENGIRIMAN O2 KE SEL MENGURANGI : ISKEMIA JARINGAN KEGAGALAN ORGAN

TOTAL BODY WEIGHT ( 70 Kg ) TOTAL BODY WATER ( 42 L ) ICV ( 28 L ) ECV ( 14 L ) CELL BODY INTRAVASCULAR(1/4) INTERSTISIAL(3/4) RBC PV ( 3 L ) Blood Volume (5 L)

Volume Replacement Therapy Crystalloids Colloids Lactated Ringer's Normal Saline Gelatin solutions Dextran solutions Albumin PPL HES solutions

KOMPOSISI CAIRAN IV CAIRAN GLUKOSA Na+ Cl- laktat Osmolaritas D5W 50 0 0 0 252 LRS 0 130 109 28 273 D5W / LRS 50 130 109 28 525 0,9 % Saline (NS) 0 154 154 0 308 6 % HES 0 154 154 0 310 5 % Albumin/NS 0 154 154 0 310 25 % Albumin 0 154 154 0 310 (rata2) ( rata2) (g/L ) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mOsm/kg)

PV EXPANSION WITH ADMINISTRATION OF 250 mL OF SELECTED FLUIDS FLUID  PV  IFV  ICV D5W 18 70 162 LRS 50 200 0 5 % Albumin 250 0 0 25 % Albumin 1000 -750 0 (mL) (mL) (mL) PV = change in plasma volume ; IFV = interstitial fluid volume ; ICV = intracellular volume ; D5W = 5 % dextrose in water ; LRS = Lactated Ringer’s Solution.

EFEK INFUS 1 L CAIRAN PADA KOMPONEN TUBUH Cairan Volume Ekstrasel Volume Volume 0,9 % NaCL - 100 1100 825 275 5 % Dextrose 660 340 255 85 5 % NaCL - 2950 3950 2690 990 5 % Albumin 0 1000 > 500 > 500 Darah Lengkap 0 1000 0 1000 Intrasel Total Interstisial Plasma

Crystalloid Solutions are distributed over the entire Extracellular Space. And therefore crystalloids are indicated and most effective when this space is depleted .

Colloids They remain largely within the Intravascular Space Therefore, colloids are most effective in hypovolemic patients.

Terapi Cairan Elektrolit RESUSITASI RUMATAN NUTRISI Kristaloid Koloid Repair Mengganti kehilangan akut (hemorrhage, distributif,) 1. Kebutuhan normal (IWL + urin+ feses) 2. Dukungan nutrisi

BAHAN PENYELAMAT NYAWA NAMUN DAPAT MENGANCAM NYAWA BILA DIBERIKAN SECARA SALAH DARAH

Replacement of blood losses Target controlled replacement of “Step by step” Volume loss (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Cryst.+colloids Colloids + crystalloids + PRC +FFP +platelets Target controlled replacement of volume - oxygen carriers - plasmatic coagulation - cellular coagulation Adapted from Adams, H.A. 1996 19

Transfusi yang kurang rasional Transfusi dgn alasan sayang Transfusi utk mencapai Hb > 10 g% spy penyembuhan luka tdk terhambat Transfusi untuk mencapai Hb > 10 g% (Hb 10 g% = minimal)

Transfusi yang kurang rasional Relatif masih banyak diberikan darah lengkap, seharusnya dpt digantikan dgn transfusi eritrosit + NS/RL FFP / Albumin diberikan sbg bahan makanan. FFP diberikan tanpa bukti adanya gangguan koagulasi atau sbg substitusi plasma

DARAH TRANSFUSI : ~ Bila Hb < 7 mg/dL (Ht < 21%) ~ Jarang bila Hb > 10 mg/dL (Ht 30%) jika tanpa gejala klinis ~ 7 < Hb < 10 mg/L : manfaat tdk jelas!! RISIKO TRANSMISI VIRAL & BAKTERIAL MODULASI IMUN SEKUNDER

Elektrolit Hiponatremia Hipernatremia Hipokalemia Hiperkalemia Na <135 mmol/liter Gejala klinis :<125 mmol/l. sakit kepala, mual, muntah, disorientasi bahkan koma kejang <120 mmol/l Terapi : Nacl 3 % 50 – 70 mmol/jam

Elektrolit Hiponatremia Hipernatremia Hipokalemia Hiperkalemia Na >145 mmol/l. Gejala klinis >155 -160 mmol/l demam, gelisah, iritabel, sopor, koma. Terapi: cairan sampai defisit cairan tergantikan Cairan : dekstros 5 % atau Nacl 0,45%.

Elektrolit Hiponatremia Hipernatremia Hipokalemia Hiperkalemia Kalium: <3,5 mmol/l. Gejala klinis :kelemahan tubuh, depresi, konstipasi, ileus, gagal nafas, ventrikel takikardi, atrial takikardi. Terapi: KCl oral maupun IV

Elektrolit Hiponatremia Hipernatremia Hipokalemia Hiperkalemia Kalium > 5 mmol/l. Kelemahan, Parestesia, Flacyd paralisis, Hipotensi dan Bradikardia. EKG:peninggian gelombang T. terapi: - IV dekstrose, insulin - IV Calsium klorida - IV lasix

Pertanyaan ?

Terima Kasih

EMERGENCY MEDICAL SERVICE 119 JAKARTA KERACUNAN EMERGENCY MEDICAL SERVICE 119 JAKARTA

Racun adalah : DEFINISI RACUN Suatu Zat yang bila masuk kedalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menyebabkan kematian Zat yang mengakibatkan kerusakan sementara atau permanen pada tubuh, jika digunakan dalam jumlah berlebih

PENYEBAB, BENTUK & CARA MASUK PENYEBAB KERACUNAN : KECELAKAAN DISENGAJA BENTUK : PADAT : Obat-obatan, Makanan dll CAIR : Alkohol, Bahan Bakar, Kimia dll GAS : CO, CO2, Asap Kendaraan, dll CARA MASUK : LEWAT MULUT : Tertelan LEWAT KULIT : Suntikan, Sengatan LEWAT PERNAFASAN : Terhirup

GEJALA & TANDA-TANDA UMUM Ganguan Pernafasan. Nyeri Kepala, Pusing, Gangguan Penglihatan. Mual, Muntah, Diare Berat. Lemas, Lumpuh, Kesemutan. Pucat / Sianosis. Halusinasi. Berkeringat. Kejang - kejang. Adanya botol penyimpan bahan beracun, atau sisa tablet atau tanaman beracun di dekat korban. Jika akibat tertelan racun korosif, di sekeliling bibir korban terbakar / hangus.

Keracunan Melalui Mulut / Alat Pencernaan Penyebab : Obat-obatan : Obat Tidur / Penenang, Obat yang diminum dengan bahan lain yang bereaksi menjadi racun Makanan : Jengkol, Jamur, Tempe Bongkrek, Oncom, Makanan Kaleng yang kadaluarsa Bahan Kimia : Baygon, Minyak Tanah, Racun Binatang Minuman : Bir, Wiskey, Anggur

Keracunan Melalui Mulut / Alat Pencernaan Gejala Khas / Khusus : Mual, Muntah. Nyeri Perut Diare, Napas / Mulut berbau Suara Parau, Nyeri di dalam mulut

Keracunan Melalui Kulit Penyebab : Kimia : Air Keras Sengatan : Binatang Berbisa ( Gigitan Ular, Kalajengking dll ) Binatang Laut ( Ubur-ubur, Anemon, Ketimun Laut, Gurita, Ikan Pari dll ) Suntikan : Obat Suntik Gejala Khas / Khusus : Luka Nyeri Kemerahan Terjadi perubahan Warna

Keracunan Melalui Saluran Pernafasan Penyebab : Menghirup Gas : Karbon Dioksida / CO2 ( Asap knalpot) Kebocoran Gas : Industri Kimia, Gas Freon Gejala Khas / Khusus : Sesak Nafas Nafas Berbau Mungkin Sianosis Batuk

Prinsip Penatalaksanaan Kasus Keracunan  Penatalaksanaan kegawatan  Penilaian Klinis  Dekontaminasi racun  Pemberian antidotum  Terapi suportif  Observasi dan konsultasi  Rehabilitasi

PENANGANAN / TINDAKAN DARURAT DEKONTAMINASI : Encerkan: air minum, SUSU? , air kelapa? , Keluarkan: bilas lambung, urus – urus Netralkan: Antidotum, karbon aktif

CONTOH KASUS

GIGITAN BINATANG

GIGITAN MENYEBABKAN: KERUSAKAN JARINGAN . INFEKSI. RACUN/ BISA IMUN/ALERGI

Tatalaksana Umum Anamnesis : Status hewan (sehat, terimunisasi, perilaku) Tempat dan lokasi kejadian Situasi (provokasi, pertahanan diri terhadap provokasi, tanpa provokasi) Binatang (mati, lari, dikarantina)

Pemeriksaan Fisik Neurovaskular Distal Kerusakan tendon atau sarung tendon Kerusakan tulang terutama pada tengkorak bayi dan anak-anak Kekerasan pada sendi Kerusakan organ viseral Benda Asing (c/ gigi) pada luka

Tatalaksana Pre-Rumah Sakit Evaluasi trauma lengkap Bersihkan dengan cairan steril mengalir, bila memungkinkan dan tutup Mengumpulkan data (anamnesis, gejala dan tanda) Memotivasi pasien mencari pertolongan selanjutnya

Gawat Darurat Inspeksi : (cedera dalam, jaringan non vital) Debridement : (prevensi infeksisumber : jaringan non vital, benda asing, bekuan) Irigasi Tutup luka : jika luka bersih dan mudah dibersihkan. Pertimbangkan Profilaksis Tetanus dan Rabies

Komplikasi Infeksi Lokal Sepsis Deformitas Kosmetik Kehilangan anggota tubuh.

“RABIES”

JENIS VAKSIN DAN SERUM Serum Anti Rabies (Immunisasi pasif) : Rabies Immun Globulin  nama dagang HYPERAB / IMUGAM dosis 20 iu/Kg BB ( 1 ampul isi 300 iu). Cara pemberian : ½ nya diberikan melalui INFILTRASI pada luka, selebihnya melalui IM Vaksin Anti Rabies : Human Diploid Cell Vaccine (HDCV). Diberikan dalam 5 dosis IM (hari ke 0,3,7,14,28)

SENGATAN LEBAH Amankan diri sendiri,amankan penderita, ABC Reaksi alergi, gatal, edema, eritema. Penangulangan : Amankan diri sendiri,amankan penderita, ABC Cabut sungut, Cuci dengan sabun, Antihistamin, Steroid Adrenalin

RACUN ULAR Racun ular disebut Venom Masalah gigitan ular adalah daerah gigitan sakit/kerusakan jaringan

TOXIN ULAR NEUROTOXIC ( paralisis otot pernafasan dan otot lainnya) MYOTOXIC (kerusakan otot lepas mioglobulin nekrosis tubulergagal ginjal) EFEK ANTIKOAGULAN ( pembekuan menurun, perdarahan ) HEMOLITIK TOXIN ( hemolisis-Anemis)

Coral Snake (Micrurus fulvius) Neurotoxic Menyerang saraf

Ptosis

Eyelash Viper (Bothriechis schlegeli) Haemotoxic Menyerang sel darah

Bite from a Western Diamondback Rattlesnake (Crotalus atrox) A Western Diamondback Rattlesnake, haemotoxic

Yellow-Bellied Sea Snake (Pelamis platuris) Myotoxic Menyerang otot

Tanda dan Gejala Minimal : Tidak Nyeri s/d sedang,erythema,oedema 2,5-15 cm Sedang : Nyeri hebat, tegang, oedema 25-40 cm, erythema,Demam Berat: Nyeri menyeluruh, oedema 40-50 cm,echymosis, gejala sistemik Sangat Berat : Bengkak seluruh tubuh,ecchymosis,apneu,shock

TANDA DAN GEJALA Kurang 1 jam : headache, muntah, hipotensi. 1-3 jam ; paralysis saraf cranial, nyeri abdomen, confuse, takikardi, hipotensi. Lebih 3 jam : paralysis, sianosis, hipoksia.

PENANGANAN ABC, Mencegah penyerapan dan penyebaran bisa: imobilisasi posisi insisi + Hisap tourniqet ? Menetralkan bisa SABU (1/2 amp infiltrasi, ½ - 3 amp IM/IV ) Insisi (eskaroromi) Debridement, amputasi) Penanganan Komplikasi

ADA PERTANYAAN ?