TEKNIK PENGENDALIAN & KONSERVASI LINGKUNGAN PETA & SKEMA Dosen : Dr. Ir. Heru Ernanda, MT. Dr. Indarto, STP, DEA Dr. Elida Novita, STP, MT Ir. Suhardjo Widodo, MS Idah Adriyani, STP, MT. Sri wahyuningsih, SP, MT FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – JURUSAN TEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER
PENDAHULUAN Peta & Skema Simbol/Notasi Bangunan dan Saluran 1 Pembacaan atau pembuatan Peta Suatu notasi yang disepakati, sehingga semua orang yang membaca dapat mengerti dengan cepat dan mudah Apa Artinya Menggambarkan bangunan utama yang berfungsi untuk memasukkan air irigasi dari sungai. Membutuhkan Pemahaman 2 Standard Tata Nama (Nomenklatur) Tata aturan pemberian nama bangunan, saluran, petak, daerah irigasi
Konsep dasar Daerah Irigasi & Jaringan Irigasi Jaringan Irigasi saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi Daerah Irigasi kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi
Konsep dasar Pembagian Jaringan Irigasi Jaringan Sekunder Jaringan Primer Jaringan Tersier No. Parameter Pembagian Jaringan Jaringan Utama Jaringan Tersier Jaringan Primer Jaringan Sekunder (1) (2) (3) (4) 1. Fungsional Mengambil/menyalurkan/membagi air irigasi dari sumber air irigasi ke saluran sekunder atau petak tersier Menerima air irigasi, kemudian menyalurkan ke saluran sub sekunder atau petak tersier prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier 2. Sawah Irigasi bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya saluran sekunder, saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta
Konsep dasar Jaringan Irigasi Tersier - Batas Petak Teriser Batas Daerah Layanan Petak Tersier max 150 Ha Petak Kuarter 10 – 15 Ha Petak Tersier Jaringan Primer & Sekunder JARINGAN TERSIER
Peta DAERAH IRIGASI DI Kebun Agung - Kabupaten Sumenep
Peta dan skema Skema Jaringan Irigasi Skema Jaringan DI Kebun Agung - Kabupaten Sumenep Skema Jaringan skema ini memperlihatkan bangunan utama, bangunan sadap dan bagi, saluran pembawa dan pembuang, petak tersier. Setiap ruas saluran diberikan data teknis dimensi saluran dan setiap petak tersier diberikan data luas dan debit rencana.
Wah, Pedoman dalam Pemeliharaan skema Skema Bangunan Irigasi B. RG. 2 B. RG. 1 km 0,430 km 0,250 B. BA. 2 km 0,500 Saluran Sekunder Ragu Saluran Primer Batang Wah, Pedoman dalam Pemeliharaan B. BA. 2 B. RA. 1 km 1,050 Saluran Sekunder Rawa B. RA. 2 km 2,245 B. RA. 3 km 2,345 Peta Skema Bangunan Peta skema ini menunjukkan bangunan utama, bangunan bagi dan sadap, bangunan pelengkap, saluran pembawa dan pembuang. Setiap bangunan dilengkapi dengan jarak langsung dari bangunan utama, keberadaan pintu pengatur dan bangunan ukur.
SKEMA BANGUNAN IRIGASI Sek. Cipeples Prasarana Jaringan Irigasi Satuan Jumlah Saluran Sekunder m 5,430 Bangunan Bagi buah - Bangunan Sadap 20 Bangunan Pelengkap Jembatan 7 Pelimpah Samping 2
SKEMA BANGUNAN IRIGASI Sal. Sekunder Bale Panjang Prasarana Jaringan Irigasi Satuan Jumlah Saluran Sekunder m 4,296 Bangunan Bagi buah - Bangunan Sadap 13 Bangunan Pelengkap Tempat Mandi Hewan 6 Siphon 1
Bisa Lihat Potensi IPAIR Skema Sosio - HIDRO Skema Sosio-Hidro Wah, Bisa Lihat Potensi IPAIR Petak Tersier Nama Petak Luas Baku (Ha) Luas Layanan Desa Nama Desa Luas Layanan (Ha) Peta Sosiohidro Peta skema ini menunjukkan bangunan utama, bangunan bagi dan sadap, saluran pembawa dan petak tersier. Setiap petak tersier diberi luas layanan per desa Peta ini dipergunakan untuk melihat potensi IPAIR
Skema JARINGAN IRIGASI Skema Eksploitasi Irigasi Peta Skema Eksploitasi Peta Skema Eksploitasi (PSE) dipergunakan untuk keperluan eksploitasi jaringan irigasi. Peta ini memperlihatkan bangunan utama, bangunan bagi dan sadap, saluran pembawa dan petak tersier. Setiap petak tersier atau bangunan bagi, dilengkapi dengan luas layanan, koefisien yang dipergunakan dalam eksploitasi (FPR dan LPR) dan debit rencana pemberian air. B. BA. 3 B. BA. 4 B. BA. 2 Sal. Sekunder Bagus 45 Ha 60 BA. 1 Ka Q1 19 E.I = _____% B. BA. 1 15 Ha 45 BA. 2 Ka 30 Ha BA. 3 Ki 90 BA. 3 Ka 20 Ha 40 BA 4 Te 25 Ha 35 BA. 4 Ki 6 26 11 9 14 93 b1 180 c d2 d1
LOKASI DAERAH IRIGASI Diintrepetasi dalam btas koordinat dengan proyeksi UTM – WGS 84 Ujung kiri bawah Ujung Kanan Atas Diberikan batas Batas Utara Batas Timur Batas Selatan Batas Barat
LOKASI DAERAH IRIGASI Lokasi Daerah Irigasi K. Anjuk Sumber Air No. Nama BM Koordinat BM km2 % (1) (2) (3) (4) 1. BM 774/01 814.825,32 9.224.655,30 2. BM 774/02 814.823,51 9.223.959,90 3. BM 774/03 814.483,13 9.222.587,77 4. BM 774/04 815.363,72 9.222.054,72 5. BM 774/06 813.859,75 9.220.491,22 Dam Kebun Agung Bangunan Utama START INPUT PETA DI. KEBUN AGUNG GEOREGISTER BM WILAYAH KERJA KORD. X DAN Y
INTREPRETASI Jaringan Irigasi Irigasi Pembagian Irigasi Sumber Air Pengatur Irigasi Pembuangan Irigasi Pembagian Irigasi Pemberian Irigasi Pemanfaatan Irigasi
INTERPRETASI Dasar Hukum UU No.7 Tahun 2004 Sumber Daya Air 1 PP RI No. 20 Tahun 2006 Irigasi 2 PP RI No. 42 Tahun 2008 Pengelolaan Sumberdaya Daya Air Permen PU RI No. 30/PRT/M/2007 Tahun 2007 Pedoman Pengembangan Dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif 3 Permen PU RI No. 31/PRT/M/2007 Tahun 2007 Pedoman Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Permen PU RI No. 33/PRT/M/2007 Tahun 2007 Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A Kepmen PU NOMOR 390/KPTS/M/2007 Penetapan Status Daerah Irigasi yang Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota 5
INTERPRETASI DI Dasar Hukum KEPMEN PU NOMOR 390/KPTS/M/2007 Penetapan Status Daerah Irigasi yang menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota INTERPRETASI DI Dasar Hukum No. Tata Guna Lahan Luas Daerah Layanan Weweanang dan Tanggung Jawab Pemerintah Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten /Kota Pemerintah Desa HIPPA (Ha) (1) (2) (3) (4) I. Jaringan Utama 1. Lintas Provinsi √ 2. Lintas Kabupaten/Kota > 3000 Ha 1000 – 3000 Ha < 1000 Ha 3. Utuh Kabupaten > 3.000 Ha 1.000 – 3.000 Ha < 1.000 Ha II. Jaringan Tersier III. Jaringan Desa Sumber : UU Nomor 7 Tahun 2004 PP Nomor 20 Tahun 2006 Kepmen PU Nomor 390/KPTS/M/2007
INTERPRETASI DI Klasifikasi Jaringan Irigasi Jaringan Irigasi Sederhana Sistem pelaksanaan operasional pembagian air pada jaringan irigasi sederhana pada umumnya air tidak diukur dan diatur. Jaringan Irigasi Semi-Teknis Pengambilan jaringan irigasi ini telah mampu berfungsi dengan baik dan sebagian telah dilengkapi dengan bangunan ukur. Pemisahan saluran pembawa dan pembuang belum dipisahkan secara baik dan pembagian petak tersier belum dilakukan secara detail, sehingga sulit dilakukan pembagian air. Jaringan Irigasi Teknis Jaringan irigasi ini telah dibangun sistem pengambilan yang permanen, sistem pembagian air dapat diukur dan diatur, serta pembagian jaringan pembawa dan pembuang telah terpisahkan secara jelas.
Saluran Pembawa dan Pembuang INTERPRETASI DI Klasifikasi Jaringan Irigasi Jaringan Irigasi Pengatur Pengukuran Saluran Pembawa dan Pembuang Sederhana Tidak dapat Tidak Dipisah Semi Teknis Dapat Teknis dapat Dipisah Pengatur Pengukur
Real Time – Radar, Internet PEMBERIAN AIR Metode PENGGENANGAN LAHAN pemberian air yang tidak diatur ke lahan yang akan diairi dengan menyadap air sungai 1 PEMBAGIAN AIR PROPORSIONAL Membagi air secara proporsional sesuai ketersediaan debit air dengan ukuran luas daerah yang diairi 2 Pemberian Air Irigasi Waktu, Jumlah dan Mutu Pintu dipergunakan untuk membuka/menutup aliran air di jaringan irigasi. Dampak penggunaan pintu air maka dapat dilakukan pembagian air air secara giliran. PEMBAGIAN AIR PINTU AIR 3 PEMBAGIAN AIR PINTU AIR & BANGUNAN UKUR Pembagian air dilakukan dengan kontrol pintu air dan bangunan ukur, sehingga pembagian air sesuai dengan kebutuhan air 5 AUTOMATISASI Real Time – Radar, Internet 6
PEMBERIAN AIR K Metode Ketersediaan air terbatas ARRANGED SUPPLY Pemberian yang ditetapkan Pengelola menetapkan pemberian air (jadwal, volume) ke petak tersier, biasanya ditetapkan sebelum masa tanam dimulai. 1 Ketersediaan air terbatas POLA Pemberian Air SEMI DEMAND SUPPLY Pemberian semi Permintaan Pengelola memutuskan pemberian air ke petak tersier didasarkan pada permintaan dari pemanfaat air dan disesuaikan dengan persediaan air. 2 Ketersediaan air terbatas Memerlukan Parameter Pembagian Air Faktor K Pemanfaat air menentukan air yang harus diberikan ke petak tersier dan akan menerima setelah permintaannya disampaikan ke pengamat pengalran. 3 ON DEMAND SUPPLY Pemberian Sesuai Permintaan Ketersediaan air tidak terbatas Biaya eksploirasi mahal
PEMBERIAN AIR SEMI DEMAND Faktor K FAKTOR K perbandingan antara air yang tersedia di bangunan utama dengan jumlah air yang dibutuhkan di seluruh petak tersier faktor ketersediaan air K = Faktor K Qbendung = Debit ketersediaan air irigasi di bangunan utama (l/detik) Qi = debit kebutuhan air irigasi petak tersier ke – i (l/detik) I = 1, 2, ... N = nomor indeks petak tersier η = efisiensi No. Faktor K Sistem Pembagian Air (1) (2) 1. K = 80% - 100% Pembagian air normal 2. K = 60% - 80% Pembagian air giliran antar primer 3. K = 40% - 60% Pembagian air giliran antar sekunder 4. K < 40% Pembagian air giliran antar petak tersier/gilir giring
PEMBERIAN AIR SEMI DEMAND Metode Pasten - Cirebon No. Parameter Jenis Tanah Loam Clay Sloping Sandy Saline (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) I. Koefisien 1,00 1,10 1,20 1,30 1,40 1,50 1,60 1,70 1,80 1,90 2,00 2. Kebutuhan Air Musim Hujan a. Polowijo Kebutuhan rendah 0,07 0,08 0,09 0,10 0,11 0,12 0,13 0,14 Kebutuhan sedang 0,15 0,17 0,18 0,20 0,21 0,22 0,24 0,25 0,28 Kebutuhan tinggi 0,23 0,27 0,29 0,32 0,34 0,36 0,38 0,40 0,42 Tebu b. LP Tebu 0,46 0,50 0,55 0,59 0,63 0,67 0,71 0,76 0,80 0,84 Padi - Pertumbuhan vegetatif c. Padi - reproduktif 0,56 0,62 0,73 0,78 0,90 0,95 1,01 1,06 1,12 d. LP Padi 0,92 1,09 1,18 1,26 1,34 1,43 1,51 1,68 Musim Kemarau 0,16 0,19 0,31 0,33 0,35 0,37 0,39 0,41 0,44 0,47 0,53 0,65 0,82 0,88 0,94 0,86 1,02 1,25 1,33 1,41 1,49 1,57 1,29 1,53 1,65 1,76 1,88 2,12 2,23 2,35 Kelley , T. And Johnson III , S.H. 1989. Use of Factor-K Water Allocation System in Irrigation Management : Theory and Application in Indonesia. Water Resources Management Nomor 3 page 49-71. Kluwer Academic Publishers
PEMBERIAN AIR SEMI DEMAND Metode FPR - LPR No. Parameter Koefisien Tanaman LPR Kebutuhan Air Irigasi (l/detik/Ha) (1) (2) (3) I. Polowijo, Rosella, Tembakau 1,0 1,0 x 0,36 = 0,36 2. Padi Rendeng Persemaian*) 20,0 20,0 x 0,36 = 7,20 Pengolahan Tanah 10,0 10,0 x 0,36 = 3,60 Pertumbuhan 4,0 4 x 0,36 = 1,44 3. Padi Gadu Tidak Ijin 6,0 6 x 0,36 = 2,16 4. 1 x 0,36 = 0,36 5. Tebu Cemplong/Garap 1,5 1,5 x 0,36 = 0,54 Bibit/Muda Tua 0,0 Anonim. 1992. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan. DPU Pengairan Prov. Jatim. Surabaya
PEMBERIAN AIR Metode IRIGASI PROTEKSI Keterbatasan air irigasi mengakibatkan pengelola menetapkan pemberian air (jadwal, volume) ke daerah layanan guna mengurangi ketahanan pangan wilayah 1 POLA Pemberian Air IRIGASI PRODUKSI Air irigasi diberikan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman yang paling optimum berdasarkan pada luas lahan tujuannya memaksimalkan hasil per ha luas daerah irigasi, dan perhitungan kebutuhan air untuk tanaman perlu diketahui dengan pasti 2
PINTU AIR Mengatur debit air yang masuk ke daerah layanan, sehingga : Air irigasi tidak berlebihan (tidak terjadi over topping saluran) Air irigasi sesuai dengan kebutuhan ULIR 1 2 ANGKAT Pintu Air Tipe C5 Pintu Air Tipe A/A*, B/B* Pintu Air Tipe B Tipe Pintu Lebar Pintu (m) A >2 Ulir B 0,90 – 2,00 B* 0,90 - 2,00 C2 0,60 – 0,80 C3 0,30 – 0,60 C5 0,30 – 0,50 Angkat Tanda * menunjukkan daun pintu kayu Pintu Air Tipe C2/C3