Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KEBUDAYAAN INDONESIA KONTEMPORER

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KEBUDAYAAN INDONESIA KONTEMPORER"— Transcript presentasi:

1 KEBUDAYAAN INDONESIA KONTEMPORER
TUGAS KELOMPOK: MASALAH MANUSIA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA KONTEMPORER TRISAKTI HANDAYANI ( ) I WAYAN WINDIA ( ) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2004 1

2 (Sebuah Resume atas buku Heru Nugroho" Menumbuhkan Ide-ide Kritis,
EKSPANSI REZIM MEDIS, MEDIKALISASI KEHIDUPAN DAN PEMBERDAYAAN MASARAKAT (Sebuah Resume atas buku Heru Nugroho" Menumbuhkan Ide-ide Kritis, Hal 61-79, Pustaka Pelajar, 2003) TULISAN INI MERUPAKAN SEBUAH GUGATAN DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI TERHADAP EKSISTENSI LEMBAGA MEDIS YANG KARENA POSISI DAN OTORIATSNYA MENJADI LEMBAGA DOMINAN DALAM MASYARAKAT 1

3 PEMIKIRAN KRITIS SOSIOLOGIS : (dalam konteks ini)
Mengapa? LEMBAGA MEDIS (KEDOKTERAN) : MERUPAKAN LEMBAGA YG TLH LAMA BERKEMBANG DAN MENEMPATI POSISI STRSTEGIS DALAM KEHIDUPAN SOSIAL KARENA PERAN SENTRAL YANG DIJALANKAN SEBAGAI”MEDIA PENYEMBUHAN”. BERKEMBANGNYA TEKNOLOGI ULTRA MODERN, LEMBAGA INI SEMAKIN MEMILIKI LEGITIMASI UNTUK MENENTUKAN MEREKA YANG TERGOLONG “SEHAT” ATAU “SAKIT” BAHKAN MENENTUKAN PASIEN YANG PARAH TETAP DIBIARKAN HIDUP ATAU DIMATIKAN. MANUSIA MENYERAHKAN OTORITASNYA UNTUK MEMPEROLEH LABEL SEHAT, NAMUN PENYERAHAN OTORITAS ITU TAMPAK MENJADI “TIDAK WAJAR” KETIKA SEBAGIAN BESAR ORANG MENGALAMI KETERGANTUNGAN TERHADAP LEMBAGA MEDIS. Apa yg dipersoalkan? LEGITIMASI LEMBAGA MEDIS YANG CENDERUNG MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG TIDAK SEIMBANG (ANTARA PASIEN DAN DOKTER), OTORITAS YANG BERLEBIHAN SHG BERSIFAT DOMINATIF DAN MUNCULNYA KETIDAK BERDAYAAN (DEPOWERING) PASIEN BILA BERHADAPAN DENGAN LEMBAGA INI MEDIKALISASI KEHIDUPAN SOSIAL 4 3

4 Teori-teori yang dihasilkan
SOSIOLOGI KRITIS SEBAGAI PENDEKATAN FUNGIONASLIME SIMBOLIK FENOMENALISME KRITIS (CRITICAL SOCIOLOGIY) PENDEKATAN YANG TERAKHIR BELUM BGT POPULER DI INDONESIA , NAMUN AKAN DIGUNAKAN SEBAGAI ANALISIS DALAM UPAYA MEMAHAMI EKSISTENSI LEMBAGA MEDIS 3

5 UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
DALAM DUNIA MEDIS UNTUK ITU, TEORI KRITIS : BERUPAYA MENYINGKAP HIDDEN SRUCTURE YANG BERSIFAT EKSPLOITATIF THD SEKELOMPOK ORANG TERTENTU DG CARA MENINGKATKAN KESADARAN KRITIS SHG MEMILIKI POSISI TAWAR (BARGAINING POSITION) ANTARA PASIEN DAN LEMBAGA MEDIS. SALAH SATU MANIFESTASI KONKRIT DARI SIKAP KRITIS ADALAH MEMPERTANYAKAN KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI DIMENSI POSITIVISME MRPKN BAG DARI ILMU KEDOKTERAN BARAT , AKIBATNYA SCR TDK DISADARI LEMBAGA INI BERSIFAT TEKNOKRATIS. TEKNOKRATIS ADALAH: “PERCAYAKAN SAJA PADA AHLINYA TANPA BANYAK BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA AKAN SEMBUH”. PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN LEMBAGA INI CENDERUNG DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG DISTORTIF. 4 3

6 DALAM PERSPEKTIF MEDIS
LEMBAGA MEDIS TDK HANYA MENGONTROL ORANG SAKIT, TETAPI JUGA ORANG SEHAT MELALUI PELEMBAGAAN IDEOLOGY MEDICALIZATION OF LIFE, UNTUK SEHAT ORANG HARUS MENGIKUTI GARIS PERINTAH MEDIS. IMPLIKASINYA ADALAH KEHIDUPAN SOSIAL DIDOMINASI OLEH LEMBAGA MEDIS DAN MENEMPATKAN REZIM MEDIS SEBAGAI PENGUASA TERTINGGI BAHKAN KEKUASAANNYA KADANG MELEBIHI PENGUASA POLITIK. ORANG YG SAKIT AKAN MEMBUTUHKAN ORG YG AHLI DLM KESEHATAN, SHG TERJD KETERGANTUNGAN (DALAM DUNIA MEDIS DIKENAL DG NAMA MEDICAL NEXUS) SAKIT DIKATEGORIKAN MENJADI DUA, YAITU SAKIT FISIK DAN PSIKIS, SAKIT PSIKIS DPT BERPENGARUH TERHADAP KONDISI FISIK & DPT MENJADI SAKIT FISIK. LABEL”SAKIT “ YG SECARA SOSIAL DIKONSTRUKSIKAN MELALUI IDEOLOGI MEDIKALISASI MENYEBABKAN MENINGKATKAN KEWASPADAAN THD PENYAKIT. KELUHAN FISIK SEDIKIT SAJA AKAN MEMPERCEPAT ORANG DATANG KE LEMBAGA MEDIS SEHINGGA TERJADI KETERGANTUNGAN Pada tahap Perkembangan selanjutnya 4 3

7 DICIPTAKANNYA OPINI MEDICALIZATION OF LIFE :
SECARA NORMATIF (DALAM PENGERTIAN PHRONESIS) BAIK. YAITU AGAR MASYARAKAT SEHAT SECARA BIOLOGIS. DISISI LAIN MENJADIKAN MASYARAKAT SAKIT KARENA SEMUA ORANG PANIK INGIN MENJADI SEHAT. HAL INI MENJADI WABAH BARU DALAM MASYARAKAT KAPITALIS. MEDIKALISASI MERUPAKAN PROSES YANG DIBUDAYAKAN MELALUI BERBAGAI CARA, YANG AKIBATNYA MANUSIA (BAIK YG SAKIT MAUPUN YANG SEHAT) HIDUP DIBAWAH CONTROL REZIM MEDIS. AKIBATNYA SEMAKIN DOMINANNYA KEKUASAAN LEMBAGA MEDIS, MUNCULLAH PROTO-PATIENTS, YAITU PASIEN YANG BELUM JATUH SAKIT BENAR, TAPI POTENSIAL UNTUK SAKIT. 4 3

8 MENUJU DEMEDIKALISASI MASYARAKAT
TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGIS TIDAK BERTUJUAN MENYALAHKAN PRAKTIK KESEHATAN YANG DILAKUKAN LEMBAGA KESEHATAN MODERN. MENGKRITISI LEMBAGA MEDIS YANG BERSIFAT PHRONESIS, TANPA MELIAHT SISTEM SOSIAL DAN POLITIK SCR LUAS KURANGL;AH BIJAKSANA , KARENA TERKADANG SISTEM SOSIAL YANG BERLAKU JUSTRU MENGEKSPLOITASI TUJUAN BAIK LEMBAGA MEDIS. PADA KENYATAANNYA TUJUAN LEMBAGA MEDIS DALAM MASYARAKAT KAPITALIS JUSTRU MENGALAMI DISTORSI DAN MENGHASILKAN KETERGANTUNGAN. KONDISI INI DIKONSTRUKSIKAN SCR SADAR SEMU ATAU FALSE CONSCIOUSNESS, BAIK OLEH PRODUSEN (REZIM MEDIS) ATAU KONSUMEN (PASIEN) 4 3

9 TIGA KATEGORI PENYAKIT MENURUT ILLICH
CLINICAL IATROGENIC : yaitu penyakit biologis yang harus dibuktikan scr klinis dalam hal ini dokter mempunyai peran untuk menyembuhkan STRUCTURAL IATROGENIC : yaitu meliputi destruksi otonomi pasien thd rezim medis, atau meningkatnya kontrol dokter terhadap pasien yg disertai dengan menurunnya otonomi pasien thd dokter. SOCIAL IATROGENIC : yaitu kondisi masyarakat yang kecanduan perlakuan medis dalam rangka memecahkan problema kesehatannya.

10 KEBIJAKAN NEGARA Mengutamakan “WEALTH” daripada “HEALTH
Mengutamakan “HEALTH” daripada “WEALTH Masyarakat KAPITALIS yang cenderung EKSPLOITATIF Akan EKSIS Masyarakat EGALITARIAN, dampaknya Komunikasi antar pasien & dokter tidak mengalami DISTORSI

11 KESEPAKATAN ALMA ALTA (1978)
Definisi SEHAT (BIOLOGIS dan NON BIOLOGIS), yaitu dengan mewujudkan : Kesamaan otonomi Adanya Pemberdayaan Masyarakat Menurunnya tingkat Ketidakberdayaan Masyarakat terhadap Lembaga Medis Sehat dalam Pengertian Lingkungan

12 4 Langkah Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) Bidang Kesehatan 1. Meningkatkan Kemampuan Kesadaran Kritis baik bagi orang awam / pekerja medis sehingga dapat membedakan pengertian sakit dalam arti Biologis dan lingkungan , melalui PENDIDIKAN 2. PROMOSI KESEHATAN, bertujuan untuk menyadarkan TOTAL ENVERIONMENT perlu diwaspadai karena itu juga menjadi umber Penyakit Biologis dan Sosial 3. LOBBYING, bertujuan mengoreksi kebijakan Kesehatan agar tidak terlalu merugiakan Masyarakat Lapisan Bawah , dapat dilakukan oleh Partai Politik atau LSM. 4. PEMBELAAN, dapat dilakukan oleh Lembaga Penegak Hukum atau LSM dalam rangka Pembelaan yang lemah sehingga Hubungan antara Lembaga Medis dan Pasiennya tidak dominatif.

13

14

15 ? LATAR BELAKANG Pemberdayaan FAKTA KONSEP RUMUSAN MASALAH
Tidak semua organisasi perempuan dapat mengembangkan fungsi, peran dan kemandirian secara optimal Perkembangan organisasi perempuan masih : 1. dipengaruhi kultur dan berpegang pada nilai-nilai patriarkhi. 2. tidak dpt berjalan scr optimal 3. terlihat bias gender KONSEP Untuk meningkatakan peran dan kemandirian O.P, dapat dilakuakan pemberdayaan pada aspek : capacity building, cultural change, structural adjusment dan pola hubungan gender. “Longwe” adalah Konsep Pemberdayaan feminisme yang meliputi: akses, kesejahteraan, kesadaran kritis, partisipasi dan kuasa. ? Pemberdayaan RUMUSAN MASALAH 1.Bagaimana tingkat keberdayaan organisasi perempuan ( capacity building, cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang ? 2.Bagaimana pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisai perempuan dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang ? 3.Bagaimana model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif feminisme yang dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan peran dan kemandirian ? 2

16 sasi perempuan yang tergabung dalam (GOW)
SOSIOLOGI KRITIS SEBAGAI PENDEKATAN sasi perempuan yang tergabung dalam (GOW) ASPEK YANG DITELTI : bangunan organisasi (capacity building), perubahan kultural ( cultural change), kesesuaian struktural (struktural adjustment). Pola hubungan gender oragnisasi MODEL YG DIKEMBANGKAN “Konsep Longwe”, yaitu : -Kesejahteraan -Akses -Penyadaran diri -Partisipasi -Kontrol 3

17 DALAM DUNIA MEDIS UNTUK ITU, TEORI KRITIS :
BERUPAYA MENYINGKAP HIDDEN SRUCTURE YG BERSIFAT EKSPLOITATIF THD SEKELOMPOK ORANG TERTENTU DG CARA MENINGKATKAN KESADARAN KRITIS SHG MEMILIKI POSISI TAWAR (BARGAINING POSITION) ANTARA PASIEN DAN KELUARGA SALAH SATU MANIFESTASI KONKRIT DARI SIKAP KRITIS ADALAH MEMPERTANYAKAN KONSEP SEHAT DARI BERBAGAI DIMENSI POSITIVISME MRPKN BAG DARI ILMU KEDOKTERAN BARAT , AKIBATNYA SCR TDK DISADARI LEMBAGA INI BERSIFAT TEKNOKRATIS. TEKNOKRATIS ADALAH: “PERCAYAKAN SAJA PADA AHLINYA TANPA BANYAK BERTANYA MAKA PENYAKIT ANDA AKAN SEMBUH”. PASIEN MENJADI TDK BERDAYA DAN LEMBAGA INI CENDERUNG DOMINATIF, KOMUNIKASI ANTARA KEDUA BELAH PIHAK CENDERUNG DISTORTIF. 4 3

18 LOKASI PENELITIAN : HASIL YANG DIHARAPKAN
Prinsip-prinsip dasar model pemberdayaan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan potensi agar mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi perempuan dalam mengembangkan organisasi. Potret tingkat keberdayaan organisasi yang merupakan prinsip-prinsip atau dasar-dasar dalam merancang model pemberdayaan organisasi perempuan. ORGANISASI PEREMPUAN YANG ADA DIKOTA MALANG 4 3

19 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Organisasi perempuan, khususnya yang tergabung dalam Gabungan Organisasi Wanita (GOW), sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan peran dan kemandiriannya. Pemerintah dan atau semua pihak (stake holder), yang kompeten dalam menyusun program dan mewujudkan konsep pemberdayaan organisasi perempuan yang sensitif gender Perguruan Tinggi, yaitu merupakan wujud sikap proaktif dari kalangan sivitas akademika dalam mengantisipasi permasalahan, sehubungan dengan banyaknya organisasi perempuan, yang kurang dapat berperan dan mandiri dalam menyikapi permasalahan kehidupan. Penelitian lanjutan, yaitu sebagai pijakan dalam mengembangkan model pemberdayaan dimasa mendatang dalam rangka meningkatkan potensi, sehingga mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi perempuan dalam mengembangkan organisasi. TUJUAN PENELITIAN : 1. Mengkaji tingkat keberdayaan Organisasi Perempuan ( capacity building, cultural change, structural adjustment) yang ada di kota Malang. 2. Mengkaji pola hubungan gender yang terjadi ( antara organisasi perempuan dengan organisasi induk ) pada organisasi perempuan di kota Malang. 3. Mengembangkan model pemberdayaan organisasi perempuan berperspektif feminisme dalam upaya meningkatkan peran dan kemandirian. 5

20

21

22 Kerangka Keadilan dan Pemberdayaan Gender
Tingkat Pemberdayaan Uraian Langkah Pemberdayaan Permasalahan  Kuasa Tingkat tertinggi dari keadilan danpemberdayaan Gender Perwakilan setara, peran aktif dalam pembangunan, diakuinya sumbangan masing-masing, memelihara dan mengembangkan tujuan Bagaimana kegiatan yang ada dapat dipertahankan dan mengembangkannya ke tingkat yang lebih tinggi Partisipasi Perempuan dan laki-laki telah mencapai tk. dimana mereka dapat mengambil keputusan bersama se-bagai dua pihak setara Pengorganisasian, bekerja dalam kelompok, suara dan kepen-tingannya semakin didengar dan diperhatikan Cara apa yang harus digunakan ? Penyadaran Kesadaran bahwa perma salahan yang dihadapi bersifat struktural & ber asal dari adanya diskrimi nasi yang melembaga Kesadaran bahwa perubahan tidak akan terjadi bukan mrk sendiri yg mengubah & bahwa peran mereka sangat penting agar perubahan terjadi Apa yang harus dilakukan ? Akses Menyangkut kesetaraan dalam akses terhadap sumber daya dan manfaat yang dihasilkan oleh adanya sumber daya Kesadaran bahwa tidak adanya akses merupakan penghalang terja dinya peningkatan kesejahteraan Mengapa kita mempunyai permasalahan ? Kesejahteraan Menangani hanya kebutuhan dasar tanpa mencoba memecah kan penyebab struktural yang menjadi akar masalah Pemberdayaan mencakup kehendak untuk memahami kehendak & permasalahan yang dihadapi Apakah permasalahan itu ? 6

23 optimalisasi Capacity Building Cultural Change Structural Adjusment
KERANGKA KONSEPTUAL : KONSEP PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN MELALUI KONSEP “LONGWE” DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERAN DAN KEMANDIRIAN Pengembangan Organisasi Perempuan cenderung bias gender Perempuan optimal disektor domestik Organisasi Perempuan Pilar Pembangunan Perempuan belum optimal disektor Publik optimalisasi Pemberdayaan Organisasi Perempuan Capacity Building Cultural Change Structural Adjusment Konsep Pemberdayaan melalui konsep “Longwe” 5 dimensi konsep “Longwe” : Akses; Partisipasi; Penyadaran; Kontrol; Kesejahteraan Mampu mengatasi permasalahan dalam mengembangkan Organisasi Perempuan Kualitas Sumberdaya Organisasi Tinggi 7

24 KERANGKA KONSEPTUAL : SISTEM INPUT OUTPUT KAJIAN PEMBERDAYAAN
ORGANISASI PEREMPUAN PEMBERDAYAAN ORGANSASI PEREMPUAN PROSES INPUT OUTPUT BASE LINE STUDY (POTRET TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN , DILIHAT DARI CAPACITY BUILDING, CULTURE CHANGE, STRUCTURAL ADJUSMENT) MERUMUSKAN MODEL, UJI COBA DAN MONETORING (RUMUSAN DAN APLIKASI MODEL ORGANISASI PEREMPUAN) EVALUASI HASIL, REVISI MODEL DAN PENGEMBANGAN (OPERASIONALISASI DAN PENYEBARLUASAN MODEL) KAJIAN PEMBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA ORGANISASI Konsep LONGWE : Akses Partisipasi Penyadaran Kontrol Kesejahteraan 8

25 POPULASI & SAMPEL ORGANISASI PEREMPUAN (GOW)
METODE PENEITIAN POPULASI & SAMPEL ORGANISASI PEREMPUAN (GOW) DATA SEKUNDER. DATA PRIMER. VARIABEL : capacity building, cultural change , struktual adjusment & pola Hubungan gender DOKUMENTASI: Lembaga Terkait CARA PENGUMPULAN DATA : OBSERVASI PARTISIPATIF, QUISTIONER, INDEPTH INTERVIEW, FGD TEKNIK ANALISIS DATA : ANALISIS DESKRIPTIF KUALITATIF ANALISIS LONGWE 3ANALISIS POHON MASALAH ANALISIS POHON TUJUAN 9

26 Tahapan Penelitian Potret tingkat keberdayaan organisasi Perempuan
Periode I Base Line Study Periode II Merumuskan model, Uji coba Model, dan Monitoring Rumusan dan Aplikasi Model Organisasi perempuan REVISI Periode III Evaluasi Hasil Revisi Model Pengembangan Model Monetoring Evaluasi, dan penyebarluasan Operasionalisasi dan Penyebarluasan model 10

27 GAMBARAN UMUM ORGANISASI PEREMPUAN DI KOTA MALANG
GOW GOW institusional mandiri profesi PERTAMA PWKM PERWARI TP PKK Dharma Wanita Persatuan Persit Kartika Chandra Kirana Bhayangkari Pia Ardhya Garini Yalasenastri DWP Pengadilan Negeri PIVERI PIISEI Himpunan Wanita Karya Wanita Kosgoro Muslimat NU Al-Hidayah A’isyiyah WKRI PWKI Harpi Melati Paki Tiara Kusuma IBI GUPPI Wanita Taman Siswa KOWAVERI IDIM IWABA Wanita Pejuang ‘45 11

28 HUBUNGAN BENTUK ORGANISASI PEREMPUAN DENGAN KEMANDIRIAN DAN PEMBERDAYAAN
11 BENTUK ORGANISASI KEMANDIRIAN PEMBERDAYAAN Institusional Terintegrasi dengan sistem korps organisasi induk  Internal sebagai bagian dari organisatoris dan dilaksanakan secara koordinatif Profesi Progresif, mandiri sebagai upaya self empowerment dan independensi Dasar kewirausahaan dan berkembang atas kemampuan dan potensi diri perempuan Mandiri Progresif, mandiri sebagai upaya self empowerment Organisasi diberdayakan sebagai organizational survival dan identity sebagai bagian pemberdayaan perempuan 12

29 ANALISIS FUNGSIONAL, BERDASARKAN GAMBARAN BENTUK ORGANISASI
Latent Pattern Maintenance: Semua organisasi perempuan didirikan dengan idealisme kesejahteraan anggota. Perbedaan terletak pada budaya organisasi seperti ada yang berangkat dari institusi, profesi dan unsur perempuan mandiri Integration Sub sistem sosial mendasari setiap organisasi perempuan di kota Malang sebagaiaman dikembangkan dalam setiap program internal dan keterkaitannya dengan kerjasama eksternal. Setiap organisasi telah terintegrasi secara sosial Goal Attaintment Kepribadian sebagai perempuan mendiri selalu menjadi bagian dari organisasi. Perbedaan antar organisasi adalah kepribadian perempuan sebagai pendukung karier suami (institusional) dan kepribadian mandiri kemandirian perempuan sebagai bagian anggota masyarakat yang mandiri Adaption Masing-masng organisasi telah memberdayakan diri sebagai pribadi (perempuan) yang merupakan subsistem pelaku-pelaku organisasi 13

30 ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI KAPASITAS BANGUNAN ORGANISASI (CAPACITY BUILDING)   Proses kesadaran dan pembentukan kapasitas terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk organisasi. Meskipun secara aktif masing-masing organisasi telah melibatkan anggota dalam mengembangkan organisasi dan memberdayakan anggotanya, namun di satu sisi masih ada konsep dominasi secara organisatoris sehingga tidak menutup kemungkinan menimbulkan anggota aktif, anggota pasif, dan anggota yang tidak berdaya Organisasi institusional dan profesi yang menekankan peran besar terhadap pengurus dalam manajemen organisasi, sedangkan organisasi mandiri lebih demokratis dalam pengelolaan manajemen. Kata kunci dlm pemberdayaan anggota organisasi adalah mengimplementasikan program kerja organisasi dlm personal growth cycly secara habituasi Orientasi tujuan Habituasi (pembiasaan) Penerjemahan dlm program 14

31 ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI PERUBAHAN KULTURAL (CULTURAL CHANGE)  
Tingkat keberdayaan organisasi perempuan pada aspek ini terlihat dengan munculnya fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan budaya, meskipun belum terlihat secara nyata. Tumbuhnya kesadaran dalam diri organisasi perempuan. Di sisi lain masih sering dijumpai adanya perubahan-perubahan budaya yang belum memihak pada perempuan. Secara umum keberadaan organisasi perempuan masih dipandang sebagai organisasi pendamping yang fungsinya hanya sebagai pelengkap, lebih ironis lagi bahwa organisasi perempuan belum cukup mempunyai “posisi tawar” dalam menjalankan program-programnya, baik program organisasi maupun program yang bersifat titipan. Secara organisasional, pada tingkat ini sudah ada pemberdayaan dan penerimaan segala perubahan yang terjadi di masyarakat. Hal ini terihat dengan etos kerja yang dikembangkan secara lebih profesional disbanding sebelumnya dan mengikuti tuntutan zaman. Dengan demikian perubahan kultural dalam organisasi perempuan telah terlihat dengan adanya demokratisasi dengan tetap menggunakan azas struktur keorganisasian baik dalam hak dan kewenangan keanggotaan. Tk Keberdayaan dalam perubahan kultural Hubungan sosial Struktur sosial Organisasi perempuan 15

32 ANALISIS TINGKAT KEBERDAYAAN ORGANISASI PEREMPUAN DILIHAT DARI KESESUAIAN STRUKTURAL (STRUCTURAL ADJUSTMENT)   Organisasi Perempuan (Orientasi Sarana dan Hasil) Praktek Sosial Perulangan aturan dan Sumberdaya Perkembangan organisasi perempuan baik yang berbentuk institusional, profesi maupun mandiri masih diwarnai konsep strukturasi sendimentasi masa pemerintahan orde baru yang berciri korporatis otoriter. Hal ini dapat dilihat dari bentuk organisasi seperti Persatuan, Korps, Dharma Wanita, Serikat, dsb. Hal ini merupakan prinsip-prinsi keterulangan seb uah struktur Apa yang dilakukan secara fungsionalisme masih sebatas pada penegakan aturan (rules) dan sumberdaya (resources) yang terbentuk dari perulangan praktik sosial. Structural adjustment dalam pemberdayaan organisasi perempuan masih bersifat konvenan dan belum memihak pada perempuan, karena masih berciri pengulangan-pengulangan secara struktur dan belum pada tataran kemandirian dan pemberdayaan 16

33 (institusional, profesi &
ANALISIS POLA HUBUNGAN GENDER DALAM ORGANISASI PEREMPUAN MENURUT KONSEP LONGWE Dimensi: 1. Kesejahteraan 2. Akses terhadap SDM 3. Kesadaran kritis 4. Partisipasi 5. Kuasa Bentuk-bentuk Organisasi Perempuan (institusional, profesi & Mandiri) 1. Semua memerlukan pengembangan 2. Semua belum optimal 3. Masih menyembunyikan sikap kritis 4. Belum menjangkau semua lapisan masyarakat. 5. Kemandirian kurang (organisasi Institusi) POLA HUBUNGAN GENDER BELUM SEIMBANG/ SETARA Organisasi Perempuan : 1). sebagai organisasi pendamping, 2). belum mandiri, 3). tergantung pada budaya organisasi induk yang sifatnya patriarkhis MODEL PEMBERDAYAAN ORGS PEREMP YG SENSITIF GENDER 17

34 KESIMPULAN Dilihat dari bentuk, fungsi, dan maknanya, maka organisasi perempuan di kota Malang dapat diklasifikasikan atas tiga bentuk : 1). Organisasi profesi (berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni); 2). Organisasi berdasarkan institusi (berkaitan dengan institusi kedinasan suami dan 4) Organisasi Mandiri. Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kapasitas bangunan organisasi (capacity building), terlihat bahwa proses kesadaran dan pembentukan kapasitas terhadap akses, partisipasi, kekuasaan, dan pengawasan anggota untuk mencapai tujuan organisasi seperti yang dicita-citakan secara ideal belum dilakukan secara optimal pada semua bentuk organisasi Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari perubahan kultural (cultural change), terjadi fenomena pada organisasi perempuan dalam menghadapi perubahan budaya, meskipun belum terlihat secara nyata. Tingkat keberdayaan organisasi perempuan dilihat dari kesesuaian struktural (structural adjustment), bahwa perkembangan organisasi tidak dapat dilepaskan dari kerangka politik suatu jaman, termasuk didalamnya perkembangan organisasi perempuan. Dilihat dari pola hubungn gender bahwa keberadaaan Organisasi Perempuan khususnya bentuk institusi masih belum menunjukkan pola hubungan gender yang seimbang, karena adanya pemahaman bahwa organisasi perempuan termasuk sebagai pendamping organisasi induk sehingga terikat dengan kebijakan struktur induk organisasi. Secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh terhadap keberadaan organisasi ke depan. 18

35 SARAN DAN REKOMENDASI Perbedaan bentuk organisasi perempuan tidak untuk diperdebatkan, tetapi justru harus menambah motivasi dalam meningkatkan peran dan kemandirian organisasi perempuan. Perubahan kultural (cultural change) sudah selayaknya diterima sebagai kesempatan untuk merubah keadaan dan dapat menumbuhkan kesadaran untuk semakin self reliance bagi organisasi perempuan Organisasi perempuan harus bersikap kritis terhaddp policy yang kurang menguntungkan bagi kemandirian organisasi sehingga ia benar-benar berdaya dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan organisasi. Dalam rangka mengoptimalkan organisasi perempuan ke depan diperlukan model pemberdayaan organisasi perempuan yang sensitif gender sehingga peran dan kemandirian organisasi perempuan dapat tercapai secara optimal 19

36 G O W Panduan “ Pembinaan Organisasi Perempuan” Capacity Building
Skema Pembentukan Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan Keberdayaan Konsep”Longwe” : akses, partisipasi, Penyadaran, kontrol, kesejahteraan G O W Model OP instistusional Panduan “ Pembinaan Organisasi Perempuan” Capacity Building Cultural Change Structural adjusment institusional Profesinal Model OP Profesi Model Organisasi Perempuan yang memiliki Kemandirian dan Keberdayaan Mandiri Model OP Mandiri Organisasi Perempuan yang memiliki Keberdayaan & Kemandirian

37


Download ppt "KEBUDAYAAN INDONESIA KONTEMPORER"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google