Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA Disampaikan pada :

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA Disampaikan pada :"— Transcript presentasi:

1 PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA Disampaikan pada :
Seminar Forum Komunikasi Kelitbangan (FKK) Kementan - Serpong, 14 Mei 2014 Balai Besar Industri Agro Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian R I Jl. Ir. H. Juanda No. 11, Bogor 16122 T , F ,

2 POKOK BAHASAN I. PENDAHULUAN II. PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO
III. MASA DEPAN INDUSTRI AGRO IV. UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO V. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO VI. DUKUNGAN PERAN BALAI VII. PENUTUP

3 I. PENDAHULUAN

4 PENDAHULUAN Agro Industri adalah Perusahaan yang mengolah bahan-bahan hasil pertanian baik yang berasal dari tanaman, hewan maupun hasil laut. Pengolahan dalam hal ini melingkupi proses-proses transformasi dan pengawetan melalui cara-cara fisik atau kimia, penyimpanan, pengepakan dan distribusinya. Agro Industri mencakup : - Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP) - Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) - Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP)

5 PENDAHULUAN IPHP 1. IPHP Tanaman Pangan 2. IPHP Tanaman Perkebunan
3. IPHP Tanaman Hasil Hutan 4. IPHP Perikanan 5. IPHP Peternakan IPMP 1. IPMP Budidaya Pertanian 2. IPMP Pengolahan IJSP 1. IJSP Perdagangan 2. IJSP Konsultasi 3. IJSP Komunikasi

6 PENDAHULUAN Pengembangan Agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan : - Jumlah Tenaga Kerja - Pendapatan Petani - Volume Ekspor dan Devisa - Pangsa Pasar Domestik dan Internasional - Penyediaan Bahan Baku Industri

7 II. PERKEMBANGAN INDUSTRI AGRO

8 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
Perpres No. 28 Tahun “Kebijakan Industri Nasional” (Industri Agro merupakan Salah Satu Industri Andalan Masa Depan) Strategi : Hilirisasi dan Diversifikasi Fokus : Kebijakan Fiskal dan Penyediaan Infrastruktur (termasuk Listrik dan Gas Bumi) Jangka Panjang : - Peningkatan R & D dan SDM - Pengembangan Mesin Pengolahan TERCAPAINYA SASARAN PERTUMBUHAN INDUSTRI KAKAO INDUSTRI BUAH INDUSTRI KELAPA INDUSTRI TEMBAKAU INDUSTRI KOPI INDUSTRI GULA INDUSTRI HASIL LAUT SAWIT FURNITURE INDUSTRI KARET INDUSTRI PULP KERTAS KLASTER OLAHAN SUSU MENINGKATNYA DAYA SAING INDUSTRI AGRO FOKUS RENCANA AKSI PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN 12 Klaster Industri Agro KLASTER

9 SISTEM AGROBUSINESS – AGROINDUSTRY
* Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah Bahan Baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri Produktivitas Industri (UU No. 3/2014)

10 SASARAN PENGEMBANGAN Kualitatif : Memperkuat struktur industri dengan mendorong investasi di bidang industri hilir agro, melalui promosi investasi dan pemberian insentif & disinsentif; Meningkatkan daya saing industri agro melalui Fasilitasi penyediaan infrastruktur baik fisik (seperti pelabuhan, jalan dan rel KA) maupun non fisik (seperti Pusat Riset dan sekolah khusus) serta infrastruktur khusus (seperti terminal kayu dan tangki timbun) Meningkatkan pemanfaatan kapasitas produksi melalui fasilitasi penyediaan bahan baku, pasokan listrik dan gas bumi untuk industri agro;

11 Sasaran Pengembangan (lanjutan ...........)
Meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri dan ekspor, melalui pameran/promosi; Mengembangkan keragaman produk seperti diversifikasi produk bahan baku pangan untuk substitusi tepung gandum; Meningkatkan mutu produk industri agro dengan melakukan pelatihan/workshop cara produksi yang baik, HACCP serta meningkatkan jumlah produk industri agro untuk diberlakukan SNI wajib. Di samping itu, melakukan lomba desain untuk produk furniture; Mengembangkan R & D baik di bidang teknologi proses, teknologi produk dan rancang bangun peralatan pabrik.

12 1. Target Pertumbuhan Industri Agro Tahun 2010-2014
Sasaran Pengembangan (lanjutan ) Kuantitatif : 1. Target Pertumbuhan Industri Agro Tahun Sumber : Renstra Kementerian Perindustrian 12

13 2. Target Perkembangan Nilai Ekspor Industri Agro 2010-2014
Sasaran Pengembangan (lanjutan ) 2. Target Perkembangan Nilai Ekspor Industri Agro Sumber : BPS diolah Pusdatin dan Ditjen Ind. Agro – Kemenperin RI 13

14 PERTUMBUHAN INDUSTRI AGRO
Pertumbuhan Industri Tahun 2007 – 2013 (TW III) CABANG INDUSTRI 2007 2008 2009 2010 2011 2012 TW III 2013 (KUM) 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 5,05 2,34 11,22 2,78 9,14 7,74 3,45 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki -3,68 -3,64 0,60 1,77 7,52 4,19 6,02 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. -1,74 -1,38 -3,47 0,35 -2,78 8,20 4). Kertas dan Barang cetakan 5,79 -1,48 6,34 1,67 1,40 -5,26 3,74 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 5,69 4,46 1,64 4,70 3,95 10,25 3,66 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3,40 -1,49 -0,51 2,18 7,19 7,85 2,80 7). Logam Dasar Besi & Baja 1,69 -2,05 -4,26 2,38 13,06 6,45 10,30 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9,73 9,79 -2,87 10,38 6,81 6,94 10,04 9). Barang lainnya -2,82 -0,96 3,19 3,00 1,82 -1,00 -4,00 Industri Agro 4,38 1,92 9,17 2,01 7,29 5,18 3,87 Industri Non Migas 5,15 4,05 2,56 5,12 6,74 6,40 6,22 Produk Domestik Bruto (PDB) 6,35 6,01 4,63 6,49 6,23 5,83 * Sumber: BPS diolah Kemenperin

15 KONTRIBUSI INDUSTRI AGRO
Kontribusi Industri Agro pada PDB Industri Non Migas Tahun Kontribusi Industri Agro pada PDB Industri Non Migas Tahun 2012 * Sumber: BPS diolah Kemenperin

16 KINERJA EKSPOR INDUSTRI AGRO
Kinerja Ekspor Industri Agro Tahun * Sumber: BPS diolah Kemenperin

17 KINERJA INDUSTRI KOMODITI AGRO UNGGULAN

18 1. INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
LATAR BELAKANG Berdasarkan Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008, tentang Kebijakan Industri Nasional, industri pengolahan kelapa sawit (turunan MSM) merupakan salah satu prioritas untuk dikembangkan dan mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi, seperti industri oleofood, oleochemical, energi dan pharmaceutical. Pemanfaatan CPO selama ini digunakan oleh industri dalam negeri sebagai bahan baku industri turunan CPO yang masih terbatas yaitu industri pangan (antara lain minyak goreng, margarin, shortening, CBS, Vegetable Ghee) dan industri non pangan yaitu oleokimia (antara lain fatty acids, fatty alcohol, dan glycerin) dan biodiesel. 18

19 KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
No Uraian Satuan 2011 2012 2013* 1 Investasi Trilyun Rupiah 26.3 27.8 2 Jumlah Unit Usaha Unit 89 93 95 3 Kapasitas Produksi Minyak Goreng Sawit Ton Oleokimia Biodiesel Kilo Liter (KL) 4 Produksi 5 Konsumsi 6 Ekspor 7 Impor 8 Tenaga Kerja Orang * Untuk tahun 2013 data masih bersifat Prognosa Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin 2013 19

20 2. INDUSTRI FURNITUR (ROTAN)
LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia. Diperkirakan 85% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti : Philipina, Vietnam dan negara-negara Asia lainnya.Rotan merupakan bahan baku dari alam yang ramah lingkungan, karena rotan hidup di pepohonan. Jika rotan tumbuh dengan baik artinya hutan lestari, oleh karena itu produk olahan rotan termasuk produk ramah lingkungan (green product). Industri pengolahan kayu yang berada dibawah binaan Kementerian Perindustrian adalah industri hilir yang mengolah lebih lanjut hasil produksi industri primer hasil hutan, yaitu meliputi industri wood working, furniture kayu dan industri pulp/kertas. Sedangkan industri primer hasil hutan yang mengolah langsung kayu bulat sesuai dengan PP 34 Tahun merupakan binaan Kementerian Kehutanan. 20

21 KINERJA INDUSTRI FURNITURE (ROTAN)
NO. KETERANGAN T A H U N 2010 2011 2012 2013 1. Kapasitas Produksi M3 M3 M3 M3 2. Produksi M3 M3 M3 M3 3. Utilisasi 58,82% 64,69% 67,54% 67,67% 4. Ekspor 1.4 Milyar USD 1.2 Milyar USD 1.25 Milyar USD 5. Unit Usaha 912 6. Investasi Rp. 7.3 Trilyun Rp.7.3 Trilyun 7. Tenaga Kerja Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin Kemenperin 2013

22 3. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
LATAR BELAKANG Produk turunan kakao yang potensial untuk dikembangkan di masa mendatang adalah : cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, cocoa powder, makanan dan minuman olahan dari cokelat. Kapasitas produksi industri pengolahan kakao meningkat signifikan dari ton tahun 2011 meningkat menjadi ton (naik 17,8%) dengan kenaikan produksi dari ton pada tahun 2011 meningkat menjadi pada tahun 2012 (naik 60%). Berkembangnya industri pengolahan kakao turut mendorong berkembangnya industri hilir cokelat seperti Nestle, Mayora, Indolakto, dan Unilever dengan investasi mencapai Rp. 3,0 Triliun. 22

23 KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
No. URAIAN SATUAN TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 2013* 1. Jumlah Perusahaan Unit Usaha 15 16 18 2. Jumlah Tenaga Kerja Orang 4.000 4.300 4.500 3. Jumlah Investasi Juta Rupiah 4. Kapasitas Ton 5. Produksi 6. Utilisasi % 47,4 36,2 43,5 44,6 60,6 72,22 7. Ekspor Volume 81.992 Nilai US$.000 8 Impor 12.541 10.102 10.607 11.137 19.827 20.435 16.481 19.398 20.368 21.368 93.534 95.728 Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin 2013 * Untuk tahun 2013, data mulai dari periode Januari s/d Oktober 2013

24 4. INDUSTRI GULA LATAR BELAKANG
Revitalisasi industri gula merupakan salah satu program prioritas Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II dengan target tercapainya swa-sembada gula nasional pada 2014. Pada tahun 2014 diharapkan produksi gula nasional mencapai 5,7 juta ton terdiri dari 2,96 juta ton Gula Kristal Putih (GKP) dan 2,74 juta ton Gula Kristal Rafinasi (GKR) yang akan diperoleh dari pembenahan PG existing (revitalisasi off-farm) yang didukung revitalisasi on-farm (intensifikasi perkebunan tebu yang ada) dengan kontribusi 3,57 juta ton serta pembangunan perkebunan tebu baru (ekstensifikasi lahan) dan pembangunan PG baru dengan target 2,13 juta ton. Dasar hukum Kementerian Perindustrian melaksanakan program revitalisasi industri gula yaitu INPRES No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional. 24

25 KINERJA INDUSTRI GULA 2013 Sumber : Dewan Gula Indonesia tahun 2013 25

26 ISU-ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
Masih adanya permasalahan klasik yang hingga kini belum tuntas, seperti terbatasnya infrastruktur (jalan, pelabuhan, listrik dan gas bumi) yang berdampak pada biaya logistik dan distribusi, serta akses terhadap bahan baku. Terganggunya suplai dan meningkatnya harga komoditas pangan dunia akibat dampak gejolak nilai tukar USD. Sementara itu, sebagian besar bahan baku industri agro masih tergantung impor, seperti gandum, gula, kedelai, daging dan susu. Kenaikan harga bahan baku tersebut, tidak mudah untuk diteruskan kepada konsumen, mengingat daya beli konsumen belum mendukung. Konsumen berpendidikan dan berwawasan lebih tinggi sehingga lebih menuntut akan produk-produk agro yang berkualitas tinggi, sehat/aman dan halal dikonsumsi. Terganggunya pemasaran produk industri agro dalam negeri oleh produk ilegal dan produk impor kualitas rendah dengan harga murah. Permasalahan perburuhan (UMP, demo), dan kenaikan biaya energi.

27 III. MASA DEPAN INDUSTRI AGRO

28 MASA DEPAN INDUSTRI AGRO
Industri Agro merupakan industri andalan masa depan mengingat perannya yang penting dan strategis bagi struktur industri nasional maupun terhadap perekonomian nasional. Didukung oleh ketersediaan bahan baku didalam negeri yang bersumber dari sektor pertanian, perikanan/ kelautan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Industri Agro penting untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional masa depan: - mampu menstransformasikan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. - memiliki nilai tambah dan pangsa pasar yang besar. - memiliki keterkaitan yang besar baik ke hulu maupun ke hilir. - memiliki basis bahan baku lokal.

29 IV. UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO

30 UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
1. Pengembangan klaster Industri Agro Komoditas Unggulan. 2. Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah di Kabupaten/ Kota. 3. Koordinasi antar Kementerian terkait.

31 LOKUS PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI AGRO
Klaster Kopi NAD Klaster CPO Klaster CPO Klaster CPO dan Kelapa Sumut Klaster Kelapa Kep. Riau Kaltim Riau Sulut Maluku Utara Klaster Karet Kalbar Sumbar Gorontalo Jambi Kalteng Klaster Kakao Babel Sulteng Klaster Kakao Bengkulu Papua Barat Sumsel Kalsel Maluku Sulsel Sultra Lampung Papua Klaster Kopi DKI Jakarta Klaster Kakao Banten Jateng Klaster Buah & Kertas Klaster Ikan/Rumput Laut Jatim Jabar Klaster CPO Bali DI Yogya NTB Klaster Susu & Furniture NTT Klaster Gula Klaster Tembakau

32 V. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO

33 PERMASALAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
1. Produktivitas on farm masih rendah. 2. Masih rendahnya R & D dibidang industri pengolahan agro dan sumber daya manusia yang sesuai kebutuhan industri. 3. Kemampuan mengolah produk masih rendah. 4. Belum memadainya infrastruktur secara umum seperti pelabuhan, jalan dan transportasi, termasuk energi (gas bumi dan listrik). 5. Belum berkembangnya industri hilir agro bernilai tambah tinggi.

34 VI. DUKUNGAN PERAN BALAI

35 DUKUNGAN PERAN BALAI 1. Fasilitasi dan Koordinasi Penerapan Standar Industri. 2. Peningkatan Penelitian dan Pengembangan di bidang Industri Pengolahan Agro. 3. Pengembangan teknologi dibidang proses dan mesin peralatan pabrik. 4. Pengembangan inovasi produk dalam mendukung klaster industri agro.

36 VII. PENUTUP

37 PENUTUP Pengembangan Industri berbasis Agro memerlukan komitmen dan dukungan dari seluruh pihak yang terlibat, baik dari Instansi Pemerintah Pusat, Daerah, dan Dunia Usaha. Pengembangan Industri berbasis Agro akan meningkatkan nilai tambah dan mempunyai multiplier effect yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Hal-hal yang masih perlu mendapat perhatian khusus : - Peningkatan infrastruktur. - Peningkatan kegiatan penelitian dan pengembangan. - Pengembangan teknologi di bidang proses dan mesin peralatan pabrik. - Peningkatan SDM.

38 Terima Kasih


Download ppt "PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI INDONESIA Disampaikan pada :"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google