OBAT SUSUNAN SARAF OTONOM
Otak dan medula spinalis Sistem saraf S. PERIFER Eferen Aferen S. PUSAT Otak dan medula spinalis Otonomik Somatik Parasimpatis Simpatis Eferen yaitu neuron yang membawa sinyal dari S.pusat ke jaringan perifer Aferen yaitu neuron yang membawa informasi dari jaringan perifer ke S. pusat Eferen somatik dapat dipengaruhi oleh kesadaran yang mengatur fungsi seperti kontraksi otot, sedangkan eferen otonom tidak dipengaruhi kesadaran (otot jantung, Otot polos organ visera, p.d dan kelenjar eksokrin Eferen yaitu neuron yang membawa sinyal dari S.pusat ke jaringan perifer Aferen yaitu neuron yang membawa informasi dari jaringan perifer ke S. pusat Eferen somatik dapat dipengaruhi oleh kesadaran yang mengatur fungsi seperti kontraksi otot, sedangkan eferen otonom tidak dipengaruhi kesadaran (otot jantung, Otot polos organ visera, p.d dan kelenjar eksokrin
FUNGSI SISTEM S. OTONOM Fungsi sistem Simpatis- Parasimpatis yang bersifat ANTAGONIS Terkadang efek antara Simpatis- Parasimpatis sama Saling melengkapi Pada umumnya kedua susunan saraf ini bekerja antagonis, bila salah satu sistem menghambat fungsi tertentu yang lain justru menstimulasi contoh : perangsangan saraf simpatis pada pembuluh darah arteri akan menyebabkan vasokontriksi, sedangkan perangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan vasodilatasi arteri. Pada umumnya kedua susunan saraf ini bekerja antagonis, bila salah satu sistem menghambat fungsi tertentu yang lain justru menstimulasi contoh : perangsangan saraf simpatis pada pembuluh darah arteri akan menyebabkan vasokontriksi, sedangkan perangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan vasodilatasi arteri.
kedua susunan saraf ini bekerja antagonis artinya, bila salah satu sistem menghambat fungsi tertentu yang lain justru menstimulasi organ Reseptor Efek stimulasi S.simpatis (adrenergik) S. parasimpatis (kolinergik) Mata (pupil) Paru – paru (bronchia) Jantung Arteriola Vena Lambung, usus (peristaltik & sekresi) Kandung kemih dan empedu, rahim Rahim yg mengandung Kulit, otot-otot α β αβ α β diperbesar vasodilatasi daya kontraksi diperkuat, denyutan dipercepat vasokonstriksi Vasokontriksi dikurangi relaksasi Relaksasi Vasokonstriksi diperkecil diperlemah - Vasodilatasi, diperlambat Diperbesar,kontriksi, berubah-ubah
SSO bekerja menurut aturannya sendiri (tidak kita sadari) Fungsi SSO : mengatur secara otomatis keseimbangan fisiologis organisme (misal : suhu badan, tekanan & peredaran darah, pernafasan, dsb.)
PARASIMPATIS (cholinergic) Di sebut cholinergic karena S PARASIMPATIS (cholinergic) Di sebut cholinergic karena S.Parasimpatis memiliki neurotransmiter ASETILKOLIN (ACH) Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi. Beberapa neurotransmiter utama, antara lain: Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin Bentuk lain: asetilkolin, adenosina, anandamida, dll Asetilkolin : ditemukan di dalam sistem saraf organisme vertebrata, berperan dalam mentransmisikan sinyal atau rangsangan yang diterima untuk diteruskan di antara sel-sel saraf yang berdekatan atau pada sambungan neuromuscular. dapat dihambat oleh enzim kolinesterase Penghambatan kerja asetilkolin oleh enzim ini di dalam tubuh manusia berperan dalam menimbulkan penyakit Alzheimer yang terkait dengan kerusakan sel-sel otak, hilangnya ingatan, dan kemampuan berpikir. Penyakit ini dapat dikurangi efeknya dengan menggunakan obat yang mengandung inhibitor kolinesterase. Di samping itu, senyawa asetilkolin juga banyak berperan dalam aktivitas gastoinstestinal.
2. SIMPATIS (adrenergic) Di sebut adrenergic karena S 2. SIMPATIS (adrenergic) Di sebut adrenergic karena S.Simpatis memiliki neurotransmiter ADRENALIN dan NORADRENALIN Adrenalin (bahasa Inggris: adrenaline, epinephrine) adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh. Tidak hanya gerak, hormon ini juga memicu reaksi terhadap efek lingkungan seperti suara derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering rasakan adalah frekuensi detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan. Reaksi ini dalam batas tertentu menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan, mungkin juga menjadi sebuah hobi hingga disebut adrenaline junkie. Norepinephrine atau Noradrenaline merupakan neurotransmitter sistem syaraf simpatik
NEUROTRANSMITER dan RESEPTOR
Impuls dari SSP dalam sinaps diteruskan dari satu neuron ke neuron lain secara kimiawi melalui neurotransmitter
NORADRENALIN
Biosintesis norepinefrin
PENJELASAN 1. Tyrosine Asam amino Tyrsine memasuk sel syaraf secara transport aktif. Tyrosine mengalami hidroksilasi dengan bantuan Tyrosine hydroxylase menjadi L-DOPA di sitosol sel syaraf 2. DOPA DOPA mengalami dekarboksilasi menjadi DOPAMINE dengan bantuan L-amino acid decarboxylase 3. DOPAMINE Dopamine dioksidasi oleh dopamine-β-hydroxylase (hanya terdapat di vesikel) menjadi Norepinephrine dengan kofaktor askorbat 4. Norepinephrine
PRE-GANGLION neurotransmiter Parasimpatis dan Simpatis memiliki neurotransmiter yang SAMA yaitu ACETHYLCOLINE (ACh) POST-GANGLION neurotransmiter Parasimpatis ACETHYLCOLINE Simpatis ADRENALIN, NORADRENALIN atau NOREPINEPRIN
RESEPTOR Reseptor CHOLINERGIC (PS): Terdiri dari NICOTINIC dan MUSCARINIK NICOTINIK terdapat di SSP, medula adrenalis, GANGLIA otonom dan SKELETAL MUSCLE (otot rangka)
MUSCARINIK (M) M1 : parietal lambung M2: Jantung, otot polos M3: Otot polos, kelenjar eksokrin Reseptor MUSKARINIK terdapat di: Otot polos ( GI track, bronkus) Otot Jantung ( meningkatkan detak jtg) Kelenjar (Exocrine merangsang sekresi Kel. saliva) Terdapat juga di OTAK
2. Reseptor ADRENERGIC α1 (Post-sinap): mempengaruhi kontraksi otot polos α2 (Pre-sinap): terdapat di pankreas yang mengatur keluarnya insulin β1 (post-sinap) banyak terdapat di jantung β2 (Post-sinap) banyak terdapat di pembuluh darah Terdapat dalam SSP, saraf simpatis yang menghubungkan antara ganglia dan organ efektor
Reseptor Norepinephrine Reseptor adrenergik dibagi menjadi: 1. Reseptor alfa adrenergik, dibagi menjadi 2 : 1) alfa-1 adrenergik menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah, saluran gastrointestinal, vasodilatasi otot bronkus (efeknya lebih kecil dibanding beta-2) 2) alfa-2 adrenergik inhibisi pelepasan insulin, induksi pelepasan glukagon, kontraksi spincher pada gastro intestinal 2. Reseptor beta adrenergik, dibagi menjadi 3: 1.) beta 1 : terdapat di jantung menaikkan heart rate (jumlah denyut jantung per unit waktu), menaikkan kontraksi jantung 2.) beta 2: terdapat di pembuluh darah, otot polos skeletal, otot polos bronkus relaksasi otot polos di gastro intestinal dan bronkus, dilatasi arteri, glukoneogenesis 3.) beta 3: terdapat di jaringan adiposa menyebabkan lipolisis – untuk diet tp sayang efek sampingnya
GAMBAR Reseptor Norepinephrine
Metabolisme neurotransmiter Untuk menghindari akumulasi neurotransmiter dalam tubuh & terangsangnya saraf secara kontinyu, maka neurotransmiter tersebut di-inaktivasi. Asetilkolin (Ach) diuraikan oleh enzim Asetilkolinesterase (AChE) menjadi kolin & asetat (tidak berefek sbg neurotransmitter lagi). Noradrenalin dan adrenalin mengalami demetilasi (dalam darah) oleh enzim metiltransferase (COMT) dan deaminasi (dalam hati) oleh monoamin-oksidase (MAO) MAO juga bertanggung jawab pada penguraian (metabolisme) neurotransmiter yang lain yg aktif dalam SSP, yaitu Catecholamin, misal : serotonin dan dopamin.
Penggolongan obat otonom Obat – obat otonom Obat – obat otonom adalah obat – obat yang dapat mempengarui penerusan impuls dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan, dan penguraian neurotransmiter atau mempengaruhi kerja neurotransmitter terhadap reseptor khusus. Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi organ (otot polos, jantung, dan kelenjar). Obat-obat otonom : bekerja dengan cara menghambat atau menstimulasi neurotransmitter Penggolongan obat otonom zat – zat yang bekerja terhadap saraf simpatis Agonis Simpatis / Simpatomimetika bekerja merangsang (meniru efek) organ yg dilayani saraf simpatis,misalnya : noradrenalin, efedrin,isoprenalin, amfetamin Antagonis Simpatis / Simpatolitika bekerja menekan saraf simpatis atau melawan efek adrenergika, contoh : propranolol
2. Zat – zat yang bekerja terhadap saraf parasimpatis Agonis Parasimpatis / Parasimpatomimetika bekerja merangsang organ yg dilayani saraf parasimpatis & meniru efek perangsangan oleh asetilkolin. Contoh: pilokarpin, fisostigmin. Antagonis Parasimpatis / Parasimpatolitika bekerja melawan efek parasimpatomimetika,contoh : alkaloid beladonna (hyoscyamin, atropin, skopolamin).
3. Zat – zat perintang ganglion Zat yang merintangi penerusan impuls dalam sel – sel ganglion simpatik dan parasimpatik. Efek ini dampaknya luas, a.l. vasodilatasi karena blokade saraf simpatis (con : antihipertensive) tidak digunakan lagi karena blokade parasimpatis (gangguan penglihatan, berkurangnya sekresi berbagai kelenjar). Contoh : senyawa amonium kwaterner.
Disamping itu dikenal pula sejumlah obat otonom perifer yang dapat mempengaruhi SSP ,misalnya : Adrenergika (efedrin dan amfetamin) berefek menstimulasi SSP Antikolinergika (atropin) berefek menekan SSP dengan efek sedatif Fenotiazin memblokir reseptor noradrenalin di otak dengan efek sedatif Reserpin, menghabiskan cadangan noradrenalin → efek sedatif. Zat-zat perintang MAO, merintangi metabolisme noradrenalin → efek stimulasi SSP (antidepresi). Klonidin, bekerja di SSP, berefek meredakan ketegangan & menurunkan TD. Semua obat yang dapat berefek pada SSP tersebut di atas karena bersifat sangat lipofil & mudah melintasi membran otak.
Agonis Adrenergik (simpatomimetika) Adrenergika dibagi dua kelompok menurut titik kerjanya, yaitu reseptor alfa (α)dan reseptor beta(β). perbedaan kedua reseptor didasarkan pada kepekaan terhadap adrenalin, noradrenalin (NA) and isoprenalin / isoproterenol. Reseptor α lebih peka terhadap NA (adrenalin ≥ NA > isoprenalin). Reseptor β lebih peka terhadap isoprenalin (isoprenalin > NA ≥ adrenalin) “fight, fright, flight”
Kebanyakan obat adrenergik merupakan turunan dari β-fenil etilamin. Berdasarkan efek fisiologinya, reseptor α & β dibagi menjadi sub tipe : alfa-1 & alfa-2 ; beta-1 & beta-2.
Efek stimulasi reseptor alfa & beta Bila suatu organ terdapat kedua jenis reseptor tersebut maka respon terhadap adrenalin, NA, dopamin, serotonin tergantung pada pembagian & jumlah reseptor alfa dan beta pada jaringan tersebut. Contoh pada bronci ,dimana terdapat banyak reseptor beta-2 ,disini NA hanya berefek ringan sedangkan adrenalin dan isoprenalin menimbulkan bronkodilatasi yang kuat.
Tabel : efek stimulasi reseptor alfa & beta Stimulasi pada : Efek alfa Efek beta-1 Efek beta-2 Sirkulasi jantung Sirkulasi perifer SSP : Nafas Kewaspadaan metabolisme -------------- Vasokonstriksi, TD naik, Sekresi kelenjar- naik Vasokonstriksi mukosa mata & hidung. Aktv. Psikomotor naik, pupil melebar, nafsu makan turun. Glikogenolise naik Pelepasan as. Lemak naik Inotrop/kronotrop (+) ----------- ------------ Vasodilatasi – koroner Bronkhodilatasi --------- Sekresi insulin & renin naik.
Mekanisme kerja ATP cAMP 5-AMP inaktif adenylcyclase fosfodieterase adrenergika Efek2 adrenergik Katecholamin bekerja sebagai neurotransmiter dan akan mengikatkan diri pada reseptor yang berada di luar membran sel yang akan mengaktifkan enzim adenylcyclase yang akan mengubah ATP menjadi cAMP. Peningkatan kadar cAMP dalam sel akan menyebabkan bermacam2 efek adrenegik seperti diatas.
Penggolongan obat agonis adrenergik Agonis bekerja langsung Agonis bekerja tidak langsung Agonis bekerja ganda Langsung bekerja pada reseptor alpha dan beta dengan menimbulkan efek diatas Obat ini ditarik kedalam neuron presinaptik dan menyebabkan pelepasan norepinefrin dari vesikel neuron adrenergik Berkapasitas memacu langsung adrenoreseptor maupun memacu pelepasan norepinefrin
Pengolongan adrenergika Adrenergika dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu : Zat-zat yang bekerja langsung :adrenalin, NA, isoprenalin/isoproterenol, dopamin, dobutamin, fenilefrin, metoksamin, klonidin, metaproterenol, terbutalin & albuterol. Zat-zat yang bekerja tidak langsung, yaitu dengan cara merangsang pengeluaran NA dari tempat penyimpanannya (di ujung saraf adrenergik/simpatik),contoh : amfetamin, tiramin, epedrin, & metaraminol. Bekerja ganda : epedrin dan metaminol
Penggolongan dapat juga menurut jenis reseptor yang khusus distimulasi oleh obat tersebut : Adrenergika Efek-alfa Efek beta-1 Efek beta-2 Adrenalin Noradrenalin Fenilefrin Efedrin Norefedrin Oksifedrin Dopamin Dobutamin Serotonin Isoprenalin dan turunannya Salbutamol dan turunannya Isoksuprin Ritodin Nafazolin dan turunannya Amfetamin dan turunannya x o - X : efek utama; o : efek ringan; - : tidak berefek
Penggolongan secara kimiawi Derifat feniletil amin Zat dengan 2 gugus-OH pd cincin-aromatis : Katecholamin (adrenalin, NA, isoprenalin) Zat dengan 1 gugus-OH (posisi meta) : fenilefrin Zat tanpa gugus-OH : efedrin, amfetamin dan turunannya (efek SSP terkuat). Derivat imidazolin : siklometazolin, nafazolin dan turunannya yang berdaya dekongestif pada mukosa hidung & efek sentral ringan.
Penggunaan adrenergika Pada shock guna memperkuat kerja jantung (beta-1) dan melawan hipotensi (alfa-1), contoh : adrenalin dan noradrenalin(NA) Pada asma untuk broncodilatasi (beta-2), contoh : salbutamol dan turunannya, adrenalin dan efedrin Pada hipertensi , menurunkan ketahanan perifer & dinding pembuluh dg memblok pelepasan NA (alfa-2) & alfa-1. contoh : propranolol Sebagai vasodilator perifer (beta-2) di betis, contoh : buflomedil pd penyakit claudicatio intermittens Pada pilek guna menciutkan mukosa yang bengkak (alfa), contoh : turunan imidazol, efedrin dan adrenalin Sebagai midriatikum guna melebarkan pupil (alfa), contoh : fenilefrin dan nafazolin Pada obesitas yaiu untuk menekan nafsu makan, contoh : fenfluramin dan mazindol Pada nyeri haid & menghambat kontraksi untuk relaksasi otot rahim (beta-2), contoh : ritodrin
Efek samping adrenergika Pada dosis biasa, adrenergika menimbulkan efek samping pada jantung dan SSP yaitu jantung berdebar,nyeri kepala, gelisah dsb. Untuk itu perlu hati-hati jika diberikan pada penderita yang mengindap infark jantung , hipertensi dan hipertirosis. Tachyfylaxis, bila digunakan lama. Efek ini semacam resistensi yang terjadi jika diberikan berulang pada waktu yang singkat. Contoh : efedrin & adrenergik kerja tak langsung karena habisnya cadangan NA.
Adrenolitika / simpatolitika Dikelompokkan menjadi tiga : Alfa blockers zat yang memblokir reseptor alfa yang banyak terdapat pada otot polos pembuluh (khususnya pembuluh kulit & mukosa). Efek utamanya adalah vasodilatasi perifer.
ada tiga jenis alfa blockers : Alfa blockers tidak selektif contoh : fentolamin untuk hipertensi & disfungsi ereksi. Alfa-1 blockers selektif contoh : derv. Quinazolin (prazosin, terazozin, tamsulosin) serta urapidil untuk hipertensi dan hiperplasia prostat. Alfa-2 blockers selektif contoh : yohimbin (aprodisiaca).
Beta- blockers, banyak digunakan untuk antihipertensi, dibagi 2 kelompok : Beta-1 blockers selektif yaitu melawan efek stimulasi jantung oleh adrenalin & NA (reseptor beta-1), contoh : atenolol dan metoprolol Beta blockers tidak selektif juga berefek pada reseptor beta-2 (menghambat bronchodilatasi), contoh : propranolol, alprenolol, dsb. 3. Penghambat neuron adrenergis tidak menghambat reseptor adrenergis tapi menghambat pelepasan catecholamin pada postganglioner dari saraf adrenergis (s.simpatis), contoh : guanetidin (untuk terapi glaukoma tertentu).
Kolinergika / parasimpatomimetika Kolinergik adalah zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan saraf parasimpatis (SP), karena melepaskan ACh di ujung sarafnya. Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dan mengambat penggunaannya, jika SP dirangsang akan timbul efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur. Efek kolinergis yang penting adalah : Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat periltastik dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung. Memperlambat sirkulasi, a.l. dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi pembuluh darah & penurunan TD. Memperlambat pernafasan dengan menciutkan bronci, memperbesar sekresi dahak. Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil / miosis dan penurunan tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata. Kontraksi kandung kemih dan ureter sehingga memperlancar pengeluaran urin Dilatasi pembuluh & kontraksi otot rangka. menekan SSP setelah di awal distimulasi.
Reseptor kolinergik Reseptor kolinergik terdapat pada semua ganglia, sinaps, dan neuron post-ganglioner dari SP, di pelat ujung otot lurik, & di bagian SSP (sistem ekstrapiramidal). neurotransmiter dari neuron kolinergik adalah ACh. Ada 2 jenis reseptor kolinergik : Reseptor muskarinik (M), berada di neuron post- ganglioner , ada tiga subtipe : reseptor jaringan Efek stimulasi M1 M2 M3 Neuron-neuron Ganglia simpatis Myocard Jaringan nodus Kelenjar eksokrin Ileum pembuluh aktivasi pelepasan NA naik kontraksi naik bradycardia Penyaluran atrioventrikuler berkurang sekresi Relaksasi langsung : kontraksi, via endotel : relaksasi
2. Reseptor nikotinik (N) terutama terdapat di pelat – pelat ujung myoneural dari otot kerangka dan di ganglia otonom (SS dan SP). Stimulasi reseptor N oleh kolinergika (neostigmin dan piridostigmin) menimbulkan efek seperti adrenergik, jadi sangat berlawanan. Mis : vasokonstriksi dg kenaikan TD, kegiatan jantung meningkat. Efek nikotinik dari ACh juga terjadi pada perokok karena sejumlah nikotin yang diserap ke dalam darah melalui mukosa mulut.
klasifikasi kolinergika Berdasarkan cara kerjanya, kolinergik dibedakan : Bekerja langsung bekerja langsung pada organ ujung dengan kerja utama mirip efek muskarinik dari ACh, contoh : karbachol, pilokarpin, muskarin, arekolin. Semua obat ini bersifat hidrofil kecuali arekolin. Bekerja tak langsung yaitu merintangi penguraian ACh secara reversible / sementara, contoh : fisostigmin, neostigmin & piridostigmin (antikolinesterase). Ada juga zat-zat yang merintangi/mengikat kolinesterase secara irreversible, contoh : organofosfat & parathion (insektisida), malathion (obat kutu rambut).
Penggunaan kolinergika Kolinergika khusus digunakan untuk penyakit : Glaukoma, contoh : pilokarpin, karbachol, dan neostigmin myastenia gravis (kelemahan otot), contoh : antikolinesterase (fisostigmin, neostigmin). Demensia alzheimer, contoh : takrin, rivastigmin Atonia (kelemahan otot polos), contoh : karbachol dan neostigmin.
Efek samping kolinergik Efek samping kolinegik mirip dengan efek samping stimulasi SP yg berlebihan, antara lain : mual, mutah, diare, peningkatan sekresi ludah, dahak, keringat, dan air mata, bradycardia, broncokontriksi, depresi pernafasan. Antidot untuk keracunan kolinergika adalah dengan pemberian antikolinergika atropin dengan dosis tinggi (melawan efek muskarinik). Kehamilan dan laktasi boleh mengunakan obat-obat kolinergik (per oral) karena bersifat amonium kwaterner tidak melewati plasenta tetapi tidak diberikan secara parenteral karena memicu kontraksi rahim.
Antikolinergika / parasimpatolitika Adalah zat yg menghambat reseptor M (di SSP & organ perifer) sehingga melawan efek ACh. Hanya antikolinergik yg bersifat amonium kwaterner saja yg menghambat reseptor N di pelat ujung myoneural & di ganglia otonom, contoh : pankuronium (relaksansia otot) & ganglion blockers. Kebanyakan obat antikolinergik tidak bekerja spesifik untuk subtipe reseptor-M.
Klasifikasi antikolinergik Alkaloid belladonna : atropin, hyoscyamin, skopolamin, homatropin. Zat amonium kwaterner : propantelin, ipatropium, tiotropium. Zat amin tersier : pirenzepin, oksibutinin.
Efek antikolinergik memperlebar pupil (mydriasis) & mengurangi akomodasi. Mengurangi pengeluaran kelenjar (ludah, dahak, keringat) Mengurangi tonus dan motilitas saluran lambung- usus dan produksi HCl lambung Bronkhodilatasi Meningkatkan frekuensi jantung relaksasi otot polos dari organ urogenital shg mempercepat pengosongan kandung kemih & meningkatkan kapasitasnya. Merangsang & menekan SSP pd dosis tinggi (kecuali zat amonium kwaterner).
Penggunaan antikolinergik Sebagai spasmolitik (pereda kejang otot) dari saluran lambung – usus, empedu, dan organ urogenital,contoh : hyoscyamin, propantelin. Tukak lambung-usus & gastritis guna mengurangi sekresi HCl , contoh : pirenzepin Sebagai midriatikum, untuk memperbesar pupil & mengurangi akomodasi, contoh : atropin, homatropin. Sebagai premedikasi pra-bedah, untuk mengurangi sekresi ludah & bronkhi & sbg sedativ berdasarkan efek menekan SSP, contoh : atropin, skopolamin yang digunakan bersama anestesika umum sebelum pembedahan (premedikasi) Sebagai anti mabuk jalan mencegah mual muntah, contoh : skopolamin. Untuk mengurangi kontraksi spontan & hasrat BAK pada inkontinensi urin, karena instabilitas otot polos kandung kemih, contoh : oksibutinin. Sebagai antidot pd keracunan kolinergik (& antikolinesterase), contoh : atropin.
Efek samping antikolinergika Efek samping umum (tergantung dosis) adalah berupa efek muskarinik, yakni mulut kering, obstipasi, retensi urin, aritmia, gangguan akomodasi, midriasis,dan berkeringat. Pada dosis tinggi timbul efek sentral seperti gelisah, bingung, eksitasi, halusinasi. Zat-zat amonium kwaterner dalam dosis tinggi menghasilkan efek nikotinik khususnya blokade ganglion misalnya hipotensi dan impotensi. Kehamilan dan laktasi hanya atropin yang dapat digunakan, yang lain belum cukup data mengenai keamanannya.