Kesejahteraan Psikologi pada Karyawan Bank Swasta di Kota Tegal By: Silvana Beby .K 832014006 Alessandra Saija 832014013 Eriyalita Ristaningtyas .P 832014014
LATAR BELAKANG Setiap manusia memiliki konsep ideal dalam kehidupannya, salah satunya adalah kesejahteraan. Dewasa ini, kesejahteraan tidak hanya melihat kebahagiaan yang dimaknai dengan kepuasan dan peranan positif atau negatif yang dimiliki oleh manusia, akan tetapi lebih berkembang ke arah optimalisasi fungsi manusia. Ryff (1995) menyatakan bahwa kebahagiaan dapat disebut juga sebagai kesejahteraan psikologis. Dalam sebuah organisasi, seorang karyawan akan menunjukkan performa kerja yang baik ketika mereka merasa sejahtera. Setiap karyawan yang bekerja di dalam sebuah perusahaan bank, pasti menginginkan adanya kesejahteraan, maka karyawan akan menjadi tenang dan tentram serta dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya. Kesejahteraan tidak hanya kesejahteran fisik berupa gaji, tunjangan dan promosi tetapi juga kesejahteraan psikologis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lyubomirsky, King dan Diener (2002) bahwa seseorang dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi akan menampilkan fleksibilitas dan orisinalitas yang tinggi, respon yang lebih baik atas umpan balik yang diberikan kepadanya, membuat penilaian positif tentang orang lain, menunjukkan tingginya level “keterikatan”, menjadi lebih produktif dan bahagia ketika berada pada organisasi. Karyawan yang memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap produktivitasnya. Karyawan yang sejahtera adalah karyawan yang produktif.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan beberapa karyawan bank, beberapa responden mengatakan bahwa setiap karyawan harus mempunyai nilai produktivitas yang tinggi, karena mustahil jika bank swasta dapat maju tanpa etos kerja yang tinggi dari para karyawannya. Target dan tujuan sebuah bank akan tercapai bila terciptanya kerja keras dan motivasi yang tinggi untuk mencapai visi dan misi sebuah bank. Oleh karena ujung tombak perusahaan adalah karyawan, maka sangat penting sekali sebuah perusahaan untuk memperhatikan kondisi kesejahteraan karyawannya. Kesejahteraan karyawan sangat dibutuhkan untuk menunjang efektivitas pekerjaan dan juga agar dapat tercapainya target sebuah perusahaan. Namun disisi lain, kadang terdapat beberapa karyawan yang kurang bisa membangun hubungan positif, hal ini terlihat dari kurangnya komunikasi yang dilakukan beberapa karyawan dalam lingkungan kerja dan karyawan yang kurang mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasannya.
TINJAUAN TEORI Menurut Corsini (2002), pengertian kesejahteraan adalah suatu keadaan subyektif yang baik, termasuk kebahagiaan, self esteem dan kepuasan dalam hidup. Ryff (1995) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai hasil evaluasi atau penilaian seseorang terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya.
Aspek-aspek Kesejahteraan Psikologis Menurut Ryff (1995) aspek kesejahteraan psikologis meliputi: Penerimaan diri (self acceptance) Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others) Kemandirian (autonomy) Tujuan hidup (purpose individu life) Pengembangan pribadi (personal growth) Penguasaan terhadap lingkungan (environmental mastery)
Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai ciri – ciri yaitu karyawan pada bank swasta di Kota Tegal yang berada pada kelompok usia dewasa (25-40 tahun). Sampel dari penelitian ini yaitu karyawan bank swasta di Kota Tegal yang berada pada kelompok usia dewasa berjumlah 32 orang.
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode skala. Skala adalah suatu cara pengambilan data dari sampel dengan memberikan daftar pertanyaan atau pernyataan untuk mengungkap atribut-atribut yang dikehendaki. Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu Skala Kesejahteraan Psikologis Karyawan.
Hasil Uji Validitas Alat Ukur Dari hasil output SPSS diperoleh nilai yang diinginkan pada kolom Corrected Item- Total Correlation dan kemudian dibandingkan dengan titik kritis tabel yaitu 0,349 (N=32). Sehingga diperoleh 10 item yang yang valid yaitu: 4, 7, 9, 15, 23, 31, 36, 39, 41, dan 43.
Berdasarkan hasil penghitungan validitas untuk skala kesejahteraan psikologis didapatkan hasil bahwa dari 45 item yang ada, terdapat 10 item yang valid dan 35 item yang gugur.
Tabel. Sebaran Nomor Item Valid dan Item Gugur Skala Kesejahteraan Psikologis
Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur
Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach menyatakan bahwa didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,786 yang berarti skala kesejahteraan psikologis mempunyai reliabilitas yang baik.