BAB X REPORTASE INTERPRETATIF Pertemuan 10
Latar Belakang Charnley: Reporter menghitung berapa kali audiens mengaplaus pembicara. Para analis mempelajari apa yg diaplaus dan coba memahami mengapa diaplaus Reportase interpretatif tak saja menulis/menghitung fakta, namun coba menjelaskan mengapa sesuatu terjadi
Menginterpretasi Berita Menjelaskan fakta yang saling bertentangan Wartawan menulis fakta yang bertentangan (menjawab pertanyaan bagaimana suatu fakta terjadi) Misal: kenaikan BBM dan dampaknya, dll
Dibutuhkan pengetahuan luas Wartawan tidak peduli pada nilai kedekatan, aktualitas namun lebih fokus pada aspek mengapa dan bagaimana suatu isu
Butuh penggalian secara lebih mendalam (terhadap suatu fakta/isu)
Analisis Berita Berita Interpretatif jenis kedua: Analisis berita (apa sebabnya, in depth fakta) Memuat spekulasi (bukan opini) terhadap fakta (mengandaikan penguasaan masalah oleh wartawan)
Tajuk Rencana & Tulisan Kolumnis Tulisan Kolumnis: Menginterpretasikan suatu fakta, mengutarakan opini, menguasai masalah (bidang olah raga, sosial politik, hukum) Kolumnis harus pakar dalam bidang dan penulis seksama/efektif
Tajuk rencana: Ditempatkan di halaman opini (ditulis pemimpin redaksi) Isi: Masalah/Topik, alasan mengapa topik penting, penyajian fakta sesuai topik, sikap terhadap topik, evaluasi terhadap mereka yang ambil sikap lain, pernyataan alternatif lain, perbandingan/analogi dengan isu lain, kesimpulan
Penggunaan Narasumber Reportase interpretatif dimulai dengan rasa ingin tahu, pemikiran logis untuk membentuk hipotesis dan menganalisis data, serta mengambil keputusan dengan kemampuan menjelaskan secara jernih
Wartawan dapat menulis interpretatif dari narasumber-narasumber tertentu Narasumber yang baik: Yang berpengetahuan dalam suatu bidang dan punya perasaan tajam sama seperti wartawan tentang perlunya publik mengetahui fakta sebenarnya yang terjadi
Macam-macam narasumber: Ilmuwan, birokrat, politisi, anggota yang tidak puas, pengejar publisitas, pejabat Humas dll
TeknikTeknik Interpretatif Sebab-akibat (jika-maka) Penalaran deduktif (umum-khusus) Penalaran induktif (khusus-umum) Analogi (perbandingan 2 masalah) Bobot relatif (bobot penting relatif) Sifat manusia (perilaku yang dipengaruhi budaya, geografis, lingkungan dll)