Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Alat Musik Tradisional: Kolintang

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Alat Musik Tradisional: Kolintang"— Transcript presentasi:

1 Alat Musik Tradisional: Kolintang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan ragam budaya. Banyak budaya yang harus diperjuangkan keberadaannya agar tetap eksis dan diakui dunia. Sebut saja kolintang, alat musik tradisioanal dari Minahasa ini dilirik Malaysia untuk dijual menjadi aset wisata andalannya. Dalam sejarahnya kolintang dipakai oleh warga Minahasa pada saat upacara ritual untuk pemujaan arwah leluhur. Seiring dengan masuknya agama Kristen yang dibawa misionaris Belanda, keberadaan kolintang terdesak dan akhirnya mulai menghilang. Kemudian mulai kembali terdengar setelah Perang Dunia II, pada saat itu seorang seniman tuna netra asal Minahasa yaitu Nelwan Kutuuk menyusun nada kolintang menurut nada musik universal. Penamaan kolintang berasal dari nada yang dihasilkannya, yaitu tong untuk nada rendah, tang untuk nada sedang, dan ting untuk nada tinggi. Dalam bahasa daerah Minahasa, ajakan untuk bermain alat musik ini berbunyi “mangemo kumolintang”, yang artinya mari kita bertong-ting-tang. Untuk mempermudah pengucapannya maka timbullah istilah kolintang. Dahulunya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer di atas kedua kaki pemain yang duduk membujur lurus ke depan di atas tanah. Kemudian kedua kaki pemain diganti dengan batang pisang atau kadang-kadang diganti dengan tali. Penggunaan peti resonator mulai diterapkan pada saat Pangeran Diponegoro dibuang ke Manado tahun 1830, konon peralatan gamelan ikut dibawa rombongan ini. Pada mulanya kolintang terdiri dari satu melodi dengan susunan nada diatonis, berjarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat string seperti gitar, ukulele, dan stringbas. Tahun 1954 kolintang dibuat 2 setengah oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah naik menjadi tiga setengah oktaf (1 kruis, naturel, dan 1 mol) dan bisa dimainkan 2 orang pada satu alat. Pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan. Saat ini kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 oktaf dengan chromatisch penuh. Sebuah kolintang mempunyai bilah kayu yang panjangnya sekitar cm. Kayu yang lebih pendek menghasilkan tangga lagu (not) yang tinggi, sebaliknya kayu yang panjang menghasilkan not yang rendah. Kayunya adalah kayu lokal seperti, kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya disusun agar membentuk garis sejajar). Dalam perkembangannya saat ini, kayu yang bagus digunakan adalah kayu waru gunung dan kayu cempaka. Kolintang sendiri ada 4 tipe, yaitu: soprano, alto, tenor, dan bas. Permainan musik kolintang tidaklah individual. Dibutuhkan minimal 6 orang pemain musik, lebih lengkapnya dibutuhkan 9 orang. Satu set kolintang terdiri dari: melodi (kolintang 1), pengiring  kecil (banjo kolintang), pengiring menengah (ukulele kolintang), pengiring besar 1 (gitar kolintang 1), pengiring besar 2 (gitar kolintang 2), bas kecil (sello kolintang), bas normal (bas kolintang), selain itu juga dilengkapi kotak dan pemukul serta tutup kolintang. Perkembangan kolintang tampil sebagai alat musik tradisional Indonesia di dunia cukup baik. Banyak kelompok musik yang memainkan kolintang di luar seperti Singapura, Australia, Belanda, Jerman, Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara lainnya. Pemesanan terhadap kolintang pun banyak berdatangan dari luar seperti Australia, Cina, Korea Selatan, Hong Kong, dan lain-lain. Permainan musik kolintang banyak ditampilkan untuk pagelaran-pagelaran seni, pesta pernikahan, upacara penyambutan, peresmian, pengucapan syukur, dan acara pertandingan. Harmoni dari berbagai nada terdengar indah dan memukau pendengarnya.


Download ppt "Alat Musik Tradisional: Kolintang"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google