6.28 Senyawa Padat dengan Titik Leleh Tak Kongruen
Nama Kelompok 1. Viki Amalia (131810301053) 2. Mamluah Husnul A.Z. (131810301055) 3. Lilis Indah Rahmawati (131810301057)
Pada beberapa sistem, senyawa padat yang terbentuk tidak akan meleleh menjadi cair dengan komposisi yang sama, tetapi terurai sebelum titik lelehnya tercapai. Contohnya sistem silika alumina , yang meliputi senyawa 3Al2O3.SiO2 yang disebut mullite. Mullite merupakan nama umum untuk keramik yang terbuat dari alumina (Al2O3) dan silica (SiO2).
Jika lelehan mengandung 40% Al2O3 disiapkan dan didinginkan perlahan-lahan, mullite padat mulai terpisah pada sekitar 1780˚C.
Jika beberapa senyawa padat dihapus dan dipanaskan sepanjang garis XX ', terurai pada 1800˚C menjadi korundum padat dan larutan (lelehan) memiliki komposisi P.
Yaitu 2Al2O3.SiO2 Al2O3 + solution. Perubahan seperti ini disebut pelelehan tidak kongruen, karena komposisi cairan atau lelehannya itu berbeda dari padatannya.
Titik P disebut titik leleh tidak kongruen atau titik perritectik.
Ketika titik M tercapai, padatan korundum (A12O3) mulai memisah dari lelehan sehingga komposisinya itu menjadi lebih kaya di SiO2, turun di sepanjang garis M ke P.
Ketika temperature turun dibawah temperatur peritektik pada P, perubahan yang terjadi : liquid + corrundum mullite.
Padatan Al2O3 yang telah dipisahkan bereaksi dengan lelehan sekitarnya untuk membentuk senyawa mullite. Jika spesimen yang diambil pada titik Q, material padatan mengandung 2 fase, inti corrundum dikelilingi oleh lapisan mullite.
Terimakasih